E N A M

30.8K 4.7K 263
                                    


"Ayah kamu itu memang ada-ada aja ya Qel," Adalah ucapan pertama Ibunya ketika mereka sedang sarapan, "Ketika kamu terlibat masalah dengan Abram, dia mengamuk dan memperlakukan kamu seperti penjahat. Bahkan sampai merasa perlu memastikan kalau kamu nggak akan muncul lagi di depan Abram. Lalu sekarang, ketika keadaan sudah mulai tenang, dia juga yang memantik api dengan mengundang kamu ke rumahnya. Laki-laki aneh."

"Ibu yang mau menikah dengan laki-laki aneh itu lebih aneh lagi," Gerutu Raquel sebal.

"Maafkan Ibu ya Nak," Raut cantik itu terlihat sendu sekarang, "Nggak bisa memberi Ayah yang lebih baik untuk kamu, Ibu minta maaf."

"Lupakan," Sungut Raquel sambil mengusap sudut bibir dengan tissu.

"Mau ke mana? Bukannya hari ini kamu nggak ada kuliah?"

"Sepertinya berat badanku bertambah, jadi aku perlu olahraga."

"Ya udah. Pulangnya jangan terlalu malam."

"Hm."

Sambil memanggul ransel di bahu, Raquel melangkahkan kaki menuju pusat kebugaran yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Setengah melamun ia mulai menendang botol minuman bekas yang kebetulan ditemuinya di jalan, sambil bertanya-tanya, kenapa semua orang tidak menginginkannya?

Dimulai dari Ayahnya yang tak merasa cukup hanya dengan memilikinya, sehingga memilih untuk menikah lagi. Dilanjutkan oleh Abram yang merasa kalau Raquel tak cukup layak untuk menerima cintanya, hingga melabuhkan hatinya pada gadis yang lain. Apakah ia sedemikian mengesalkannya, sampai semua orang memutuskan untuk tak menyukainya?

Ketika rasa sesak yang tak asing itu datang kembali, Raquel langsung memejamkan mata dengan tangan yang mengusap dada. Lambat-lambat ia mengembuskan napas panjang untuk mengurai cekikan tak kasat mata yang membelenggunya, sambil mengucapkan mantera yang dikuasainya sejak mendapati dirinya ditinggalkan sendiri, "Kamu berharga, Raquel. Kamu berharga dan layak untuk bahagia, jangan lupakan itu."

*

RAQUEL – JessJessica

*

Raquel sudah menyiapkan banyak rencana guna melewatkan hari ini, termasuk menghindari perayaan ulang tahun Ayahnya. Tapi sepertinya pria itu mengetahui rencananya, karena ketika Raquel sampai di rumah, mobil yang sudah sangat dihapalnya menunggu di halaman. Tubuh Raquel yang lelah sehabis berolahraga, terasa semakin lelah ketika melihat supir Ayahnya turun dari kendaraan berwarna perak itu. Lelah yang berubah jadi amarah ketika melihat Ibunya memasang raut wajah masam kepada tamu yang lancang karena datang tanpa diundang.

Raquel tak mengatakan apapun ketika beranjak masuk ke dalam mobil jemputannya. Ia tak ingin pergi, tapi penolakannya akan menyulut perang yang berakhir pada luka untuk Sang Ibu. Maka meski amarah merayapi diri, Raquel tetap pergi setelah berpamitan lewat anggukan pada Ibu yang memberinya tatapan sedih.

"Mbak Ann mau ke salon?" Sang supir bertanya dengan nada ragu, "Masih ada waktu untuk dandan."

"Silakan kalau Bapak mau dandan," Balas Raquel sambil mencari kontak Lukas di ponselnya setelah mencoba menghubungi Jethro tanpa hasil, "Saya bisa menemani, atau kalau terlalu lama dandannya, saya bisa memesan taksi."

Supir malang itu langsung bungkam karena jawaban tak bersahabat yang dilemparkan oleh anak majikannya. Raquel sendiri tak ambil pusing dengan diamnya pria yang tak tahu apa-apa itu, karena Lukas sudah menjawab panggilannya, "Nanti bisa jemput?"

"Memangnya Jethro ke mana?" Lukas balas bertanya di sana.

"Aku nggak tahu, tapi ponselnya nggak aktif."

R A Q U E LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang