Tak Seindah Hayalan

4.4K 171 6
                                    

Aku terus bergumam dalam hati, adakah yang salah dalam diriku, sehingga tak ada yang benar benar mencintaiku dengan tulus?
Terbersit dalam ingatan, kenangan indah saat bersamanya, sekarang bagiku semua hanyalah kepalsuan.. Kebohongan..
Hari itu, setelah aku tau ia berbohong, aku tak pernah lagi menjawab telpon dan membalas setiap pesannya.
Namun.. Ia justru sering menelpon ibu.. Dia sering menanyakan kabarku.. Terkadang ibu heran mengapa kak Akbar sering menelpon dirinya..

"Put, kamu baik baik aja kan sama akbar? " tanya ibu kepadaku.

"iya bu, baik kok" jawabku lesu tanpa senyum.
Aku tak ingin memberi tahu ibu bahwa aku dan kak Akbar sedang tidak baik baik saja.
Bagiku, cukup aku yang tahu..

Dua hari berlalu setelah kejadian itu, rasanya akupun merindukannya, kak Akbar tidak pernah berhenti menghubungiku dan mengirim pesan yang selalu berisi kata maaf tentang hal itu, dia juga berjanji takkan mengulanginya lagi..

Kemudian sore itu ia kembali menelponku, dan akupun menjawab telponnya.

"yank.. Aku kangen banget sama kamu, udah dua hari kamu nyuekin aku, gak balas pesan dan juga gak angkat telponku, aku mohon maafin aku yank, aku janji gak akan seperti itu lagi, aku janji gak akan bohong lagi sama kamu" ucap kak Akbar memohon padaku.

Sembari berfikir, aku berkata dalam hati "tak ada salahnya aku memaafkannya,karena aku mencintainya.. Cinta itu memaafkan, bukan mendendam. "

"iya aku maafin kamu, tapi lain kali kalau kamu mau keluar harus ijin dulu sama aku, kalau aku ijinin kamu, kamu harus janji akan nelpon aku selama kamu berada di luar sampai kamu masuk ke asrama lagi, gimana? " jawabku

"iya sayang, aku janji akan nurutin apa kata kamu" Ucap kak Akbar.

Dan malam itu kami pun baikan.. Tertawa, bercanda bersama kembali.
Ia juga menepati kata katanya, saat ia berada di luar asrama, jalan bareng sama temannya, ia selalu menelponku, terkadang ia menaruh hp di saku celananya.
Dari situ aku bisa terus memantau dia, apa saja yang ia lakukan dan ia bicarakan dengan teman temannya.

Aku terus seperti itu terhadapnya, karena aku adalah tipe wanita yang tingkat cemburunya terkadang melebihi rata rata.

6 bulan berlalu..
Saat itu Agustus 2013..

Tok.. Tok.. Tok...
Assalamualaikum.. Sapa seseorang dari balik pintu.
"Waalaikumsalam" jawabku sambil membuka pintu.

Aku terkejut, sambil loncat loncat seperti anak kecil yang baru dapat coklat..

"Astagaaaa... Ini kamu yank? Datang kok gak bilang bilang dulu? " tanyaku pada sosok itu

"kan mau ngasih kejutan buat kamu yank" jawab kak Akbar singkat.

Yaa.. Malam itu kak Akbar datang ke rumah tanpa memberi tahu aku sebelumnya, padahal tadi sore dia masih telponan sama aku, aku pikir dia gak kemana mana.. Ternyata dia tiba tiba muncul di hadapanku.

"aku dapat long weekend nih yank, makanya aku kesini nemui kamu, kangen tauuu" kata kekasihku itu

"aku juga kangen sama kamu yank, makasih ya udah jauh jauh datang ke sini" jawabku girang.

Keesokan harinya, seperti biasa..  Kami menghabiskan waktu libur yang singkat itu untuk berjalan jalan.
Hari itu aku merasa sangat bahagia,  dia benar benar mencintaiku,  hingga ia rela datang dari jauh meski liburnya hanya 3 hari.

Setelah lelah seharian menghabiskan waktu berdua,  kami pun pulang ke rumah..  Di rumah ibu sudah menyiapkan makan malam untuk kami. Ibu dan kak Akbar itu sangat dekat,  mereka sudah seperti ibu dan anak. Mereka sering tertawa sambil meledek aku,  katanya aku tukang ngambek,  hahahahaha.

      Pukul 21.00 malam itu..  Aku dan kak Akbar duduk di teras, Aku mengambil hp kak Akbar, aku membuka satu persatu pesan masuknya..  Berharap tak ada yang membuat hatiku gundah.
Namun..  Ada satu pesan yang saat itu membuatku tiba tiba berfikir negatif.

"maaf kak, tadi telponnya gak aku angkat soalnya tadi lagi di dalam" isi pesan itu..

Lalu aku bertanya pada kak Akbar tentang pesan itu.

"ini sms dari siapa? "tanyaku sedikit kesal.

"oh itu sms dari pacarnya letting, kemarin lettingku habis minjem handphone ku tuk sms pacarnya itu, makanya di balas di situ" jawab Akbar.

Namun.. Aku bukanlah wanita bodoh yang lantas begitu saja percaya dengan apa yang ia katakan.. 
Aku lalu menghubungi nomer itu, dan..

"yank, siniin hpnya.. Ngapain sih kamu telpon pacarnya orang? " kata Kak Akbar risau.

Namun aku tak perduli dengan ucapannya,  aku tetap menghubungi nomer itu..

"halo.." ucap seseorang di ujung telpon

"iya halo, kamu siapa?" tanyaku bergegas

"Lah, kamu yang nelpon kok malah kamu yang nanya..  Kamu sendiri siapa? " jawab wanita itu

"kamu kenal dengan yang namanya Akbar? " tanyaku kembali

"jelaslah aku kenal, dia kan pacarku,  kamu siapa sih? " kata wanita itu kembali

Tiba tiba saja darahku berdesir lebih cepat.. Perasaanku tak karuan mendengar pernyataan dari wanita itu.
Sementara itu di sampingku,  kak Akbar berusaha meraih telpon genggam miliknya.. 

"apa kamu bilang?  Kamu pacarnya?  Eh saya ini istrinya!!!  Tukasku lantang dengan penuh emosi

"hahahahaha, gimana mungkin kamu istrinya, orang dia bilang ke aku kalau dia gak punya pacar" jawab wanita itu bernada mengejek

    Aku benar benar muak,  emosiku saat itu tak dapat lagi kubendung.
Aku menutup telpon itu dan kukembalikan telpon genggam miliknya.

Dengan penuh amarah,  aku lalu melepaskan cincin dari jemariku,
dan kulempar cincin itu,  cincin yang dulu ia belikan saat pulang penugasan..
Cincin yang ia berikan saat memintaku untuk menjadi istrinya..
Ternyata semua itu tak berguna..
Hilang semua janji dan harapan,  yang ada dipikiranku hanyalah sebuah penghianatan..

"Yank, maafin aku.. Aku berani bersumpah dia itu bukan pacarku" kata kak Akbar sambil berlutut di kakiku.

"sudahlah.. Aku tak perduli lagi apapun yang kamu katakan,  aku rela melepasmu,  mungkin kamu lebih bahagia sama dia" jawabku sambil menitikkan air mata

Namun kak Akbar tetap berlutut di kakiku sambil terus meminta maaf,  tak lama kemudian kudengar isak tangisnya.

Aku marah,  sekaligus bingung..  Apa dia benar benar menangis?  Tanyaku dalam hati.
Lalu ku angkat wajahnya dan kulihat air mata berderai di pipinya.
Ia kemudian mencari cari cimcin yang tadi aku lemparkan,  dia memaksaku untuk memakainya kembali.  Namun aku tolak.

Aku memeluknya.. Dia kekasih yang sangat aku sayangi tega menghianatiku..  Kuusap air mata yang berderai di pipinya,  ia terus saja mengucapkan kata maaf..
Namun aku berkata..

"sudah.. Tidak perlu menangis lagi..  Aku memaafkanmu, namun aku tidak bisa seperti dulu lagi..  Aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini,  besok akan kujelaskan pada ke dua orang tuaku bahwa kita tidak bisa lagi bersama"

Setelah aku berkata demikian, dia semakin erat memelukku.. Air matanya semakin berderai..

Aku heran,  mengapa ia menangis seperti itu.. Jika ia benar mencintaiku.. Mengapa ia menghianatiku...
Ternyata,  cinta yang kubayangkan..  Tak seindah kenyataan..

******************
Tunggu kelanjutannya ya guys..
Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan.. 😊😅

Cinta Sejati Sang PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang