Dua

69 6 1
                                    

Malam beranjak semakin larut dan keempat sahabt itupun kembali ke kamar masing-masing untuk merangkai mimpi serta mengistirahatkan tubuh serta otak mereka yang sudah sanga lelah dengn aktivitas seharian ini meski hanya duduk di depan laptop. Setiap orang memiliki kamar masing-masing hingga tidak ada seorangpun yang dapat mengusik barang-barang pribadi mereka.

Khansa merebahkan badannya dan menatap langit-langit kamar yang sengaja dia tempeli beberapa kertas berwarna gold sehingga meninmbulkan cahaya di kegelapan kamarnya dan seperti bintang yang bertaburan di langit malam. Pikirannya terus berkelana akan ide cerita yang akan di angkatnya kali ini. Ada satu tuntutatan di dalam dirinya untuk mengangkat cerita bertema 'doreng', tapi di sisi lain dia terbentur dengan perizinan yang membuatnya tidak dapat mengangkat cerita itu meski semuanya telah begitu matang dan siap di angkat menjadi rangkaian kata-kata.

"Angkat jangan ya?" gumam Khansa sambil memainkan ujung rambutnya yang tergerai.

Keempat sahabat itu memang semuanya menggunakan hijab, tapi ketika tidur mereka menggerai rambutnya dan membiarkan mahkota perempuan mereka bernapas lega tanpa ikat rambut dan hijab. Kamar memang area pribadi mereka sehingga mereka tidak perlu canggung untuk tidak mengenakan hijab.

Tok... tok... tok... tiba-tiba Khansa mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Dengan cepat tangannya mengambil kerudung yang tersampir di atas kursi meja rias dan menyalakan lampu kamarnya. "Siapa?"

Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang Khansa lontarkan hingga membuatnya terpaksa untuk melangkahkan kaki membuka pintu. Tapi betapa kagetnya Khansa saat tidak menemukan siapapun di depan pintu kamarnya.

"Ta... barusana kamu ketuk pintu kamarku gak?" tanya Khansa sambil mengetuk pintu kamar Ta yang tepat berada di samping kamarnya.

"Gak lah, gak ada kerjaan lagian Sa ngetuk pintu kamar kamu," kata Ta sambil membuka pintu kamarnya.

"Trus siapa yang ngetuk pintu kamarku?"

"Miss K kali."

"Iiihhh... serius kali Ta."

"Ya mangkanya jangan bikin cerita horor mulu biar gak di sambangi miss K."

"Lah kaya kamu gak bikin saja Ta."

Khansa dan Ta memang lebih sering menulis cerita horor di bandingkan dengan genre lain. Berbeda dengan Dewi dan Nindy yang lebih menyukai menulis cerita-cerita bergenre romance dan di akui hasil karya mereka memang mampu mengaduk-ngaduk perasaan hingga menimbulkan rasa baper yang sangat tinggi bagi siapa saja yang membacanya.

Setelah berbincang-bincang beberapa saat dengan Ta, akhirnya Khansa kembali ke kamarnya dan bersiap untuk kembali memejamkan matanya yang tadi sempat tertunda. Meski begitu banyak pikiran yang menggelayuti otaknya, tapi kantuk mengalahkan semuanya dan membuat Khansa tertidur dalam buaian Sang malam.

***

Ta menatap halaman rumah dari balkon kamarnya. Dia memmikirkan apa yang terjadi di rumah kontrakan mereka selama sehari ini, mulai dari suara barang-barang pecah hingga suara ketukan pintu di kamar Khansa. Ya, dia sesungguhnya mendengar suara ketukan itu dengan sangat jelas, tapi dia tidak mau mengatakannya pada Khansa hanya agar dia tidak semakin bertanya-tanya siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

Ada apa dengan rumah ini? Kenapa sesuatu yang aneh baru terjadi hari ini setelah hampir dua tahun kami tinggal di sini? batin Ta yang masih memikirkan semuanya.

Dia memang orang yang terlihat periang dan terbuka, namun dirinya menyimpan banyak rahasia, apalagi hal-hal yang tidak seharusnya teman-temannya ketahui. Bukan karena Ta tidak ingin memberi tahu sahabat-sahabatnya itu, tapi dia tidak ingin mereka khawatir atau cemas, semua untuk ketentraman rumah dan hubungan keempatnya.

Tidak dapat di pungkiri, dalam sebuah persahabat tidak pernah ada yang mulus seperti jalan tol. Masalah-masalah kecil terkadang menghampiri mereka namun semuanya bisa di atasi dengan baik dan hubungan di antara keempatnya tetap baik-baik saja.

Semakin lama Ta memikirkan mengenai apa yang terjadi pada rumah itu, semakin dia tidak mengerti dengan semuanya. Apa yang terjadi hari ini--di luar insiden pecahnya vas bunga oleh Khansa--sungguh benar-benar baru terjadi dan hal itu mau tidak mau menyita waktu serta pikirannya.

"Kamu jangan seperti itu lagi!" tiba-tiba Ta mendengar seseorang berbicara tepat di depan kamarnya. Suara yang begitu sangat di kenalnya karena hampir selama tiga tahun ini dia mendengarnya setiap hari.

"Kak Dew, dia lagi bicara sama siapa?" tanya Ta sambil bergumam dan segera beranjak dari balkon kamarnya.

Suara yang di dengar Ta memang tidak terlalu keras, tapi dia sangat yakin jika itu adalah suara Kak Dew. Sedikit aneh memang karena Kak Dew yang memiliki kamar di lantai bawah mau repot-repot naik ke atas serta berbicara di depan kamar Ta, seauati yang sangat jarang dilakukan mengingat dari awal dia memilih kamar di lantai bawah karena malas naik turun tangga setiap hari walau itu menyehatkan.

Dengan langkah cepat Ta segera menuju pintu kamarnya seolah tidak ingin lagi kehilangan jejak atas hal aneh yang terjadi kembali di rumah itu. Begitu di depan pintu dia langsung membukanya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati di depan kamarnya tidak ada siapapun, bahkan Kak Dew pun tidak ada.

Berulang kali Ta menengok ke kiri dan kanan, tapi tetap saja dia tidak menemukan siapapun, bahkan koridor itu terlihat begitu sepi menandakan jika tidak ada seorang-pun yang baru saja berada di sana.

"Sa... Kak Nindy...," panggil Ta dengan suara yang tidak terlalu keras namun yakin dapat di dengar oleh kedua sahabatnya itu.

Lama Ta menunggu jawaban dari Khansa dan Kak Nindy, tapi dia tidak mendapatkan jawaban apapun, seolah keduanya telah merangkai untaian mimpi hingga menjadi sebuah cerita indah yang aka mereka tuangkan dalam tulisan esok hari.

Setelah yakin jika Kak Nindy dan Khansa tidak telah tertidur lelap, Ta-pun melangkahkan kakinya menapaki anak tangga. Dia ingin meyakinkan dirinya jika suara yang di dengarnya tadi adalah suara Kak Dew.

Tok... tok... tok... Ta mengetuk pintu kamar Kak Dew dan berharap jika perempuan yang memiliki kedewasaan lebih dari dirinya serta kedua sahabatnya masih bangun dan membenarkan semuanya.

"Hhhhmmm... ada apa Ta?" tanya Kak Dew setelah membuka pintu kamarnya sambil sedikit mengucek matanya yang terlihat baru saja terbangun dari mimpi indahnya.

"Tadi Kak Dew ke atas gak?"

"Gak, kenapa?"

"Gak apa-apa Kak, aku cuma tanya saja. Ya sudah maaf ganggu Kak."

Ta kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Pikirannya kembali di pusingkan dengan satu kejadian yang sangat ajaib dan di luar nalarnya sama sekali.

Kalau bukan Kak Dew, lalu siapa yang tadi bicara di depan kamarmu? batin Ta sambil membuka pintu kamarnya dan bersiap terlelap di dalam dekapan Sang Malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang