Matahari sedang menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan dengan senang hati mengusir awan-awan sehingga langit tampak benar-benar bersih. Dara mengelap peluhnya. Panas!
Dibantu Fabian, Dara menempelkan pamflet untuk lomba cerdas cermat bulan depan. Agenda bulanan OSIS, lomba berbasis akademik. Biasanya setiap semester akan ada lomba cerdas-cermat tingkat kota dan sekolah mereka akan mengirimkan delegasi berdasarkan pemenang lomba yang diselenggarakan OSIS ini.
"Tinggal berapa Bi?" Dara mengarahkan kipas angin portable berwarna tosca ke arah wajah dan leher.
"Dua."
"Tempel kemana lagi nih?"
"Kelas pojok sama sebelah lab bahasa." jawab Fabian. "Yuk!"
Dara mengangguk, lalu berdiri. Keringatnya sudah setengah kering karena kipas yang tepat berada di depan wajahnya, tapi tetap saja gerah. Apalagi setelah ini dia dan Fabian harus melintasi lapangan upacara untuk menuju lab bahasa.
"Jangan dihadepin ke muka. Ntar masuk angin." Peringat Fabian, lalu mendahului Dara.
Gadis itu shock. Mukanya bersemu, malu.
Demi apa tu orang bilang gitu? Mana langsung pergi, lagi
Dara terdiam di tempatnya berdiri. Belum bergeser satu inchi pun. Gadis itu masih speechless. Fabian yang menyadari hal tersebut langsung berbalik, "Ayo buruan. Matiin tuh kipasnya. Kalo lo sakit, besok kita ga bisa siap-siap."
Setelah Fabian meninggalkannya, Dara kemudian tersadar. Ah, Fabian. Coba kalo gue ga inget kita ga sama-sama pengurus OSIS, pasti gue bakalan baper parah sampe kelas dua belas
***
Hullaaaaa! Akhirnya project ini re-publish juga. Aku tau kok, kalo nulis fiksi begini rada unfaedah bagi aku yang mahasiswa kesehatan, dan tujuan aku nulis ini karena aku kangen nulis banget. Hehe. Tapi, nanti aku bakalan selipin sedikit ilmu kok insya Allah. Doain aja ya.
Semoga pada suka ya! Kalo ada kritik dan saran, jangan cuma diomongin di mulut aja ya. Karena kritik dan saran kalian akan menjadi salah satu semangat aku buat menulis dengan lebih baik lagi di part-part selanjutnya.
Sampai jumpa Jum'at depan!
KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINO
Teen FictionAku pernah benar-benar ada, tapi bagimu tak pernah benar-benar nyata.