2. BENCI PERPISAHAN

38 3 0
                                    

Semenjak perkenalan kemarin. Kanza selalu main bersama sekelompok laki-laki yang termasuk teman Milano. Jarang sekali ia bermain dengan anak perempuan. Mengobrol dengan Shiren pun hanya ditempat duduk. Kanza benar-benar dijaga dengan Milano dan teman-temannya.

Hari ini hari libur. Kanza tidak keluar rumah seperti teman-teman lainnya. Ia meilih dirumah menghabiskan waktu dengan keluarganya. Kini Kanza duduk pada sofa empuk yang mengarah pada TV. Kanza duduk bersama ayahnya.

"Kanza" panggil Kaisar pada Kanza.

"Kenapa yah?" tanya Kanza.

"Kanza mau ikut kerumah bude sama mama apa mau tinggal sama ayah?"

"Ma-maksudnya?"

"Ayah harus pisah sama mama nak"

Sumpah demi apapun kini Kanza menahan tangisnya. Meski baru berumur hampir sepuluh tahun. Ia sudah mengerti maksud dari ayahnya.

"Kanza ga tau yah" ucap Kanza kini meninggakan ayahnya untuk menghindari perkataan yang menyakitkan itu.

Kini yang gadis kecil itu tau hanya satu 'Orangtua nya akan berpisah'.

"Nak masukin barang-barang keperluan kamu kedalam koper yang ada disana ya" ucap Zania yang menunjukkan dirinya dikamar Kanza.

"Kita mau kemana si ma?" tanya Kanza dengan suara bergetar.

"Kita pergi kerumah bude ya nak"

"Mau ngapain? Kenapa segala bawa barang-barang sekoper ma?"

"Kita pergi selamanya"

Setelah itu Zania menutup pintu meninggalkan anak gadisnya.

Kanza menangis layaknya anak kecil yang akan kehilangan mainan kesayangan nya. Ia tidak ingin ikut mama nya karena akan berpisah dengan ayahnya. Tapi jika ia ikut ayahnya, maka ia juga akan tidak bertemu dengan mamanya. Bagaimana bisa seorang anak kecil bisa mengerti keadaannya sekarang ini? Gadis kecil berumur hampir sepuluh tahun sudah diberikan pilihan sesulit ini?

¤¤¤¤¤

"Mama kemana yah?" tanya Kanza yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah lelah menangis.

"Nginep dirumah temennya"

"Kok Kanza ditinggal?" kini nada suara Kanza berganti seperti anak kecil yang merengek.

"Karena ada ayah dirumah" Kaisar meninggalkan anak gadisnya itu untuk pergi kerumah orangtuanya yang berjarak dua rumah saja.

'Ya Allah kenapa semuanya jahat sama Kanza?' gumam Kanza pada dirinya. Kini ia tertunduk. Dan matanya melebar melihat benda pipih yang ada pada meja kecil dekat TV.

Kanza mengambil ponsel milik Kaisar dan melihat ada pesan dari seseorang.

Istriku

Udahlah mending sekarang ayah ceraiin mama aja, biar Kanza aku bawa ikut sama aku.

Saat ini juga jiwa Kanza terguncang, ia segera berlari ke kamar dan menutupi kepalanya dengan bantal. Tangannya masih mengenggam ponsel milik Kaisar.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang