Konoha, dua anak muda berdiri horizontal di patung wajah Naruto yang telah hancur parah. Tak hanya patung Naruto, semua patung wajah Hokage di bukit belakang desa tampak sudah rusak terkena serangan hebat.
Pemuda yang satu adalah Boruto. Sambil menggenggam sebilah pedang dengan kedua tangannya, ia memandang anak di depannya sambil berkata, "Siapa sangka kau menjadi sekuat ini... Kawaki.."
Kawaki, pemuda berambut hitam dengan tato segel merah di bagian kiri tubuhnya balas berkata, "Akan kukirim kau menyusul ayahmu, Boruto.."
Boruto menatap dengan satu mata, mata kirinya tertutup dengan bekas goresan. Masih berdiri diam, Boruto bertanya lagi pada anak itu, "Apa semuanya harus berakhir seperti ini?"
"Ya.." jawab Kawaki.
"Era ninja... Sudah berakhir."Terlihat Konoha yang telah hancur parah. Bangunan Hokage dan gedung-gedung di sekitarnya telah runtuh dan hancur menjadi puing-puing, begitu pula dengan kota yang semula berdiri megah di belakangnya.
Semua telah hancur.
Boruto mengambil pelindung kepala berlambang Konoha dengan tangan kanan bertato segel biru, "Meski begitu..." ucap Boruto, "Aku masih seorang ninja."
Boruto mengenakannya lalu membuka mata kanannya, Byakugan. Dan kedua ninja langsung melesat maju menyerang.
Ya, aku masihlah seorang ninja.
Tapi, ada masa ketika aku menyimpan rasa kesal yang mendalam terhadap ninja.Ninja paling hebat di desa, Hokage.
Izinkan aku meluruskan satu hal terlebih dahulu. Ini bukanlah cerita tentang seorang anak yang bercita-cita untuk menjadi seorang Hokage. Itu cerita ayahku.
Jangan buat kesalahan.
Memulai untuk mengakhiri.Ini adalah ceritaku.
Tapi... Aku adalah putra Hokage, dan suka tidak suka, ayahku adalah bagian dari ceritaku. Seorang ninja yang menyadari mimpinya, Hokage.
Kisah ini dimulai, bersamaan dengan aksi berontakku terhadap ayah yang tak terlalu peduli padaku. Mungkin kata-kataku tadi masih kurang jelas, jadi kuulangi sekali lagi, ini adalah ceritaku.
Tapi...
Di awal, untuk waktu yang singkat,
ayahku memainkan peran pusat...
Dalam ceritaku juga.Boruto berada paling depan di antara dua rekan satu timnya, melompat dari satu pohon ke pohon lainnya untuk menuju target yang menunggu di depan sana, seekor beruang panda.
Boruto merapal jutsu, "Kage Bunshin no Jutsu!!"
Dua bunshin pun muncul di sebelahnya.
Di depan sana, beruang panda itu sudah membuat kekacauan yang lumayan parah. Tanaman-tanaman yang ada di ladang milik warga ia makan sesuka hati.
"Hah... Benar-benar kacau.." ucap Boruto, lalu berdiri tegak ditemani dua bunshin sambil menunjuk dirinya sendiri, "Aku datang kemari untuk mengajarimu tata kerama, Panda Bodoh!!"
"Grrowl!!!"
"Jangan sampai kau lengah.." ucap Sarada. Ia dan Mitsuki datang menyusul Boruto. "Mungkin dia terlihat manis seperti panda, tapi aslinya dia beruang yang kejam!!"
"Ayolah, dia itu cuma panda lemah, bukan beruang.." ucap Boruto.
"Panda juga masuk ke keluarga beruang, bodoh!!" bentak Sarada.Sementara mereka berdua sibuk berdebat, Mitsuki melihat ke arah target, "Ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan saat ini dibanding memperdebatkannya. Prioritas utama kita adalah untuk memancing Panda Beruang ini ke tempat Konohamaru-sensei.."