Chapter 1

41 7 4
                                    

Jarum jam berdenting tepat menunjuk pukul 22.36. Tetapi gadis berambut kecoklatan itu masih duduk manis di lobby sekolah. Tangannya tak lepas dari handphone yang tengah membuka room chat line seorang yang belum juga menjemputnya sampai sekarang. Sekali lagi ia menekan gambar telepon. Sedetik, dua, tiga, empat, lima, hingga akhirnya ia membatalkan telepon. Sudah sejak 30 menit lalu ia menunggu pria yang berjanji akan menjemputnya.

Matanya menyapu pandangan ke luar sekolah. Ia menangkap seorang pria ber-hoodie hitam tengah berjalan menunduk memasuki sekolah. Bibir gadis itu berdecak dan segera bersuara, "Ichooo." Gadis itu berlari mendekati pria yang kini masih berjalan menunduk. Setelah berjarak 5 meter darinya, gadis itu berhenti dan justru perlahan melangkah mundur. Ia tak yakin itu adalah pria yang ditunggunya. Degup jantung gadis itu berpacu cepat. Pikirannya sudah melayang kemana-mana memikirkan berbagai hal negatif. Pria di hadapannya semakin dekat. Ingin lari pun tak sanggup lagi saking takutnya. Hingga tinggal 1 meter jarak mereka, gadis itu memejamkan matanya dan berteriak sejadi-jadinya dengan air mata menitik, "AAAAAA!!"

"Hush!" Pria di hadapannya membekap mulutnya. "Gue Icho," Ucapnya dengan tawa meledak mengingat ekspresi gadis tersebut. Sedangkan yang diajak bercanda malah segera melepas bekapan pria di hadapannya dan mendorongnya sekuat mungkin.

"Lo pikir lucu? Lo gak tau gue sampai nangis gini, apa? Gue takut tau gak sih, sendirian disini! Lo malah sengaja bikin gue makin takut," Gadis itu menangis dengan wajah sedunya yang membuatnya semakin imut. Sedangkan Icho terkekeh kecil dan menepuk pelan kepala gadis itu.

"Iya iya, maaf ya, Putri Vazza, Gak bakal ulangin lagi deh," Ucapnya menunjukkan 2 jari membentuk V dengan cengiran khasnya. "Udahan nangisnya, ayo pulang." Icho menggenggam tangan Vazza dan segera melangkah keluar gerbang menuju mobil yang di parkir Icho di sebelah sekolah, agar misinya tadi tidak gagal. Satpam di dalam pos sedang tertidur hingga tak mengetahui kejadian singkat tersebut.

"Lama banget sih, jemputnya, Cho," Protes Vazza dengan wajah masih ditekuk. "Udah tau gue ini cewek. Kan bahaya sendirian malam-malam. Tega banget sih lo, ngebiarin gue nungguin lo 30 menit sendirian."

"Yaelah tadi pas lo suruh jemput, gue udah mau berangkat. Pas mau ngeluarin mobil, tiba-tiba perut gue bereaksi, minta ke toilet. Yaudah gue ke toilet dulu. 20 menit doang kok, di toiletnya. Ditambah perjalanannya 10 menit. Jadi lama," Jawabnya tak lupa disertai cengiran. "Lagian siapa juga yang suruh kerja kelompok sampai larut gini? Lain kali jangan kerja kelompok sampai larut! Tahu, kan, kalo bahaya? Awas sampai lo ulangin lagi. Lagian gue bukan sopir lo, kali! Sejak kapan Jericho Zavair, cowok paling kece di Galaksi Bima Sakti, merangkap dari tetangga menjadi sopir pribadi cewek wajah bosenin bernama Vazza Clemira Xaviere. Ha? Gak logis banget, deh," Icho mendramatisir keadaan dengan gaya humornya yang selalu receh.

"Iya deh, maaf."

"Udah, gitu doang minta maafnya?" Tanya Icho mengangkat kedua alisnya.

"Terus, mau gimana?" Sahut Vazza.

"Ya, minta maaf sama traktir kek, atau gimana," Ujar Icho terkikik.

"Enak aja! Kan bukan gue doang yang habis bikin salah. Kan lo juga salah karena jemput lama. Ditambah lagi, lo sebut gue cewek wajah bosenin. Itu penghinaan yang tercantum di UUD bisa gue tuntut. Intinya, lo yang traktir besok di kantin!" Timpal Vazza membalikkan.

"Kalo bisa, besok transgender dah gue jadi cewe! Biar menang terus!" Icho kemudian berdecak seraya membukakan pintu mobil untuk Vazza yang hanya tertawa kecil. Beberapa detik kemudian, deru mobil memecah keheningan langit malam.

***

"Pagiii Mommy, Daddy!" Seru Vazza mencium bergantian pipi ayah dan ibunya.

"Keila ga dikecup juga, nih?" Tanya bocah perempuan berseragam merah putih dengan wajah polosnya.

"Gak perlu. Kei makan aja, sana," Vazza menjulurkan lidah merah mudanya mengejek adik polosnya.

"Awas aja, ntar Kei berangkat sama bang icho. Kak Vazza gak boleh ikut!"  Kei balik menjulurkan lidahnya, dibalas pelototan oleh Vazza. Sementara kedua orangtuanya hanya tertawa menyaksikan perdebatan kedua putrinya.

Setelah menikmati sarapan paginya, Vazza berpamitan dan segera melangkah keluar dari rumahnya bersama Keila yang tentu saja tidak bisa melarang kakaknya berangkat bersama dia dan Icho. Keduanya berdiri di depan rumah megah dengan gerbang hitam. Dilihatnya seorang lelaki berbaju putih abu-abu tengah mengelus seekor hewan berbulu tebal hitam putih yang tidak lain adalah kucing anggora kesayangan Icho. Sambil menyisir bulunya, Icho mengajaknya bicara, sudah seperti orang tidak waras.

"Ngurus anak sampai lupa waktu, ya, Cho," Hardik Vazza mengejutkan yang dihardiknya. Icho terkekeh. Ia segera menurunkan Ezzy, kucingnya, dari pangkuannya. Yang sedetik kemudian Ezzy sudah berlarian menuruni tangga dan bermain dengan bola kecilnya di Taman halaman rumah Icho.

10 menit kemudian, mobil yang di kendarai Icho telah sampai di SD tempat Keila bersekolah.

"Lama-lama gue jadi sopir lo deh, Vaz. Setiap hari nganterin lo sama Keila ke sekolah. Gaji napa, Vaz," Ujar Icho meratapi nasibnya.

"Kan lo sendiri yang dulu nawarin gue sama Keila bareng ke sekolah. Ya jadinya keterusan sampe sekarang," Kekeh Vazza. Icho mengambil selembar tissue dan mengusapkannya di kedua mata, memulai drama receh khasnya. "Etdah si alay jangan main-main di jalan raya. Fokus nyetir, Cho."

"Lama-lama gue jadi babu, nih. Gaji 5 juta sehari, lumayan," Tawanya kembali mengusap tissue di matanya dengan berpura-pura tangis haru digaji 5 juta.

"Cho, jangan bercan--"

Drakk

_____

Masih awal kok, hehe. Belum masuk ke konflik. Baca terus ya:) Jangan lupa vote n comment:)

Cute Author,

Zana.

XaviereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang