2

39 6 19
                                    

Gue sampai di sekolah dengan terengah-engah. Sekarang sudah jam setengah sembilan. Bagaimanapun itu, gerbang pasti sudah ditutup.

Kalau gue lewat gerbang, ujungnya pasti gue masuk ruang BK. Jadi gue memutuskan untuk lewat belakang sekolah. Meskipun gue harus lompat pagar. Bodo amat lah kalau misal rok gue kebuka, yang penting gue bisa masuk sekolah.

Setelah sekian menit gue memanjat pagar, akhirnya gue sudah berada di lingkungan sekolah. Gue berjalan santai menuju kelas. Saat tinggal beberapa kelas lagi yang harus gue lewati, gue bertemu Bayu.

Yah, Bayu Aji Pangestu. Cowok yang gue suka, tapi tak pernah menganggap gue ada. Karna kesalahpahaman dulu, dia membenci gue sampai sekarang.

Dia sempat menoleh ke arah gue. Namun setelahnya, dia melewati gue begitu saja. Lagi-lagi dia mengabaikan gue.

Eh tunggu.. Kenapa Bayu keluar kelas? Gue berbalik arah untuk melihat kemana tujuan Bayu pergi. Ternyata dia pergi ke ruang BK. Saat gue menoleh, guru BK yang galak nan kiler berdiri di depan ruangannya.

Gue langsung lari kalang kabut menghindari guru itu. Gue takut dia melihat gue telat, bisa-bisa nambah lagi point perbuatan buruk gue.

Gue sampai dikelas dengan ngos-ngosan. Gue mengetuk pintu lalu masuk. Gue lihat Chandra dan Kevin sedang berdiri didepan kelas. Mereka adalah teman-teman Bayu.

Sifatnya ga jauh beda sama Bayu. Usil dan suka bikin onar dimana-mana. Untungnya sih mereka bertiga sama-sama ganteng. Jadi lumayan famous, meskipun bad boy.

Lupakan hal itu! Gue melihat ke arah teman-teman gue, mereka menatap gue dengan pandangan khawatir.

"Kamu telat?"

Udah tau masih nanya lagi.

Kali ini pelajaran fisika- Pak Adi. Gurunya muda, ganteng, tapi galak. Mungkin Chandra sama Kevin berdiri didepan kelas karna ga ngerjakan PR.

"Mana PR kamu?" Gue langsung memberi buku gue.

"Kerjakan soal dipapan!" perintah Pak Adi ketus, sambil memeriksa PR gue. Tanpa pikir panjang gue langsung mengambil spidol dan mulai mengerjakan soal di papan tulis putih itu.

"Jawaban kamu benar, kamu bisa keluar sekarang."

"Hah?!" gue kaget banget. Apa salah gue? Masa jawaban gue bener gue di suruh keluar. Ajaib banget sih ni guru.

"Pak itu namanya ga adil. Dia kan udah telat, masa di suruh keluar duluan," protes Naya dengan emosinya.

Naya adalah setan dari segala setan. Dia sering membully gue, dia juga sangat membenci gue.

"Apa pelajaran selanjutnya?" tanyanya ke gue sambil memberi buku gue. Pak Adi mengabaikan Naya. Gue lihat Naya mulai memandang gue sinis.

"Olah raga pak."

"Ya sudah ganti baju, setelah itu ke lapangan." gue menatapnya bingung.

"Kamu mau telat, mau ga ikut pelajaran saya, atau membenci saya sekalipun, saya ga masalah. Selama kamu mengerti pelajaran yang saya beri, itu sudah cukup membuat saya bangga." ucapnya seakan menjawab kebingungan gue.

"Anak yang diam di kelas tapi tidak mengerti pelajaran dengan anak yang telat tapi mengerti pelajaran. Saya lebih menyukai anak yang telat itu. Saya lebih suka anak seperti kamu," ucapnya sambil menepuk leher gue. Gue hanya mengangguk meng-iyakan ucapannya.

Gue berjalan menuju bangku gue dan mengambil baju olah raga. Gue tak berani menatap teman-teman gue. Pasti mereka marah.

🌸🌸🌸

Gue hanya berdiam diri duduk di bangku penonton yang ada di lapangan basket. Gue hanya melihat beberapa dari 'mereka' yang berkeliaran. Bosan, hanya itu yang gue rasakan.

"Hai," tiba-tiba saja, Senju duduk di sebelah gue. Dia teman sebelah bangku gue di kelas. Hanya dia yang menganggap gue manusia di kelas. Di saat yang lain menyalahkan gue, tetapi Senju malah membela gue.

Orangnya cukup baik. Dia juga cantik dan imut. Hanya saja dari kelas sepuluh, gue sedikit menjauh darinya. Karna gue takut, dia akan dibully juga kalau terus bersama gue.

"Gue bisa jawab pertanyaan di papan tadi. Terus gue di suruh keluar deh," gue hanya mengangguk mendengar penuturannya itu.

"Gue salut banget ke lo. Dari kelas sepuluh nilai lo ga pernah turun. Tanpa dijelaskan pun lo udah ngerti pelajarannya. Dua jempol deh buat lo."

"Kan gue belajar," ucap gue sambil tersenyum. Dia hanya ber o ria.

"Mau?" Tawarnya ketika mengeluarkan camilan dari sakunya. Gue menggeleng pelan. Lalu dia memegang tangan gue...

🌺🌺🌺

Sepatu yang talinya tak terpasang berwarna putih

Seorang anak SMA memasang tali sepatunya karna talinya terlepas

Seorang anak SMA tertabrak hingga kepalanya bocor dan berdarah.

Anak SMA itu tergeletak di jalan dengan darah yang terus mengalir

🌸🌸🌸

Gue langsung melepas tangannya dari tangan gue setelah kilasan masa depan itu berputar di benak gue. Apa anak SMA yang tertabrak itu Senju?

"Kenapa? Kok lo panik gitu?" Gue melihat sepatu yang Senju kenakan.

"Jangan pakai sepatu itu!"

"Hah kenapa sih?"

"Jangan pakai deh pokoknya, lo pakai sepatu gue aja ya. Nih" gue melepas sepatu gue, agar bisa dia gunakan.

"Lo aneh banget sih, Lan. Emang sepatu ini kenapa?" Ucapnya sambil terkekeh melihat tingkah gue.

Oh iya, di bayangan gue kan cuma anak SMA. Anak SMA bukan berarti Senju yang tertabrak. Tapi bayangan itu terlintas saat Senju memegang tangan gue.

"Ya udah deh lo pakai sepatu itu. Tapi talinya yang erat yah pasangnya. Ntar kalo copot, bisa..." gue tak tau bagaimana melanjutkan kalimat ini. Gue gelisah sekarang, bagaimana kalau anak SMA itu Senju?

"Bisa apa?" tanyanya

"Bisa jatuh, kalo lo kesandung tali sepatu lo sendiri kan lo bisa jatuh." dia mengangguk.

Gue lihat teman sekelas gue sudah keluar dengan baju olah raga. Dari kejauhan nampak sekali kemarahan Naya. Naya dan teman-temannya menuju ke arah gue.

Naya mendorong gue sampai gue tersungkur di tanah.

Ya Tuhan ada apa lagi ini?

Who Knows I'm?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang