Sekuntum Mawar

7 1 0
                                    

"Sorry, gue telat datang. Ini bunganya." sesal cowok berperawakan tinggi memberikan setangkai bunga Mawar.

"Terima kasih" ujar pelan gadis berkulit pucat dihadapannya.

"Hari ini tepat di waktu yang sama, lo gantungin cinta gue." ucap cowok itu menunduk.

Seketika ia mendongak, kemudian tersenyum. "Tania mau gak jadi pacarnya Aren?" tanya Aren tanpa beban menyatakan perasaannya untuk kedua kalinya, seperti tahun lalu. Walau jawabannya mungkin tetap akan sama.

Sedetik kemudian Aren tersenyum lembut.

Tania mengangguk, membalas senyum Aren.

"Mau gak Ta?" tanya Aren meyankinkan sekali lagi.

Tania mengangguk bahagia. Lagi.

"Iya Tania mau jadi pacar Aren" tutur Tania berlinang air mata saking bahagianya.

"Gue tau lo punya rasa yang sama Ta," lanjut Aren berkata "lo mau kan jadi pacar gue?!"

Gadis itu terus menerus mengangguk. Air mata bahagia tak henti menghiasi pipi pucat Tania.

"Ta, lo dengar gak sih?! Tinggal bilang iya atau gak?!" pekik Aren mulai tak sabaran.

"Iya Ren! Iya gue mau!" Tania berteriak tak kalah kencangnya. Gadis tak kasat mata itu meraung kesakitan.

Beberapa orang berpakaian putih berlari menghampiri Aren. Mereka memegang kedua tangan dan kakinya yang hendak berontak.

"AREN!" jerit Tania melihat betapa menderitanya orang yang ia cintai.

"LEPASIN GUE! JANGAN PISAHIN GUE SAMA TANIA! TANIA! TANIA! TAN—"

Aren langsung ambruk di tanah pemakaman, setelah disuntik obat bius oleh salah satu dokter rumah sakit jiwa yang menanganinya.

Tania melihat semua orang membawa Aren ke dalam mobil ambulance menuju RSJ. Gadis bersurai panjang itu hanya bisa memandang pedih kejadian yang sepertinya akan terulang di tahun berikutnya. Miris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang