1

127 17 2
                                    

AIRIN mencoret tanggal dua belas pada bulan April di kalender yang terpasang di sisi kiri dinding dapur. Lalu melangkah santai menuju arah meja makan.
Begitu Airin duduk manis di tempat kesukaannya, terdengar suara berdebum pelan dari arah tangga, disusul suara ringisan. Sekuat tenaga, Airin menahan tawanya.

"Bang Ikal kenapa?" tanyanya.
Tak lama kemudian, Haikal muncul dengan tangan mengusap bokongnya.

"Udah tau jatoh pake nanya lagi" gerutu Haikal, "Udah tiga hari gue kesiangan dan tiga hari juga gue jatoh"
Airin hanya tertawa mendengar gerutuan kakaknya.

Haikal adalah satu-satunya kakak yang Airin miliki. Jarak umur mereka tidak terlalu jauh, tetapi mereka kompak dan seirama. Airin dan Haikal hanya beda beberapa tahun.

"Ah!" celetuk Haikal mendadak ketika ia duduk di hadapan Airin. Senyumpemuda berumur dua puluh satu itu mengembang,

"Hari ini... hari ke seminggu lo sekolah di National High kn?"

"Tepatnya," kadang Airin jengkel dengan sifat pelupa Haikal,

"Akhirnya adik gue tumbuh dan berkembang! Saat umur gue delapan tahun, lo cuma bayi kecil prematur yang menggemaskan. Lihat sekarang! Cantik dan nggak lagi menggemaskan. Garis bawahi bagian nggak lagi menggemaskannya, ya."

Mendengar setengah pujian dan setengah hinaan itu, Airin lagi-lagi tergelak. Sampai-sampai, ia tidak menyadari jam sudah menunjukan pukul 06.30 AM.

"Udah jam setengah tujuh bang, kapan mau berangkatnya kalo terus cerita."
Haikal tersenyum,

"Asik, seorang Airin terlambat ke sekolah dan seorang Haikal terlambat ke Kampus."

Haikal lagi-lagi tertawa, lalu mereka menghabiskan sarapan pagi ini dengan hikmat, seolah waktu tidak mampu membuat mereka terburu-buru.

🏤🏤🏤

Airin turun dari mobil, Senyum miring menghias di wajah tirus Airin. "Maacih abangku sayang udah mau jadi ojek gratis."

"Wah, sialan abang sendiri di samain sama kang ojek." kata Haikal sambik terkekeh.

"Iya deh, sorry" ledek Airin.

"Udah sana masuk bukannya  udah bel masuk."

"Ohiya lupa, duluan ya bang, bye."
Airin mencium pipi Haikal dan berlari masuk ke dalam. Airin berlali menuju koridor, tiba-tiba Airin menabrak seseorang.

"Maaf maaf aku ga sengaja, maaf banget aku ga liat kamu tadi."

"Lo punya mata ga sih, hah!"

"Iyhh maaf maaf aku ga sengaja, beneran aku ga liat kamu tadi."

"Awas aja lo kalo sampe nanti gue ketemu lo lagi." pria itu pun pergi meninggalkan Airin di koridor tempat dimana Airin menabraknya.

Airin pun berjalan menuju kelas dengan kesalnya, sampai-sampai seseorang memanggilnya pun Airin tak mendengarnya.

"Airin...." menepuk bahu Airin, Airin pun melirik ke arah belakang.

"BILA!!! kenapa sih, kaget tauu!" gerutu Airin.

"Abis salah lo sih Ai di panggil dari tadi sama kita, lo lempeng-lempeng aja." desis Sherlin.

Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang