Sinar mentari pagi menembus jendela kelas, menerangi ruangan penuh dengan mahasiswa kedokteran hewan semester empat yang tekun mengikuti perkuliahan. Suara Profesor Lee yang berapi-api menjelaskan tentang sistem pencernaan hewan memenuhi ruangan. Papan tulis penuh dengan coretan penjelasan tentang fisiologi hewan yang rumit, namun Dohoon bahkan tidak meliriknya. Matanya terpaku pada Shinyu, yang duduk beberapa bangku di depannya.
Di sebelahnya, Jihoon, sahabat Dohoon sedari SMA, menyenggol pelan lengannya. "Wah, sejak kapan kamu jadi penggemar berat teori fisiologi hewan?" tanyanya dengan nada menggoda.
Dohoon tersentak kaget, bolpennya hampir terjatuh. "Jangan berisik, Jihoon." bisiknya dengan panik. "Aku sedang memikirkan sesuatu yang serius."
Jihoon mengangkat alisnya penasaran. "Memangnya kamu sedang memikirkan apa? Strategi terbaik untuk menjinakkan kucing tantrum saat praktikum nanti?"
Dohoon menggeleng cepat. "Bukan, bukan itu. Ini masalah yang lebih rumit dari itu."
Jihoon semakin penasaran. "Lebih rumit dari struktur organ tubuh hewan?"
Dohoon melirik sekeliling memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Jihoon. "Aku sepertinya mulai nggak waras." bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.
"Lho, memangnya kamu pernah waras?"
"Ah, aku serius! Aku mulai nggak waras setiap kali mengobrol dengan Shinyu."
Jihoon terkekeh geli mendengar pengakuan temannya. "Menurutku, nyatakan saja perasaanmu padanya."
"Tapi aku rasa itu bukan ide yang baik."
Dohoon menyukai Shinyu semenjak mereka masih menjadi mahasiswa baru. Dia seringkali memperhatikan Shinyu, dan hatinya berdebar setiap kali berbincang dengannya. Namun, bayangan kemungkinan terburuk membuatnya gentar untuk jujur. Perasaan bimbang ini semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini. Di satu sisi Dohoon sangat ingin Shinyu tahu isi hatinya yang sebenarnya, namun di sisi lain dia belum berani mengambil langkah.
"Kenapa kamu bilang itu bukan ide yang baik?" Jihoon bertanya dengan rasa penasaran. "Kamu takut ditolak? Kalau kamu ingin dengar pendapatku, utarakan saja perasaanmu kepadanya. Toh baik buruk hasilnya, hidup akan tetap berjalan juga."
Dohoon terdiam sejenak, menimbang-nimbang saran dari Jihoon. Dia berpikir bahwa yang Jihoon katakan ada benarnya juga. Toh memangnya kenapa kalau ternyata Shinyu tidak menyukainya. Tidak akan ada yang berubah. Hidupnya akan tetap berjalan seperti biasa. Tempat mie ayam kesukaannya juga masih akan buka. Benar bahwa kehidupan akan tetap berjalan juga.
"Aku akan menyatakan cinta sore ini."
•••
Catatan Dohoon hari pertama.
Tentang : Pernyataan cinta kepada Shinyu.Aku rasa sore itu aku benar-benar sudah kehilangan akal sehat. Tiba-tiba saja aku memiliki keberanian untuk menyatakan cinta pada Shinyu. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kita. Hingga aku membuka suara terlebih dahulu dengan berkata, aku menyukaimu. Kuselipkan juga surat untuk dia baca.
Aku harus banyak berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena sudah menghadirkan seseorang seperti kamu di dunia ini. Sepertinya aku juga harus berterima kasih kepada ibumu karena telah melahirkan seseorang yang baik sepertimu. Karena semenjak kamu ada, aku menyadari bahwa di dunia ini masih banyak perkara sederhana yang membahagiakan.
Dengan ini berani aku katakan bahwa, aku menyukaimu.
Aku tau jawaban dari satu tambah satu. Aku juga tau jawaban dari soal ujian fisiologi hewan yang diadakan pagi ini. Tapi kalau ditanya jawaban dari pertanyaan kenapa aku menyukaimu, aku kebingungan. Otakku rasanya berhenti bekerja saat itu juga. Kuduga karena terlalu banyak alasan, jadi aku tak bisa menemukan satupun kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Aku berani katakan bahwa aku menyukaimu dengan banyak hal, termasuk ketika kamu memperlakukan hewan-hewan fakultas dengan baik, tak heran kucing abu-abu bernama Mili itu paling suka denganmu. Kamu selalu membuat orang lain merasa dihargai dengan kehadiranmu. Kamu tahu tidak, aku selalu terkesan dengan itu. Bukannya fokus dengan penjelasan Professor, mataku selalu sibuk memandangmu. Semenjak kamu ada, aku merasa bahwa eksistensiku sebagai manusia menjadi lebih berharga.
Dan kalau kalian menebak akan ada skenario indah yang terjadi setelah bait aksara sederhana yang aku rangkai lama di jam sembilan pagi untuk menyatakan cinta padanya di sore itu, kalian salah besar. Jawaban yang ku dapat darinya adalah, maaf Dohoon tapi aku menyukai seseorang. Sungguh, mulai sekarang aku membenci kata menyukai, akan kuhapus segera kata itu dari kamusku.
Sebenarnya kalau saja dia bilang bahwa dia tidak menyukaiku, aku cukup bisa menduganya. Satu-satunya hal yang tidak kuduga adalah fakta dimana dirinya menyukai seseorang. Aku bertanya-tanya tentang siapa orang yang beruntung itu.
Perihal menyatakan cinta, utarakan saja perasaanmu kepadanya. Toh baik buruk hasilnya, hidup akan tetap berjalan juga.
Dan pikiranku terbawa kembali akan teori itu, memang benar bahwa hidup akan tetap berjalan, tapi dengan tidak menyenangkan. Perkuliahan tetap berjalan seperti biasa, dengan tidak semangat menjalaninya. Tempat mie ayam tetap buka, tapi aku tidak selera makan mie ayam. Terima kasih kepada teori sialan, yang telah ku kantongi untuk mengambil keputusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [Doshin]
Fanfic"Aku mau dia" "Bisa, tapi hanya oleh mata. Sebab langit itu keberadaannya hanya bisa dimiliki oleh pandangan, bukan didekap menjadi kepemilikan utuh." Lengkara; kata sifat yang berarti ketidakmungkinan. Dia lengkara, ketidakmungkinan yang selalu di...