Page 2

139 12 0
                                    

"Eomma aku akan pergi ke Seoul" ucap Yoon Gi mantap membawa tasnya dipunggung.

"Untuk apa kau pergi ke Seoul, Yoongi? Hajima!" Elak eomma menahan tangisnya.

Yoon Gi tersenyum menguatkan eomma yang sudah siap menjatuhkan bulir airmata. Ditatap eommanya itu lekat-lekat terakhir kali sebelum ia ke Seoul. Semakin lama Yoon Gi menatap eomma nya, semakin kabur juga pandangannya.

"Biarkan dia pergi. Dia sudah besar!" Celetuk appa. "Jangan memanjakannya seperti itu. Biarkan dia pergi dan cari pekerjaan"

"Anya! Yoon Gi kau bisa kuliah dulu sebelum bekerja. Apa kamu tak ingin kuliah?" Tanya eomma menahan langkah Yoon Gi.

"Eomma harus percaya padaku. Nega gwaenchana"

"Keunde....." Eomma berlari menuju dapur dan kembali dengan membawa sekotak penuh kimchi. "Bawa ini bersamamu, ne?"

"Ne eomma, gamsahamnida" ucap Yoon Gi sembari tersenyum kecil. "Aku akan pergi eomma appa"

"Hati-hati Yoon Gi. Jangan lupa menelepon eomma. Itjima" ucap eomma memeluk tubuh anak bungsunya itu tak mau melepaskan kepergian anaknya.

Appa hanya menatap Yoon Gi. "Hati-hati"

"Ne eomma appa"

Tepat pada pukul 9 pagi dihari minggu yang cerah ini, Yoon Gi pergi dari Daegu ke Seoul. Diumurnya yang masih terbilang muda, dia menguatkan dirinya untuk berjuang di ibukota. Perjalanan baru yang akan ia tempuh sebentar lagi akan sampai ke peraduannya.

***

Getaran handphone dari saku depan celana jeans milik Yoon Gi mengagetkan dirinya. Getaran itu sudah berkali-kali mengusik Yoon Gi sampai akhirnya ia mengangkat panggilan itu.

"...."

"Aku sudah sampai eomma. Aku sudah mendapatkan tempat untuk tidur" ucap Yoon Gi kepada eommanya diseberang.

"...."

"Ne eomma"

Yoon Gi menutup panggilan dengan rasa bersalah. Dirinya telah membohongi eomma yang paling disayanginya itu, bagaimana tidak? Ia berkata kepada eommanya bahwa ia sudah mendapatkan tempat untuk tidur tapi kenyataannya sekarang Yoon Gi masih berjalan-jalan dipinggiran Seoul tanpa tujuan yang jelas.

"Aku tidak boleh menyerah. Yoon Gi tidak akan menyerah" gumam Yoon Gi menyemangati diri.

Dibawah teriknya matahari Seoul ini Yoon Gi masih berjalan menyusuri setiap ujung kota tanpa melewatkan detailnya. Kota yang selama ini hanya ada dibayangannya kini mulai terasa nyata.
.
.
.
.

"Jeongmal gamsahamnida" ucap Yoon Gi sedikit tertunduk kepada laki-laki separuh baya didepannya. Laki-laki itu sudah berambut putih dan wajahnya sudah muncul banyak kerutan.

"Besok kamu sudah bisa bekerja...keunde ireumi mwoyeyo?" Tanya ahjussi itu.

"Yoon Gi. Min Yoon Gi" jawab Yoon Gi.

"Indah sekali namamu. Bersinar ya? Haha" tawa ahjussi itu. "Kau sudah ingat namaku kan?"

Yoon Gi sedikit berpikir keras menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, inilah gelagatnya ketika kebingungan.

"Tapi anda belum menyebutkan nama" jawab Yoon Gi perlahan.

"Oh matjayo! Aku lupa. Nega Lee Jae Bum" ucap Jae Bum ahjussi. "Besok kau hanya perlu mengantar pesanan ke meja. Algesso?"

"Ne"

Yoon Gi masih duduk disebuah kursi toko roti dengan pandangan melamun. Tangannya menopang dagu seakan-akan dagu itu sudah tak kuat lagi. Matanya yang hitam tanpa ada lipatan itu seolah-olah menerawang masa depan.

Hope || Suga WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang