5.1

36 5 1
                                    

Pagi ini, seperti biasa, Adit nganterin aku ke sekolah. Baik banget kan Adit? Iyalah, kakaknya aja baik.

Hehe.

"Jangan lupa jemput gua dit, jam 15.30, oke?" Ucapku sambil memberikan helmku kepadanya. Males lagian bawa-bawa helm ke kelas.

Iya aku manja banget emang kalo sama Adit.

"Iya iya," tanggapnya mengiyakan ucapanku, "helmnya bawa sendiri aja kenapa sih?" Protesnya saat menerima helm dariku.

"Males dit~" jawabku dengan nada yang agak manja, yang malah bikin si Adit merinding dengernya.

"Apasih kak? Gausah sok unyu gitu deh ah," protesnya lagi, "iya gua bawa"

Kan, emang Adit tuh gabisa nolak permintaannya Arisa.

"Makasih adit sayang~" ucapku, "sana dah, ntar lu telat lagi."

"Iyeee~ dadah" pamitnya sambil melajukan motornya meninggalkan area sekolahku.

Saat berjalan ke arah koridor, ku lihat dari kejauhan seseorang yang sangat aku kenal.

Adrian.

'Ga mungkin kali, Ris, dia nungguin lu disitu.' Batinku, berusaha untuk ga ke-pede-an.

Ini semua efek kemaren dia ngajak pulang bareng. Bikin aku agak baper.

Ehm.

Aku melewatinya begitu saja, sampai aku sadar ia berjalan di sampingku.

He?

"Pagi, Arisa." Sapanya.

Ini bukan mimpi kan? Jadi chat dia yang kemaren dia bilang, 'sampe ketemu besok.' Itu beneran? Wow. Kirain cuma kata-kata doang.

"Eh, ya, pagi, Adrian." Sapaku, agak kaku.

Setelah sapaan itu, kita cuma diem-dieman sambil jalan ke arah kelas masing-masing. Banyak yang liatin, bikin aku risih. Ya gini lah nasib jalan di sebelah anak basket terkenal satu sekolahan. Paling abis ini aku di hujat sama fans-fansnya. Sabar aja aku mah.

"Jam pertama nanti pelajaran apa?

Akhirnya dia membuka pembicaraan.

"Nngg... Bahasa Indonesia, lu?"

"Bahasa Inggris," jawabnya, "gua masuk kelas duluan ya, dah" pamitnya, lalu memasuki kelasnya.

"Bahasa Inggris," jawabnya, "gua masuk kelas duluan ya, dah" pamitnya, lalu memasuki kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, ya, dadah." Balasku.

Tunggu.

Tadi dia senyum? Ke aku?

Ga salah liat kan ya?

Segera saja aku melangkahkan kakiku pergi dari situ, takut jadi bahan gosip anak-anak kelasnya.

Sampai di kelas, ku dapati Harunnizar Baihaqi duduk di tempatnya Callista, yang otomatis berada di sebelahku.

Ada apalagi sih ini?

classmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang