Amelia kecil adalah seorang gadis yang ceria, dia lahir dari keluarga Sullivan. Ayahnya yang keturunan Amerika, bernama Andrew Sullivan, sedangkan Ibunya keturunan Jawa, bernama Ratih.
Amelia memiliki tiga saudara, dua perempuan dan satu laki-laki. Amelia adalah putri bungsu di keluarga Sullivan.
Masa kecilnya bahagia, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan karena Ayahnya yang seorang pengusaha pertambangan merupakan pengusaha sukes yang berhasil membangun bisnis yang cabangnya ada di beberapa kota di Indonesia, bahkan di mancanegara.
Saat ini Amelia sudah beranjak remaja, usianya 16 tahun. Kakak perempuan dan laki-lakinya pun sudah dewasa. Kakak pertamanya sudah menikah dan tinggal di London dengan suaminya, mereka mempunyai satu orang putra. Kakak keduanya juga sudah menikah dan tinggal di Manado, tetapi belum memiliki anak. Kakak laki-laki satu-satunya sudah bertunangan dengan seorang gadis blasteran Turki - Belanda dan dua bulan lagi mereka menikah.
Satu tradisi yang selalu dipegang oleh keluarga Sullivan adalah orangtua yang akan memilih suami bagi anak-anak perempuannya, sedangkan anak laki-laki dibebaskan untuk memilih sendiri pasangan hidupnya, tetapi harus yang sederajat dengan keluarganya.
***
Latar belakang keluarga yang kaya raya membuat Amelia berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di salah satu sekolah bergensi di kotanya. Sekolah menengah akhir yang berisikan anak-anak dari orang-orang borjuis, yang SPP bulanannya bernominal juta.Amelia yang adalah salah seorang siswi berprestasi, dan didukung dengan paras cantik serta perilaku santunnya menjadikan dia satu dari lima bidadari - julukan yang diberikan oleh siswi-siswi di SMA favorit tersebut untuk para gadis yang menempati lima besar tercantik dan terpintar.
"Eh-eh Amelia tuh, baru turun dari mobil. Ya ampuun cantiknya, pengin deh punya darah blasteran kek dia." Ucap salah seorang siswi.
"Iya, beruntung banget deh hidupnya. Cantik, pintar, anak orang kaya. Ya keluarga gue juga kaya si, tapi ga sekaya keluarga dia. Disitu gue kadang merasa kalau Tuhan itu ga adil." Ucap siswi lain, sedangkan para siswa yang melihat kedatangan Amelia hanya ternganga, terpesona oleh keanggunan dan karisma yang dimilikinya.
Melihat gerombolan para siswa dan siswi yang terkagum-kagum padanya, Amelia pun memberikan senyuman hangatnya dan menyapa mereka semua, "Pagi ...."
Mereka dengan serempak menjawab, "Pagi Amelia ...."
Setelah mendapat sapaan hangat dari salah seorang bidadari, gerombolan tersebut bersorak sorai bak mendapat lotre. Ya, mereka bersyukur karena dari kelima 'bidadari' yang mereka kagumi ada satu yang memiliki sifat ramah, menyenangkan, dan tidak arogan. Bahkan bisa dibilang Amelia adalah yang terbaik dari antara lima yang terbaik. Namun, hal itu tidak menjadikan Amelia sebagai sosok yang tak tersentuh, tak terjangkau oleh kalangan di bawahnya. Justru dia merasa hal tersebut sebagai suatu tanggungjawab, agar dia mampu merendahkan hati dan mengingat bahwa dirinya hanyalah manusia biasa sama seperti yang lainnya.
Selama perjalanannya menuju kelas, banyak tatapan memuja baik dari siswa dan siswi yang ditujukan kepada Amelia, bahkan para guru pun tak dapat menolak pesona yang dimiliki olehnya. Namun, ada sepasang mata yang memerhatikan gerak-gerik Amelia dengan saksama. Dia tidaklah tertarik kepada kecantikan maupun kepandaian Amelia, tetapi dia tertarik untuk menaklukkan hatinya karena kepribadian yang Amelia miliki. Dia, yang bernama Kernel-seorang siswa berprestasi yang mendapat beasiswa penuh dari sekolah, cowo terdingin se-SMA.
"Gue pastiin, gue bakalan dapetin lo Amelia. Gue ga peduli seberapa berat tantangan di depan, gue yakin gue bisa. Gue bakalan taklukin lo bukan dengan harta, tapi dengan cinta. Tunggu saatnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Free (HIATUS)
Historia CortaAmelia, seorang wanita dengan segala kemewahan yang mengelilinginya, namun tidak menemukan kebahagiaan didalamnya. Dia ingin merasakan kebebasan, kehidupan yang sebenarnya, hidup untuk dirinya, tanpa dibayang-bayangi nama keluarga. #Rank 389 -21/04...