bagian dua

1.8K 268 40
                                    

Happy reading~~~





Pagi hari di kediaman kim jaejoong tampak sangat sibuk dan berisik meski hanya di isi oleh tiga manusia, jaejoong tampak geram melihat putranya yang sudah kelas empat sekolah dasar senang sekali mengganggu jiji kucing kesayangannya yang maaih bergelung nyaman di atas sofa empuk ruang tamunya.

" Kim Ashley ! Jauhkan tanganmu dari telinga jiji atau eomma jamin tangan cantikmu itu akan di cakar olehnya setelah ini." Teriak jaejoong dari ambang pintu ruang tamu, ia menggeleng heran melihat betapa keras kepalanya anaknya itu, sifat ngeyel ashley bahkan sangat mirip dengan ayahnya, astaga.

Ashley seolah tidak peduli dengan peringatan yang di berikan eommanya, dia kembali asyik menarik telinga jiji yang lagi lagi terganggu karena kejahilan tangannya.

" hei kucing jelek, kau senang sekali tidur di pelukan eommaku setiap malam eoh !" Dumel ashley dengan wajah cemberutnya, menarik telinga jiji dengan lebih kuat.

Grauurr~~

" aaaaa hiks hiks eomma sakiiittt!!"

Ashley berteriak kesakitan, ia bahkan menangis tersedu setelah jiji mencakar lengannya karena merasa kesal dengan ashley yang suka sekali mengganggu waktu tidur kucing berbulu abu-abu itu.

Jaejoong menghela nafasnya dengan lelah, putranya sangat sulit di beritahu jika belum mendapatkan getahnya, jaejoong tidak tega melihat ashley masih menangis.

Jaejoong dengan segera menghampiri putranya, menggendong anak semata wayangnya meski harus menahan beban berat badan putranya yang terkenal jago makan.

" hiks hiks eomma sakit..." Rintih Ashley yang masih menangis dalam gendongan ibunya.

Jaejoong hanya mampu memutar bola matanya dengan malas, ia berjalan keluar rumah untuk menemui dokter park guna memeriksakan luka cakaran yang baru saja dialami ashley, baru setelah itu jaejoong mengantarkan putranya pergi ke sekolah meski akan terlambat.

Ahjumma kim menatap kepergian jaejoong bersama ashley dengan perasaan sedih, sudah delapan tahun ia bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah jaejoong, tidak sekalipun ia melihat jaejoong tidak menangis di malam hari mengingat masa lalunya.

" akan ada saatnya kalian berdua merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, pasti ada." Gumam ahjumma kim dengan penuh ketulusan.




Suara anak perempuan menangis kencang memenuhi seluruh penjuru mansion jung di pagi hari yang cerah ini, go ahra tampak tengah mencoba menenangkan putrinya yang menangis meminta mainan baru yang sama seperti teman satu kelasnya miliki, mainan itu sangat mahal dan sangat sulit untuk di dapatkan.

" bora-yah hentikan tangisanmu itu ! Appa akan semakin marah jika kau tidak segera menghentikan tangisan bodohmu itu !" Desis go ahra dengan kesal setelah berulang kali mencoba menenangkan putrinya namun selalu gagal.

Bora semakin menangis dengan suara yang memekakan telinga siapapun yang mendengarnya, ia melemparkan semua boneka miliknya dari atas tempat tidur kearah ibunya.

Pintu kamar yang tidak terkunci membuat yunho selaku kepala keluarga mudah untuk memasuki kamar putrinya yang tampak sangat berantakan.

" hentikan tangisanmu jung bora ! Aku tidak mengajarkan sikap kurangajar kepadamu !" Bentak yunho dengan wajah seramnya.

Yunho tidak suka sifat manja putrinya yang selalu cengeng setiap kali menginginkan sesuatu, ia tahu semua itu karena perhatian berlebihan yang di berikan kedua orang tuanya terhadap bora anaknya.

Bora menahan isakannya dengan kuat, ia sangat takut setiap kali melihat ayahnya yang menatapnya dengan begitu dingin seolah dirinya bukanlah putrinya.

Kabhi Alvida Naa KehnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang