Utang

126 1 0
                                    

"Pagi." Sapa Dave sambil meraih gelas kopi di meja Ava.

"Pagi, pak." Balas Ava dengan mata tetap melekat ke monitor, seperti biasa.

Dave menghenyakkan badannya ke kursi, mengambil proposal yang sudah berhari-hari dinanti jawabannya. Kembali dicobanya untuk berkonstreasi membaca baris demi baris kalimat yang penuh dengan berbagai arti ganda, tapi lagi-lagi ingatannya tentang berbagai peristiwa belakangan ini membuat batang nikmatnya menggeliat. Setengah sadar, Dave mengelus tubuh sang prajurit dari balik kain celananya.

This is never gonna work! Pikirnya dua jam kemudian. Dilemparnya proposal tersebut ke meja, lalu Dave membuka jendela Lync.

"Va." Sapanya singkat kepada sekretarisnya di Lync.

"Ya?" Jawab sang sekretaris.

"Kebelet pipis..." Ketiknya singkat.

"GAK" Jawab Ava, lebih singkat lagi.

Dave tersenyum membacanya.

Enough with refreshment. Pikir Dave. Dia pun kembali mempelajari proposal yang berbelit itu.

"Va..." ketik Dave satu jam kemudian, masih di jendela Lync Ava.

"Ya?" Balasan dari seberang.

"Mau doping?"

"Yuk." lagi-lagi Ava menjawab singkat.

Tak lama, pintu ruang kerjanya terbuka. Ava masuk, mengunci pintu, menutup kerai jendela ruang kerja Dave, lalu berjalan ringan ke kursi Dave. Senyum riang menghiasi wajahnya.

Dave pun segera melorotkan celananya sambil tetap duduk di kursinya. Batang Dave berdiri tegap menyanbut Ava yang sedang berjalan ke balik meja kerja Dave.

Tanpa banyak basa-basi, Ava berlutut di antara kedua kaki Dave, meraih batang kenikmatan yang berdenyut di selangkangan Dave, lalu mengulumnya lembut. Dave melenguh pelan menikmati kuluman Ava.

"Erick udah pulang, Va?" Tanya Dave sambil memandangi bibir Ava naik turun di sepanjang batangnya.

"Hmmm...mmmh." Jawab Ava sambil berusaha mengangguk sebisanya dan mengedipkan kedua matanya.

"Hhsss... Pantes... Hhhsss... kamu gak pernah minta... uhhhh... jatah preman lagi..." Komentar Dave ditengah-tengah ketersengalannya.

Ava cuma tersenyum, senyum yang terbentuk sebisanya karena terhalang sebentuk tongkat di antara kedua bibirnya.

Tiba-tiba Ava menghentikan aktivitasnya menghisap lolipop Dave. "Tapi saya tetap kok suka kalo bapak kasih lagi, seperti sekarang ini." Ucapmnya menjawab komentar Dave.

"Sssttt... Gak perlu berhenti cuma buat menjawab komentarku? Ayo hisap lagi..." Tukas Dave.

"Sialan..." Balas Ava, namun dia menuruti permintaan Dave.

"Va... Ahhhh...!" Geram Dave beberapa menit kemudian, saat spermanya tumpah di mulut Ava.

Seperti biasanya, Ava menelan habis sperma yang tercurah. Setelah memastikan sang Jagoan Kecil bersih. Dia pun berdiri dan membenahi roknya yang sedikit terangkat saat berlutut tadi.

"Makasih, pak, buat spermanya. Enak, gurih. " Ucap Ava sambil tersenyum manis.

"Terima kasih juga, Va. Kayaknya saya ketularan kamu, kecanduan juga sekarang."

"Hahaha... Jangan kuatir, pak, saya selalu siap menerima kapan pun." Ava menghubur Dave, sambil tertawa. "Sekarang, saya balik kerja dulu ya, pak." Lanjutnya, undur diri.

"Ok." Balasku, masih terduduk selonjor lemas di kursi. Prajurit Kecil Dave ikut terkulai lemas berbantalkan rambut.

Ava sudah setengah jalan menuju pintu ketika langkahnya melambat, lalu terhenti, seolah teringat sesuatu. Sesaat kemudian dia membalikkan badan ke arah Dave.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SimpulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang