xiii. daisy

135 28 4
                                    

SUATU hari, Jihoon pernah mendapati Guanlin berkutat di kebun, menggunakan sarung tangan plastik dan sekop tanam ditaruh di sisi tubuhnya.

"Kamu tidak pergi bekerja?" tanya Jihoon setelah kembali ke belakang untuk membawa dua cangkir teh hijau hangat dan keripik apel. Lalu ia meletakkan teh yang tanpa gula sebab Guanlin suka satu yang rasanya sepat. Ia tentu tidak berpikir Guanlin akan dipecat, karena pekerjaan laki-laki itu hanyalah pegawai negeri di kantor kelurahan yang terletak dengan klinik, dan tempat itu benar-benar kekurangan orang.

"Malas, ah. Lagipula aku ingin sesekali menemani kamu di rumah, he he."

Jihoon mengetukkan lidah, "Kurang kerjaan."

Guanlin mengangkat sekop tanam, "Hei. Sekarang aku bahkan sedang bekerja."

Jihoon berjongkok di sampingnya, sedikit berpikir. Ada pot-pot terakota kecil berisikan rumpun-rumpun bunga mungil sewarna salju. "Aku yang kurang memerhatikan atau memang sebelumnya di sana tidak ada bebungaan itu?"

Guanlin beralih padanya, "Oh! Itu memang aku yang tanam. Tadinya kutaruh di dekat pohon samping rumah, tapi karena semalam hujannya deras, jadi kumasukkan ke dalam. Nah, sekarang kubawa keluar lagi karena mereka butuh bernapas!"

"Aku tidak pernah tahu kamu bisa berkebun," Jihoon berkedip.

Guanlin menyuil pipinya, "Kalau cuma tinggal gali tanah dan masukkan bibit, siapa pun bisa otodidak, Jihoon."

Jihoon mendesis, "Tapi butuh kesabaran untuk bisa memperoleh bunga yang indah."

Guanlin mengangkat bahu. "Aku telah menanamnya dua bulan lalu." katanya, melepas sarung tangan, lantas mencomot keripik apel dan memakannya langsung.

Jihoon menepuk tangannya, cukup keras hingga Guanlin mengaduh. "Sudah sering kukatakan, kalau mau makan, cuci tangan dulu!"

"Heheh, tidak apa-apa. Aku kebal! Vitamin!"

[✔] warmest pink | PanwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang