第十四章

5.3K 872 181
                                    

"Kakak, udah cantik, kok."























"Gombal parah lo, Bin."

Itu Seongwoo yang kini sedang merapikan rambut Minhyun dengan jari-jarinya. Tersenyum puas ketika melihat Minhyun dengan kemeja baby pink yang dipadukan dengan celana bahan warna broken white. Warna yang menyatu dengan kulit putih bersihnya.

Meskipun Minhyun terlihat ogah-ogahan, pada akhirnya seperti yang Hyunbin katakan di hari sebelumnya, Sabtu malam ini dia sudah menjemput Minhyun dan akan menuju Hotel The Grand Palace dimana Papa dan keluarga Shihyun sudah menunggu.

Hyunbin menuntun Minhyun untuk masuk ke mobil, mempersilakan kekasihnya masuk dan duduk manis di kursi penumpang. Setelah Hyunbin masuk dan memastikan Minhyun memakai sabuk pengaman dengan benar, barulah dia melajukan mobilnya membelah jalanan kota.

Sepanjang perjalanan, Minhyun tak henti-henti mengusap telapak tangan karena gelisah. Jantungnya terus berdebar lebih cepat dan keringat dingin mulai mengalir di dalam kemeja baby pink yang dia kenakan. Ah, bahkan lidahnya pun kelu. Tak sepatah katapun bisa keluar dari belah bibirnya hingga Minhyun memutuskan untuk diam saja. Menikmati musik yang mengalun dari radio sambil sesekali melirik keluar jendela, menatap nyala lampu-lampu gedung yang menyilaukan.

Jujur, Minhyun masih bingung dengan keputusannya untuk ikut bersama Hyunbin. Dia tidak tahu wajah seperti apa yang harus dia pasang saat menghadapi Papa Hyunbin dan keluarga Shihyun. Takut kesan yang dia tinggalkan akan buruk nantinya.

"Kak, udah sampe," kata Hyunbin. Tapi Minhyun masih duduk diam di tempatnya. "Kak...?"

Hanya helaan nafas Minhyun yang menjadi jawaban, namun pemuda itu masih larut dalam pikiranya. Malah kini posisi tubuhnya makin merosot ke bawah dan kepalanya bersandar di kaca. Segalau itukah, Minhyun?

"Minhyun..."

Setelah melepas sabuk pengamannya, Hyunbin mendekati Minhyun lalu memanggil nama pemuda itu tepat di telinganya. Tangannya dengan pelan menyentuh bahu Minhyun, membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Eh? Ah... kenapa, Bin?"

"Udah sampe, Kak. Ayo, masuk," ucap Hyunbin. Tak lupa senyum manis yang terlukis di wajahnya. "Jangan malu-malu, ya. Kakak yang terbaik pokoknya malam ini."

Minhyun hanya bisa menyungging senyum kecil saat Hyunbin meraih telapak tangan dan mengecupnya lembut, kemudian turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Minhyun. Hyunbin memperlakukannya seperti seorang puteri malam ini dan itu membuat hati Minhyun malah semakin merasakan ada hal yang mengganjal.

Bagaimana kalau setelah ini, Papa Hyunbin tidak akan merestui hubungan mereka? Bagaimana jika Shihyun nanti menerima Hyunbin sebagai matenya. Dan banyak pertanyaan dengan kata 'bagaimana' mengitari kepalanya.

Kakinya mengkuti arah berjalan Hyunbin. Melintasi lantai marmer berlapis karpet merah, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah tempat dengan plat emas bertuliskan Emerald Room di sana.

Minhyun menggigit bibir bawahnya gugup. Lagi, keringat dingin malah makin banyak mengalir di balik kemejanya. Tapi Hyunbin masih setia berdiri di sana, menggenggam telapak tangannya erat-erat agar Minhyun tak lari kemanapun.

Suasana Emerald Room cukup sepi. Hanya ada dua dari enam meja yang terisi di sana. Minhyun meneguk ludahnya ketika mendapati seorang pria bersetelan jas rapi yang sedang mengobrol dengan seorang wanita di meja besar di pojok ruangan. Di samping wanta itu duduk Shihyun yang terlihat sangat lemas. Terus diam, kadang tersenyum tipis dan bicara seadanya saat ditanya.

『✔』OngNiel★But, Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang