Aku berdiri tak bergairah. Aku terus menatap malas, Guru yang sedang berpidato di atas panggung upacara. Sungguh membosankan, bahkan aku tak bisa berkutik dari tempatku, para Guru menyebalkan itu terus mengawasiku dan juga teman-temanku dari arah belakang. Aku membenci keadaan ini.
Setelah 53 menit upacara berlangsung, akhirnya selesai. Aku menyenderkan tubuhku ke belakang kursi tempat yang saat ini kududukki. Aku termenung sebentar, mengingat kejadian kemarin. Lalu Fasya—teman sebangkuku menyadarkan lamunanku.
Kami berbincang-bincang sejenak, lalu kembali ke tempat masing-masing karena Guru yang bertugas mengajar kelasku sudah memasuki ruangan. Seperti biasa, kami membaca buku literasi terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Satu per satu teman-temanku mulai mengambil buku literasi mereka masing-masing, begitupula aku.
Kubuka buku lalu membacanya dalam hati selama sekitar 10 menit. Setelah selesai, aku menulis hal yang kuingat dalam bacaan tadi kemudian mengumpulkannya pada Guru yang sedang mengajarku.
"Jelly!" panggil salah satu temanku, "nanti sore, kerja kelompok di rumahku, ya!" serunya.
"Heemm, iya." jawabku sambil mengangguk-anggukan kepala.
Aku kembali duduk ke tempat asalku, lalu membuka kembali buku pelajaran milikku. Aku termenung, memikirkan dia. Aku bingung, dari mana dia bisa tahu nomor telpon dan alamat rumahku. Bahkan aku sama sekali tak kenal dengan dirinya. Aku hanya tahu namanya dari nama identitas yang dia gunakan.
"Jelly!" panggil temanku, sukses membuyarkan lamunanku sekali lagi.
"Iya?" tanyaku sambil menatapnya.
"Disuruh kumpulin tugas tuh, kamu malah bengong saja." jawabnya sambil terkekeh.
"Eh, iya hehe." aku terkekeh.
Aku menaruh bukuku di atas meja Guru, lalu kembali duduk. Kulihat ada seorang pemuda yang tersenyum padaku, dari arah pintu. Dari wajahnya sangat mirip dengan profil orang yang mengirim pesan padaku semalam. Aku ternganga melihat dia terus menatapku dengan senyum lebarnya. Lalu aku membalas senyumannya, kemudian dia pergi, ke arah toilet sekolah.
'Dia … Kakak kelas yang jutek itu?' tanyaku heran dalam hati.
Hingga tak terasa, bel istirahat telah berbunyi. Aku dan teman-temanku keluar meninggalkan kelas menuju kantin. Lalu menduduki sebuah kursi yang masih kosong.
"Eh, pada mau makan apa? Biar aku sama Selly saja yang pesan," tanya Tania—teman sekelasku.
"Aku mi goreng sama es teh aja deh." jawabku.
"Aku juga deh Tan!" seru Rasya.
"Oke." jawab Tania tersenyum.
Aku kembali termenung, memikirkan dirinya. Dia yang lewat di depan kelasku sambil melemparkan senyum. Menurut perkiraanku, dia adalah orang yang sama, yang mengirimkan pesan dan mengira-ngira alamat rumahku dalam salah satu pesannya.
Aku melemparkan wajahku ke arah belakang. Aku terkejut, saat melihat seorang pria yang wajahnya tak asing lagi sedang berdiri tepat di belakangku sambil tersenyum. Ya, lagi-lagi dia. Orang yang tak kukenal. Aku hanya tahu nama panggilannya, karena dia cukup terkenal di lingkungan sekolahku.
"Kamu Kak Salt?" tanyaku pada dirinya yang terus menatap wajahku, "kamu yang mengirim pesan padaku semalam kan?"
Salt tersenyum, "iya."
"Te-terus darimana kamu tahu nomor handphone dan alamat rumahku?" tanyaku merasa penasaran.
"Rahasia." kekehnya.
"Ish!" geramku merasa penasaran.
"Yaudah deh, kita kan belum kenalan. Gimana kalau kita kenalan dulu?" usulnya.
"Hem, Jelly," ucapku menatapnya malas.
"Salt." balasnya sambil menjulurkan tangan.
Aku menjabat tangannya lalu bersalaman.
"Kaki kamu kenapa?" tanya Salt, membuatku sangat kebingungan, "bisa jalan gak?"
"Ha? Kenapa? Bisa kok." jawabku kebingungan.
"Ok, hari Minggu kita ke taman ya!" Salt tersenyum lalu berjalan meninggalkanku.
"Hey tunggu! Aku belum selesai bicara!" seruku, namun diabaikan begitu saja.
'Aneh.' batinku.
—.—
👋Cerita ini dipersembahkan untuk Kak shynt_, yang akan diikut sertakan pada lomba Colour Resipe. Bagi kalian yang ingin ikut serta dalam lomba ini, bisa tanya-tanya sama Kak shynt_. Semoga kalian suka sama cerita pendekku ini 😁.
Aku tunggu pendapat kalian, sambil ngerjain tugas PPT wkwk. Jangan lupa voment, jika suka :).-Nadia
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Gray
Short StoryCinta itu, seperti warna abu-abu. Ada banyak kenangan, lika-liku, dan teka-teki di dalamnya.