.
.
.
.
Happy Reading
.
Matanya terpejam, berbagai umpatan dan kata-kata kasar begitu terdengar jelas di telinganya, hatinya tertusuk sangat sakit. Ia diam, tak melakukan banyak. Hanya menjadi pendengar yang baik, duduk bersandar pada Headbadnya.
Semua keributan di luar itu ia dengar dengan jelas. Pintu kamarnya sengaja ia buka sedikit, ia selalu ingin mendengarnya. Menyakitkan, tapi rasanya harus. Harus mendengar setiap lontaran kata-kata tajam yang keluar dari kedua orang tuanya. Ia selalu bertanya pada dirinya sendiri. Kenapa dirinya yang selalu menjadi pelakon utama di atas pertengkaran mereka? Ia sungguh tidak mengerti.
Kyuhyun sadar dirinya memang biang dari pertengkaran kedua orang tuanya. Tapi kenapa? Ia pun tak tau jawabanya. Ingin bertanya tapi pada siapa?
Ia ingin mengerti kenapa eommanya itu selalu meminta maaf pada appanya. Ia juga ingin tau kenapa appanya selalu menyebut eommanya wanita kotor. Apa kesalahan eommanya di masa lalu? Dan apa ada hubunganya dengan Kyuhyun atau tidak?
Beberapa detik kemudian suasana menjadi hening, tak ada teriakan kedua orang dewasa itu. Tak ada lagi tangis pilu eommanya yang memohon ampun pada appanya. Suasana menjadi begitu sunyi, setelah terdengar bunyi bantingan pintu yang begitu keras.
Kyuhyun membuka matanya, penglihatannya terasa kabur karena air mata yang terpampung di pelupuk matanya, tidak. Ia tidak menangis tadi. Hanya ah... Entahlah sulit di terjemahkan. Ia juga tak mengerti kenapa ada air mata yang siap meluncur bebas di wajahnya. Kyuhyun memilih mengusapnya lebih dulu, sebelum air matanya menetes. Setelahnya ia menutup pintu kamarnya begitu rapat dan menguncinya.
Matanya tak sengaja bertemu dengan kalender duduk di meja belajarnya. Besok hari minggu. Kyuhyun menghela nafas.
" Apa yang harus lakukan besok? "
Kyuhyun sangat tak suka hari minggu, ia lebih menyukai sekolah. Ia lebih menyukai berada di luar rumahnya daripada di dalam rumahnya yang terasa begitu dingin dan seperti neraka. Kenapa harus neraka? Padahal nerakan panas, entahlah Kyuhyun lebih suka menyebutnya seperti itu. Suasana rumah yang begitu dingin. Dan penghuninya yang ia sandingkan dengan para penghuni neraka. Kecuali dirinya. Tentu saja! Itulah definisi yang ia simpulkan sendiri.
Kyuhyun melirik alat-alat portablenya. Terasa membosankan. Biarlah ia besok pagi akan pergi ke taman untuk melakukan olahraga ringan karena memang biasanya taman kota akan ramai di hari minggu karena ada car free day.
Setelahnya ia akan memutuskan besok dan sekarang ia lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya di ranjangnya yang nyaman itu.
******
Jam menunjukan pukul 8 pagi, janjinya ia akan pergi olahraga ia urungkan sendiri karena bangun kesiangan, ia menggerutu karena lupa meyetel alarm. Ia bangun pukul 8 pagi. Dan sudah di pastikan acara Car free day akan selesai 1 jam lagi.
Ia menghela nafas, ia akan mandi dan setelahnya keluyuran entah kemana. Ia akan memutuskannya nanti.
.
.
Saat ia menuruni anak tangga, matanya tak sengaja menatap sang ayah yang sedang berjalan ke arahnya, ah lebih tepatnya akan menaiki tangga. Layaknya orang asing dua orang itu berjalan tanpa sapaan atau saling menoleh. Seperti ada sebuah sekat yang begitu tebal.
Hati Kyuhyun bergemuruh, ia sudah terbiasa seperti ini. Tapi tetap saja ia tak pernah terbiasa. Rasanya setiap hari sama, dan tak akan pernah berubah.