In Relation

10 2 1
                                    

Sejak pertemuan pertama, Amelia sudah merasakan ketertarikan yang luar biasa akan sosok Kernel. Sikapnya yang dingin, cuek, ketus tidak menjadi masalah untuk Amelia karena saat Kernel menatapnya, Amelia merasakan sesuatu yang mampu menghangatkan hatinya. Entah perasaan apa itu, yang pasti rasa itu membuat Amelia merasa nyaman berada di dekat Kernel sekalipun dia dianggap tidak ada.

Keseharian Amelia yang semula dihabiskannya di kelas maupun kantin berganti menjadi perpustakaan. Hampir setiap istirahat pertama dia habiskan di perpustakaan, karena di sanalah Kernel pasti berada. Hal itu tidak luput dari perhatian Kernel, dan dia merasa bahwa misinya membuahkan hasil. Kernel merasakan kebahagiaan karena telah berhasil memikat hati sang gadis pujaan. Hanya butuh sedikit waktu lagi maka dia akan berhasil menjadikan gadis itu miliknya.

"Pagi Bu Agni, apa kabar hari ini?" tanya Amelia.

"Baik Amelia, kamu rajin sekali pagi-pagi sudah ada di perpustakaan? Apa yang kamu cari?" balas Bu Agni.

"Ga ada si Bu, cuma cari tempat tenang aja buat kerjain tugas, boleh kan Bu?!"

"Tentu saja boleh, pintu perpustakaan terbuka untuk semua siswa siswi di sekolah ini, hanya satu yang harus kamu perhatikan, 'JANGAN BERISIK SEPERTI KEMARIN'." Ucap Bu Agni mengingatkan.

"Siap Bu!" jawab Amelia sambil memamerkan senyum manisnya.

Ia pun segera memasuki ruang membaca dan mencari-cari di mana Kernel berada, dan ternyata dia selalu ada di meja yang sama setiap harinya. Amelia yang melihat Kernel sedang serius segera menghampirinya dan menyapanya, "Hai Kernel, apa kabar?"

"Baik," jawabnya datar, padahal dalam hati dia bersorak gembira.

"Boleh aku duduk di sini? Ah jangan tanya lagi soal apakah di kursi ini ada tulisan dilarang menduduki, aku bosan mendengar pernyataanmu itu." Ucap Amelia setengah kesal.

"Khe-khe ... lucu." Kekeh Kernel pelan tapi Amelia ternyata mendengarnya.

"Apa? Apa aku ga salah dengar, kamu bilang aku lucu? Aah terima kasih, aku senang mendengarnya."

Kernel yang mendengar ucapan Amelia hanya memutar bola matanya dan memilih tak menghiraukan keberadaannya. Namun, dalam hatinya Kernel merasakan kebahagiaan yang tak terhingga sampai-sampai tanpa sadar dia tersenyum dan Amelia tanpa sengaja melihat itu.

"Ah meleleh aku bang lihat senyumu itu. Senyum lagi lah bang, Amel pengin lihat. Abang kalau senyum kegantengannya nambah loh Bang."

Mendengar ocehan Amelia, Kernel hanya menatapnya tajam. Namun, Amelia yang terlanjur suka dengan Kernel malah tersipu malu mendapat tatapan tajam darinya, sebaliknya Kernel yang melihat reaksi Amelia hanya menghembuskan napasnya kasar.

"Eh Bang, mau kemana?" tanya Amel yang melihat Kernel berdiri dan mulai meninggalkan meja.

"Lo ga denger apa, bel masuk udah bunyi. Budeg lo, hah?!" jawab Kernel ketus, tapi didalamnya tersirat perhatian yang Amel bisa rasakan. Mungkin itu salah satu kelebihan lain yang Amelia miliki, dia bisa merasakan mana yang namanya ketulusan dan mana yang hanyalah kepura-puraan.

***
Beberapa bulan berlalu dan hubungan Kernel dengan Amelia sudah ke tahap berpacaran. Ya, setelah bertahan dengan segala sikap menyebalkan dan ketusnya Kernel, akhirnya perjuangan Amelia berhasil. Semenjak resmi menyandang status sebagai 'couple', sikap Kernel sedikit demi sedikit berubah. Namun, hal itu sebenarnya sudah direncanakan oleh Kernel demi melancarkan aksinya untuk memperoleh hati Amelia.

"Pagi Sayang," sapa Amelia dengan wajah berseri-seri.

"Pagi juga, Manis," jawab Kernel.

Sekalipun Amelia dan Kernel sudah resmi berpacaran, tapi penggemar Amelia tak berkurang, justru semakin bertambah. Mereka begitu memuja sepasang kekasih yang terlihat sempurna bak Pangeran dan Permaisuri. Namun, mereka tidak dapat melihat bahwa di balik kebahagiaan yang mereka rasakan, tersimpan rahasia yang menyakitkan.

I Want To Be Free (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang