Setelah genap berusia tiga tahun, keluarga Damai terpaksa harus pindah dari Jakarta ke Jogjakarta, karena Ayahnya dipindah tugaskan ke sana. Ibu Damai keturunan suku Jawa, masa kecilnya ia habiskan di Jogja hingga dewasa. Oleh karena itu ibu Damai fasih berbahasa Jawa. Sedangkan Ayah Damai adalah orang Jakarta.
Masa-masa sekolah Damai ia lewati hingga kini beranjak dewasa. Tepat satu tahun yang lalu pertama kali ia menginjakan kaki di salah satu SMA Negeri di jogjakarata , kini tinggal dua tahun lagi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Kring ..kring..kring. Suara alarm terdengar dari suara kamar Damai. Pelan-pelan ia membuka mata dan berusaha untuk meraih alarm di meja samping tempat tidur. Ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 pagi. Segera Damai bergegas meninggalkan tempat tidurnya. Selesai mandi, ia menatap dirinya di cermin sembari mengalungkan dasi berwarna biru abu-abu yang berwarna senada dengan celana panjang yang ia kenakan. Ia tampak rapi dengan seragam sekolah kebanggannya. Damai menuruni tangga dengan menggendong tas sekolahnya tampak dari kejauhan Ibu yang telah duduk di meja makan dan langsung menghampiri Ibunya.
"Woow, udah rapi aja. Sini Abang sarapan duduk deket ibu," pinta ibunya.
Ibu Damai dari kecil memanggilnya dengan sebutan "Abang" karena ia hanya seorang anak tunggal, dengan begitu ibunya merasa lebih dekat apabila memanggilnya dengan sebutan Abang.