4. Hal Mengejutkan

44 7 0
                                    

Setelah melewati beberapa jam pelajaran di sekolah, akhirnya semua murid dapat dibebaskan untuk menghela nafas lega. Bel tanda berakhirnya pelajaran baru saja berbunyi nyaring beberapa detik yang lalu.

Semua murid langsung bersorak dan membereskan buku masing-masing yang masih berserakan diatas meja. Setelah itu barulah mereka berbondong-bondong keluar dari kelas untuk pulang kerumahnya masing-masing.

Termasuk pula Aresha, gadis itu kini sedang berjalan menuju halte. Sebelumnya, Sindy sudah menawarkan tumpangan untuk mengantarkan Aresha, tapi gadis itu menolak dengan alasan tak ingin merepotkan.

Sekarang gadis itu sedang berdiri sambil menunggu ada bus yang datang. Sesekali ekor matanya melirik arloji ditangannya yang sudah menunjukan pukul 14.05 WIB. Pasti ia akan terlambat lagi untuk berkerja.

"Sendirian aja Re." tiba-tiba saja Adit muncul disamping Aresha. Membuat gadis itu berjengkit karena kaget.

Bahkan suara motornya yang kini terparkir dipinggir jalan tak terdengar suara mesinnya.

"Adit.."

"Ngagetin lo ya." Adit  meringis sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Aresha hanya membalasnya dengan tersenyum. Pasalnya, Aresha masih membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan orang lain. Kecuali jika Aresha benar-benar sudah mengenalnya.
"Sorry ya Re, abisnya lo kaya asyik banget ngelamun tadi. Kenapa sih, mikirin gue ya?" tanya Adit sambil menaik turunkan alisnya.

"Huh?"

"Oiya, mau gue anterin pulang nggak Re?" tanya Adit. Walaupun sudah beberapa kali ditolak, namun Adit masih mau mencobanya.

"Gimana ya? Aku--"

"Dia pulang sama gue." sahut seseorang yang tau-tau sudah berada tepat dibelakang Aresha.

Lagi. Karena refleks terkejut, Aresha langsung membalikkan badannya. Tapi tak disangka, wajahnya malah membentur sesuatu yang keras.

Aresha langsung mendongak dan menemukan Davin yang tengah menatapnya. Oohh, jadi sesuatu yang keras itu dada bidang milik seorang Davin.

"Pulang sama lo?"  tanya Adit tak yakin.

Mendengar suara penuh keraguan itu, Davin jadi mengalihkan tatapannya pada Adit.

"Iya, kenapa?" Davin balas bertanya.

"Bener Re ?" adit mengalihkan tatapannya pada Aresha tanpa mau mengindahkan pertanyaan Davin.

Dan kini Aresha terjebak dalam situasi yang sama sekali tak terpikirkan oleh gadis itu. Ia harus menjawab apa?

"Aresha.." panggil Adit karena yang ditanya tak menyahut sama sekali.

Aresha menoleh sekali lagi pada Davin dan (lagi) tatapan itu seakan menghipnotis Aresha. Sehingga tanpa sadar Aresha menganggukan kepalanya sekali.

Adit yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pasrah. Begitu sulitkah mendapatkan perhatian Aresha? Kecewa ? Pasti.

Sudah lama Adit mendekati Aresha, tapi hingga kini tak kunjung membuahkan hasil apapun. Mungkin Tuhan ingin Adit berusaha lebih keras lagi.

"Yaudah gue duluan ya." pamit Adit.

Kentara sekali pada nada suaranya yang terdengar lesu. Tapi mau bagaimana lagi? Mungkin belum saatnya Adit bisa dekat dengan gadis yang disukainya.

"Maaf ya Adit." cicit Aresha pelan.

Adit memaksakan senyumnya sambil melangkah menghampiri motornya, kemudian membawanya melesat pergi menjauhi area sekolah.

"Ayo." Davin tiba-tiba meraih tangan Aresha.

ARESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang