The Tragedy

29 8 5
                                    

Sekolah sudah ramai dengan anak-anak yang tak sabar untuk bermain. Bel sekolah sudah berbunyi. Aku dan Nebula berjalan beriringan menuju kantin. Kami hendak membeli cemilan untuk menganjal perut.

"Mau beli apa?" tanya Nebula padaku.

"Mau beli roti sama minum aja, deh," jawabku sambil mengambil roti dan air minum. Nebula mengikutiku dan merogoh uang disakunya.

Syush..

Angin dingin menerpa wajahku. Rok biruku mengembang karena angin. Perasaanku saja, atau..? Mendadak kepalaku pusing.
***
"Papa? Mama?"

Aku celingukan mencari papa dan mama. Kemana mereka? Aku... tersesat?

Aku terus memanggil papa dan mama ditempat yang sunyi ini. Lampu-lampu temaram menemani langkahku. Hingga akhirnya lampu-lampu itu mati, dan aku sendirian di kegelapan ini.

Karena gelap, aku terjungkal jatuh. Sambil meringis kesakitan, aku memperhatikan kejadian yang terlihat di depan mataku. Jauh diujung sana, ada 3 orang yang sedang berdiri dibawah lampu yang terang benderang.

Aku berlari mengejar mereka, namun saat sampai, mereka menghilang. Aku celingukan sesaat, dan akhirnya putus asa dan menangis kencang.

Tiba-tiba kepalaku dihantam sesuatu.

Gelap.
***
"Vy? Vy? Vyy..,"

Aku terkejut karena tiba-tiba saja Nebula sudah berada di depanku. Perasaan tadi dia baru bayar, deh.

"Kenapa, La?" tanyaku.

"Pake tanya kenapa lagi! Hampir aja kamu nabrak tiang bendera kalo nggak aku setopin. Lagian jalannya jauh amat, sih! Dari kantin sampe tiang bendera! Ngigo, ya, kamu?" Nebula mengintrogasiku. Aku mengedarkan pandangan sekelilingku dan benar, aku sedang berada di lapangan. Persis didepan tiang bendera.

"A.. ah?" aku bingung.

"Kenapa lagi?"

"Aku bingung kenapa aku bisa kesini."

"Listen. You're walking here leaving me in the canteen alone, and when i found you, you obviously about to hit that flag pole and then you said you doesn't know why you're here?! Keren sekali, orang mengigau di siang hari," omel Nebula sambil menarik tanganku. Dia mengarahkan ku menuju tempat parkiran dimana mobil yang ku kenal bertengger manis di salah satu sudut jalan.

"Oke, dah, Nebula!" kataku sambil menepuk keras bahu Nebula. Dia melambai kearahku dan aku berlari secepat mungkin, berharap dia tidak menyadari apa yang kulakulan tadi.

"Oy, Neb, apaan tuh di punggungmu? 'I'm a loser'. Hahaha!" seru Dyane sambil tertawa. Nebula yang tertegun langsung meraba punggungnya dan menarik kertas yang menempel di punggungnya.

"Evy!!!" seru Nebula marah. Aku hanya terkikik melihat kejadian itu di balik kaca jendelaku. Ya, aku tetaplah aku, anak nakal.

"Kenapa tertawa, Vy? Kayaknya tadi ada yang manggil kamu, deh," ucap mama sambil menengok kebelakang.

"Ah, gak ada, mi. Yuk jalan, pa!" ucapku sambil cekikikan kecil.

Mobil melaju. Sepanjang jalan, aku menceritakan segala sesuatu yang terjadi di sekolah. Sungguh, kebersamaan yang hangat sekali.
***
"Evy, mama sama papa pergi sebentar, ya. Mama sama papa ada kerjaan, pulangnya gak malam-malam amat, kok," pamit mama kepadaku sambil mengusap-usap kepalaku. Aku menepisnya.

"Jangan pergi, ma," ucapku.

"Ini kerjaan sayang. Mama sama papa janji, deh, sepulang nanti, kita makan di restoran. Kita nggak pulang malem, kok," bujuk mama agar bisa melepaskan pegangannya. Aku mengeleng keras. Firasatku buruk.

Sudah beberapa kali aku memohon, aku tetap tak bisa mencegah mereka agar tak pergi.

Beberapa jam setelah mama dan papa berangkat, sebuah mobil patroli polisi datang menghampiri rumahku. Apa yang mereka katakan membuatku terpukul dan ingin mengurung diri.

Papa dan mama meninggal karena kecelakaan mobil saat hendak pergi ke kantornya.

Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang