You and me together
Through the days and nights
I don’t worry ’cause
Everything’s going to be alright
People keep talking they can say what they like
But all i know is everything’s going to be alright
Potongan lirik dari lagu No One – Alicia Keys itu memang sangat menggugah hati hampir seminggu ini kudengarkan lagu ini. Lagu ini cocok banget di dengerin ketika malam hari sambil ditemani secangkir cappuchino. Sayangnya saat ini aku belum menemukan seorang cowok. Mungkin karena aku terlalu “fastidious” alias pemilih.
Tiba – tiba ponsel ku berbunyi ternyata ada sebuah message untungnya bukan dari JaketHitam itu tapi dari Caroline.
Farelina besok datang ke sekolahnya pagian ya ada yang mau aku omongin!!
“Tumben banget si Olin mau ngomong sama aku pagi – pagi, kayaknya serius lagi. Dasar Olin Olin..” ucapku sambil menghabiskan secangkir cappuchino dan pergi menuju kasur.
Sampai di kasur pun aku merebahkan badan plus pikiran ku yang penat gara – gara kemarin aku mengalami hal – hal yang aneh. Tapi semua itu ke ganggu gara – gara suara mama yang nyaring memanggil.
“Farelina kamu udah tidur belum??kalau belum ada yang mau mama sampaiin!” ujar mama .
“Masuk aja ma Farelina belum tidur kok”
“Hey putri mama ini ada surat plus bingkisan, baru aja nyampe tapi gatau dari siapa” ucap mama sembari memberikan surat dan kadonya padaku.
Perasaan aneh pun bercampur dalam hati dan pikiran. Pikiran ku saat ini melihat kado itu hanya teringat tentang Si JaketHitam yang memberikan ku sebucket mawar putih dan coklat berpita putih. Akupun segera membuka kado itu. Dan isinya adalah gaun pesta berwarna putih yang cantiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiik sekali. Lalu kuteruskan dengan membuka surat yang berpita putih.
“Farelina aku hadiahkan gaun putih ini untukmu. Semoga gaun ini dapat kau pakai pada acara prom nite nanti. Penggemarmu, JaketHitam. Dia lagi?!” ucapku membaca surat itu.
Aku aneh dengannya, kenapa dia harus menggunakan cara ini untuk memberikan perhatiannya kepadaku kenapa gak secara langsung??. Swear this person makes me mixed feelings.
Sesaat ku buka kado dan surat itu, tiba – tiba hujan pun turun dengan begitu derasnya. Dan tak tahu kenapa saat itu aku sangat ingin melihat keluar jendela. Dan ku melihat sesuatu yang membuat ku kaget.
“ Siapa cowok itu? Kok dia hujan – hujanan didepan rumahku? Stress banget nih orang! Tapi tunggu ... dia JaketHitam?? Aku harus segera keluar!” ucapku kaget setelah melihat sesosok cowok yang berdiri hujan – hujanan didepan rumahku dengan memakai JaketHitam.
Melihat hal itu akupun segera keluar dengan berlari, tak peduli dengan ucapan mama ku yang aneh melihat sikapku yang seperti dikejar – kejar setan saat itu. Aku pun akhirnya sampai dan segera membuka pintu depan. Namun semua itu sia – sia, yang aku temui saat itu hanya halaman depan rumahku yang kosong tak ada siapapun. Aku pun mencari keluar rumah dengan harap temukan dirinya tak peduli itu hujan atau apapun.
“ Hei JaketHitam aku tahu kamu yang tadi berdiri kan di depan rumahku??! Kenapa sih kamu gak pernah nampakkin wajah? Kamu tahu gak caramu ini hanya bisa membuatku tersiksa!” teriakku lemas.
Sesaat setelah aku berteriak aku tak pernah tahu dan mengingat apa yang terjadi. Yang aku ingat hanya wajahku yang basah terkena air hujan, suaraku yang hampir habis, dan suasana gelap gulita yang tak kunjung sirna.
Keesokan harinya ...
“Farelina bangun! Putri mama yang cantik bangunlah mama mohon!” ujar mamaku sambil menangis karena terikat rasa khawatir yang besar kepadaku.
Tak terasa tangisan mamaku itu seakan menyirnakan suasana gelap yang membelenggu dari tadi. Hingga aku pun terbangun dan menyadari bahwa aku sedang berada dirumah sakit.
“Ma...Farelina dimana?? Terus kenapa Mama nangis?”ujarku lemas.
“Farelina anak mama kamu sedang berada di rumah sakit. Mama tadi nangis karena khawatir kamu kenapa – kenapa.”
“Memang apa yang terjadi padaku Ma??”
“Kemarin kamu jatuh pingsan di depan rumah karena hujan – hujanan dan untungnya ada yang bawa kamu ke rumah sakit.”
“Siapa yang bawa aku kesini Ma??”
“Emmm...i i itu oh iya tukang ojeg yang bawa kamu kesini” ujar mama sedikit ragu dan menimbulkan rasa aneh bagiku. Tapi karena saking lemesnya badan ku rasa aneh itupun tak ku perpanjang.
Saat aku beberapa hari terbaring di rumah sakit. Caroline sahabatku selalu menjengukku dan menceritakan hal apa saja yang terlewatkan olehku disekolah. Termasuk tentang Si Gagap Aria.
“Eh Farelina, Aria nanyain kamu terus tuh plus minta nomer hp lagi!” ucapnya.
“Oh ya? Bilangin aja aku udah mendingan dan kasih aja nomer hp ku!” balasku tenang.
“Beneran gak apa – apa nih dikasih nomernya? Kalau dia ngapa – ngapain kamu gimana?”
“Ya gitu aja khawatir tenang kan si gue jago silat! Hahaha” ucapku sambil tertawa kecil.
“Dasar kamu! Lagi sakit aja tetep lucu! Oh iya Farelina nih...” ucap Caroline sembari memberikan sebuah kotak besar kepadaku. Aku pun bertanya – tanya kepada Olin. Tapi Olin tetap diam dan malah membantuku membuka kotak besar tersebut.
Aku pun membuka kotak itu dengan perasaan khawatir. Takutnya isinya bom atau semacamnya. Perlahan aku pun membukanya dan saat aku melihat semuanya ada yang terjadi pada diriku. Aku merasa aneh kenapa saat aku membuka kotak itu air mataku jatuh ke pipi, jantungku serasa menanggung beban yang berat, dan hela nafasku bagai tersendat ribuan bakteri didalamnya.
“Farelina kamu kenapa? Apa isi kotak itu? Bicaralah Farelina?!” ujar khawatir Caroline.
Akupun mengeluarkan secarik kertas pink berpita putih dari dalam kotak. Dan ku buka secara perlahan dan ku baca.
“Farelina maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Sungguh tak ada sedikitpun maksud untuk menyiksa mu. Aku mohon maafkan aku! Aku akan berubah untukmu, aku akan memberikan JaketHitam ini padamu dan akan ku pakai yang baru dengan JaketPutih.” Baca ku lemas.
Dan ku ambil kertas pink selanjutnya lalu ku baca ternyata isinya sama. Tak terasa aku telah membaca 16 kertas pink yang mempunyai isi yang sama. Dan baru kusadari 16 kertas pink itu mirip dengan tanggal lahir ku yaitu 16 Maret 1996. Caroline pun mengikuti semua tingkahku dan dia pun akhirnya mengerti kenapa aku seperti tadi. Dia pun hanya bisa melempar senyum menenangkan dan meminta ku untuk sabar saat ini.
“Ya Allah bantulah hamba untuk mengungkap siapa orang itu karena hamba tak sanggup lagi seperti ini.!” Ucapku lirih dalam hati sambil menutup mataku yang lelah menangis soal tadi.