Ini tentang cinta dan mencintai.
Sepenuhnya aku tahu akan hal ini, bahwa tak pernah ada paksaan kepada siapa ini harus kembali. Ia bebas menentukan di mana rumah tempat ia merebah. Begitu pun aku yang kini telah jadi tempat singgah. Rasa ini mengharapkan kamu yang jadi rumah.
Kamulah sejatinya tempat yang aku inginkan sebagai penghilang resah. Tapi, sebagai mana kalimat pertama yang aku sampaikan. Tak akan ada sedikit pun paksaan. Sehingga aku mesti bersiap diri, ada kah terbalas atau terabaikan. Hingga akhirnya kutemukan jawaban di hari-hari kemudian.
Kamu pun punya rasa yang mengharapkan seseorang menjadi penghapus segala keresahan. Aku, bukanlah orang itu. Sejatinya aku pun mesti mengerti bahwa rasa punya kepalanya sendiri-sendiri. Sebagaimana aku, ia punya keinginan yang juga mesti terpenuhi. Kamu, memilih dia sebagai rumah penghapus seluruh resah.
Aku menjadi buntu. Aku tak tahu mana yang lebih menyakitkan. Mencintaimu atau membiarkanmu mencintainya. Tanpa ada aku dalam kehidupan, tiada persaingan. Meski telah sering kudengar bahwa cinta tak perlu pengorbanan agar cinta tetap menjadi cinta. Tak hilang di dalam perkataan.
Maka kukatakan ini dengan terang. Aku mencintaimu, yang kutahu telah mencintai orang lain. Adakah cintaku harus berakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Quotes
PoetryIni semua ku tulis untuk dia. Dia yang membuat ku enggan untuk berhenti berjalan dibelakangnya dalam diam.