Prologue

78 10 12
                                    

Malam hari yang begitu kurindukan.

Dentingan alunan lagu yang membuat hati ini selalu berdebar.

Dari suara seseorang yang selalu ada di angan.

Sudut bibir ini selalu tertarik mengingat bait-bait manis yang terucap.

Yang membuat imajinasi akan keputusan antah berantah.

Bahwa lagu itu dipersembahkan untukku.

Sungguh aku akan mempersilahkan kalian memanggilku gila.

Gila karena mencintai sosok tak nyata.

Bahkan aku menulis sebah surat cinta.

Yang pasti tidak akan pernah dibacanya.

*****

"Kyaa...Suaranya Shun memang sangat luar biasa, bahkan tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata." Aku mulai menggelinding kesana-kemari sambil memeluk boneka lumba-lumba berwarna putih dan merah jambu yang aku namai Lucy. Rambut hitam kecoklatan bergelombang sebahu kubiarkan terurai berantakan saling terbelit. Ku angkat sebelah tanganku seperti hendak menggapai sesuatu.

"Aku benar-benar ingin menyentuhnya. Seberapa halus surai putih itu? Seberapa cantiknya kedua manik hijau kekuningan yang terasa misterius yang ia miliki? Seberapa cepat jantung ini akan berdetak jika mendengar suara yang memanggilku dan melihat senyumnya secara langsung? Seberapa nyata dirinya?" Entah mengapa pipiku serasa panas hanya dengan memikirkannya saja. Aku langsung menutup wajah meronaku dengan menggunakan Lucy sebagai Tameng.

"Rei jangan bodoh dan gila. Ingat dia hanyalah tokoh dua dimensi saja." Aku menampar pelan kedua pipiku yang merona pelan agar kembali kepada kenyataan yang menyedihkan. Rasanya dadaku terasa sesak mengingat Kenyataan yang begitu pahit yang harus kuterima akan kehadiran dirinya yang sebenarnya. Tapi aku mengenyahkan semua pikiran negatif itu semua. Karena aku haruslah bersyukur akan eksistensinya seperti apa adanya.

"Rei ini sudah jam 11 lebih. Jangan berisik, matikan lampumu, dan segera tidur!" Perintah ibuku dari balik pintu yang sejenak membuatku kaget. Akupun mulai mematika lampu kamarku dan menarik selimut untuk tertidur.

"Aku berharap bahwa aku bisa bertemu dengan Shun secara langsung untuk menyampaikan semua rasa ini." Doaku untuk pengantar bunga mimpi yang ku nanti penuh dengan imajinasi. Mataku terasa sangat berat namun aku merasa sepintas melihat sebuah kilatan cahaya yang singkat lewat jendela.

Bahkan di dalam mimpiku, hatiku masih merasa tak nyaman.
Entah kenapa, aku merasa sangat merindukannya.

Namun akhirnya itu hanyalah omong kosong yang membuatku tertawa

Jika dia benar-benar ada bersamaku, maka itu lebih dari cukup

Tuhan, kumohon biarkan aku mendengar suaramu
Hanya sedikit saja tak masalah
Aku ingin bersamanya

Author POV

Manik hitam kecoklatan itu mulai tertutup rapat, tanpa mengetahui bahwa sepintas saat ia mengucapkan doanya bahwa saat itu pula bintang jatuh melintas dan bertepatan dengan dua jarum jam yang menuju pada angka yang sama. Membuat sebuah dengungan kecil dalam peleburan yang akan melukiskan sebuah cerita yang dialami gadis ini.

Rei Tsubaki Present

My Wish Letter
.

.
.
Story abal-abal karya original
Sorry for typo or ooc
.
.
.
STORY START RIGHT NOW

My Wish LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang