That Boy

10K 924 73
                                    

Bibirku membentuk senyuman saat seorang manusia lagi-lagi 'memanggilku'. Ditengah waktu bosanku, rasanya asik juga mengerjai para manusia membosankan itu.

Aku termenung saat melihat yang memanggilku hanyalah seorang pemuda kecil, yang tidak berhenti terbatuk saat aku tiba.

Apa yang diinginkan manusia kecil ini dariku? Dia bahkan tidak memiliki sedikitpun aura kejahatan dalam tubuhnya.

Mata bulatnya memandangku terang, sedikit tersenyum menggunakan bibir kering pucatnya itu.

" Aku tidak percaya ini benar-benar berhasil" lirihnya pelan. Wajahnya terlihat puas, menampilkan sebuah kehangatan yang membuatku bergerak tidak nyaman.

" Kuberi kau tiga permintaan, dengan bayaran jiwamu sendiri" ujarku licik. Manusia yang mendengar hal ini biasanya akan segera menampilkan wajah bernafsu dan mengutarakan permintaannya, sementara anak kecil ini malah terlihat bingung sambil terus memasang pose seperti tengah berpikir.

Dia...... Tidak secara sengaja memanggilku tanpa permintaan apapun bukan?

Manusia macam apa sebenarnya dia ini?

Aku hampir saja meninggalkannya sebelum tangan rapuh menahan pakaianku. Anak itu memandangku serius, inilah saat yang paling kusuka dari nafsu manusia.

" Aku..... Ingin tahu kapan aku akan mati" pintanya yakin.

......

" Hanya itu?" tanyaku bodoh. Manusia biasanya meminta agar diperpanjang umurnya atau mendapat keabadian. Tapi kenapa ia malah ingin tahu kapan hari kematiannya?

Ia mengangguk mantap, membuatku sedikit tertarik dengan jiwa kecil ini.

" Tanggal 10 bulan November tahun ini. Itu hari kematianmu" ujarku yakin. Satu permintaannya telah kukabulkan.

Dia tersenyum masam, melihat kearah kalender dan tertawa kecil.

" Berarti waktu hidupku tinggal sebulan lagi...."

" Apa kau ingin memperpanjang masa hidupmu? Aku bisa melakukannya asal kau pinta" tawarku bangga. Tidak ada manusia yang akan menolak keinginan ini, tidak ada dan tidak akan pernah ada.

Ya, tidak ada sebelum dia menggelengkan kepalanya mantap.

Dia ini sebenarnya manusia atau bukan sih?

Senyumnya mengalihkan perhatianku, senyum polos yang jarang kutemui dari diri manusia.

" Aku hanya ingin 'hidup' sebelum aku mati. Aku tidak ingin membawa masalah setelah kematianku" jawab manusia kecil itu mantap. Aku menatapnya bingung, sebelum segera sadar dan membungkukan badanku.

Manusia ini cukup menarik untukku. Mengamati hidupnya yang tinggal sedikit kuharap bisa menghilangkan sedikit kebosananku pada mahluk ini.

" Siapa namamu manusia?" tanyaku, cukup penasaran.

Anak itu tersenyum cerah, mengulurkan tangannya yang seperti ranting pohon dan menyodorkannya padaku.

" Nicole. Kau bisa memanggilku Nicole mulai sekarang" balasnya mantap tanpa menarik tangannya yang teruur padaku.

Aku tersenyum kecil. Manusia yang menarik selalu enak untuk kusantap. Aku mengulurkan tanganku, meraih tangannya yang dingin lalu membalas senyuman murni -kuakui begitu- miliknya.

" Ucapanmu adalah perintah bagiku. Namaku Amon, mari berkawan untuk sebulan manusia"





-




-



" Uhuk uhuk"

Aku mendesah untuk entah kesekian kalinya saat mendengar suara batuk untuk yang kesekian kalinya. Ditengah cuaca dingin dan keadaannya yang buruk, dia malah dengan bodohnya berangkat ketempat yang dipanggil sekolah.

[END] Black Wings (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang