Bab 1

14 0 0
                                    

Dingin nya malam ini tak mengurangi niatku tuk dapat meninggalkan romansa yang telah kau berikan warna hanya padaku. Langit pun ikut bersedih dengan tetes air yang menghiasi wajahnya, hanya karena aku yang masih diam dalam masa lalu tak sedikitpun bergegas mengungsung cakrawala menjadi pribadi kuat untukku dan untukmu.

Hari – hariku memang sangat tak sama lagi, segala kebahagiaan sudah lenyap tak kutau kemana saja aku sudah lelah juga mencarinya mungkin ia sudah pergi bersama mu dengan segala keraguan yang kau bawa pergi.

Saat ini, menit ini bahkan detik ini aku masih ya masih sama seperti dulu jika kamu inginkan kembali, kau pasti sudah mendengar banyak perkataan orang diluar sana yang akan membuatmu ragu untuk kembali lagi merajut kisah yang sempat terhenti karena tangisan sang langit biru secara tiba tiba. Itu hanya kata orang bukan kataku, aku disini diruangan dengan luas yang tak seberapa menghadap ke jendela memandangi langit dan keramaian dibawah sana, aku tau itu adalah kontras yang sangat nyata namun aku menyukainya bak pikiranmu yang kosong namun kamu tetap melakukan apa yang sudah menjadi rutinitasmu pastinya sangat menyebalkan.

Oiya, sampai aku lupa ingin mengatakan bahwa aku masih siap tuk menyambutmu kembali dengan segala perasaan yang tak mungkin kulupakan sejengkal pun untukmu.

Aku senang namun tak sepenuhnya senang mungkin aku kurang bersyukur sudah diberi oleh Tuhan segala kenikmatan ini, namun apa daya raga ini memang suda tak sejiwa lagi dengan pikiranku yang melayang layang di langit langit tanpa ada jawaban pasti.

Waktu itu di hari sabtu di bulan desember yang dingin mungkin sekitar tahun 2010 kita bertemu dibawah rintik hujan yang terpisahkan karena halte bus yang kita singgahi, ramai sekali saat itu di halte itu di pinggir jalan diponegoro aku tak tau saat itu mengapa pula aku ada disana sudah lah tak penting. aku melihatmu tak sengaja dan jelas kau tertangkap basah sambil hujan hujanan sedang memperhatikanku sungguh ini aku tak kepedean tapi memang itu nyata sekali. Kamu mulai bergeser dari tengah kerumunan menyandingku di sisi kiri halte yang mungkin akan rubuh tertiup angin kencang yang dibawa oleh hujan sore itu.

'' namaku danu, aku tau kamu pasti mau kenalan sama aku juga '' sapamu tiba tiba di sambut reda rintik hujan buatku terkaget dan linglung mendadak lalu aku hanya diam saja.

" mau pulang kearah mana? " tanyamu kembali,

aku sempat berpikir panjang sekali sebelum ku menjawab pertanyaanmu " mau pulang kerumah " jawabku dengan nada yang amat dingin serasi dengan alam yang memang mengundang air seni tuk mencuat dari penyimpanannya.

Kulirik kamu hanya bergeleng dan terkekeh kecil namun tak kuhiraukan,

" hujan memang indah namun tak seindah saatku memandangmu " aku sontak kaget dengan perkataanmu kala itu langsung saja badanku berbalik kearahmu seolah bertanya apa yang baru saja terjadi.

" ya, rintiknya tak seindah bingaran matamu yang menghujaniku " lanjutmu dengan penuh khidmat.

" lalu, apa peduliku terhadapmu? " tanyaku padamu.

" mugkin tak ada, namun nanti pasti akan ada dan tak kan hilang " jawabmu yang buatku memperbesar tanda tanya di benakku

Aku tak memperdulikanmu kala itu, karena busku sudah datang aku berlari menyusuri rerumpunan orang yang menunggu tuk segera pulang. Namun tak kusangka kamu pun tiba tiba ada disampingku, aku hanya menatapmu dengan tatapan malas karena kamu saat itu aneh.

" yasudahlah, mungkin sudah nasib bertemu lagi " ucapmu padaku

" tidak mungkin tak sengaja, pasti sengaja " aku berbicara dalam batinku

Bus kita melaju kencang menerobos rintikan hujan yang katamu tak seindah bingaran mataku ini.

" tidak akan memujiku lagi? " ucapku memecah keheningan di senja itu

" sebenarnya aku ingin, tapi kelihatannya kamu ingin terbang kepalamu sudah membesar ini nanti kurindu kalau kamu terbang " balasmu yang sempat buatku mengukir senyum di sudut bibirku

" ya emangnya kepalaku balon helium apa ya" sahutku dengan sewot

Tiba tiba tubuhmu condong ke araku membisikkan sesuatu yang buatku tertawa lepas, aku masih ingat kamu ngomongin ibu ibu yang duduk di tengah tengah orang pacaran " coba lihat depan kita, kasian pacaran yang terhalangi" aku langsung tertawa kala itu mungkin itu receh tapi cukup lucu lah.

"untung kita tak terhalangi ya" celetusmu dengan santai seolah kita sudah kenal 5 tahun, padahal baru 5 menit.

" hmmm kayaknya aku harus jaga jarak deh ya " pungkasku

" yah, jangan dong belum juga kenal uda jaga jarak aja, emng aku monster apa sampek kamu mau jauh " sahutmu dengan nada frustasi

" aku kinan, sudah kenal kan sekarang jadi aku mau jaga jarak aja"

" oh jadi yang dari tadi diam diam aja namanya kinan, nan jangan lupa bilang ke mamamu kalau tadi ketemu aku "

" lah buat apaan dah? "

" ya gapapa, siapatau aku di minta jadi menantu langsung "

" heh, masih sore jangan kebanyakan ngimpi "

" yaudah kalau gitu aku antar ya biar aku aja yang bilang ke mamamu "

Aku diam aja sampai bis berhenti di terminal bratang dan aku bersiap untuk turun, kamu juga ikut turun.

" nan, kinan tungguin napa dah "

" lah ngapa dah aku nunggu kamu kan aku mau pulang "

" ya kan aku mau antarin kamu gimanasih "

" gaperlu aku bisa pulang sendiri "

kemudian aku berlalu saja dari hadapanmu menuju parkiran mobil angkot mencari angkot biru buat ke manyar. Kamu juga ikut ikut ngintil mulu kerjaannya tapi entah kenapa aku tak merasa terancam malah sebaliknya.

" aku duluan ya " kataku saat mau turun dari angkot

" eh kok samaan sih aku juga mau turun ini " jawabmu

Dan ternyata kita baru sadar kalau kita tinggal di daerah yang sama hanya saja berbeda beberapa blok

" yah makin sial aja dah idup gue " kataku dalam hati

" eh rumah lu disini ? " tanyamu dan aku menjawab dengan dehaman

" ya gila sih, ini mah deket banget ama tempat ku bisa lah ntr aku main hehe"

" yaudah ntar jangan lupa ya bilang mama kamu kalau tadi ketemu aku, nih bawa kartu namaku ada fotonya juga " katamu sambil mengulurkan kartu nama itu ke tanganku.

" gue balik duluan ya " katamu

" ya hati – hati banyak anjing galak " balasku asal.

Itu adalah pertemuan pertama kita sebelum semuanya menjadi runyam seperti ini, kini ku rindu kamu tapi tak juga kamu datang menghampiri padahal dulu tanpa kusuruh juga udah nongol aja di depan jendela kamar.

Sekarang kalau kamu datang mungkin gak akan bisa sih muncul di depan jendela kamar soalnya aku sekarang tinggalnya di lantai 15 jadi ya gimana ya kamu mau naik susah. Sudahlah aku lelah sekali malam ini mengingat ingat rentetan jalin kasih saat pertama kita jumpa, izinkan ku menyapamu dalam mimpiku tuk obati rinduku yang tak tersalurkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yang Hilang Datang tuk PulangWhere stories live. Discover now