MANTAN

767 74 18
                                    


"Menikahlah denganku," suaranya terdengar absolut seperti biasa. Netra crimson memaku sosok kelabu yang saat ini berdiri dengan tangan yang masuk ke dalam mantel bulu.

"Bagaimana jika aku menolak, Seijuurou?" Tak ada rasa takut yang tergambar saat ia menatap sepasang crimson milik tunggal Akashi.

Senyum angkuh terpasang di bibir si pemilik crimson. Rambutnya yang sewarna stroberi matang tampak berkibar karena terpaan angin musim gugur yang lumayan kencang. Guguran daun momiji menambah kesan dramatis situasi mereka saat ini. Matanya terpejam sebelum akhirnya kembali terbuka.

"Aku ini absolut," Akashi menatap tajam pada kekasihnya yang masih memasang ekspresi datar. "Aku tak menerima penolakan—"si kelabu menatap si merah dengan pandangan yang sulit diartikan, Akashi sengaja menggantung kalimatnya, "Tapi bukan berarti aku akan memaksamu, Chihiro."

Angin seketika berembus, spasi yang tak lebih dari satu meter terasa menjadi jurang yang memisahkan mereka ribuan kilometer. Mayuzumi tak mengatakan apa pun, tapi matanya menatap ke arah lain, tak ingin menatap si crimson.

"Aku tak bisa, Sei," Nama panggilan Akashi keluar dari celah bibir si surai kelabu. Kali ini matanya sudah menatap langsung ke dalam sepasang crimson. Matanya menyiratkan keyakinan besar yang tak bisa dibantah. Cepat atau lambat, ini memang harus terjadi.

"Baiklah," Akashi bangkit dari kursi taman yang sebelumnya ia duduki. Kakinya melangkah menghampiri Mayuzumi, "Kalau begitu, selamat tinggal, Chihiro."

Angin kembali berembus, menerbangkan kepingan masa lalu yang tak akan bisa diulang. Mengantarkan mereka pada jalan yang baru dan pastinya kisah yang baru pula.

Lima tahun kami berakhir di sini.

.

.

.

A B S O L U T E

.

.

.


Akashi Seijuurou. Pria mapan berusia 25 tahun. Wajahnya tampan dengan berbagai bakat yang membuatnya kian diidamkan banyak wanita dan uke di luar sana. Namun sayang para wanita dan uke di luar sana hanya bisa gigit jari, karena Akashi Seijuurou saat ini sudah memiliki seorang pendamping hidup bernama Akashi Tetsuya.

"Akashi-kun, apa tempat acaranya masih jauh?" Keduanya sudah berkendara lebih dari setengah jam, dan mereka masih belum sampai ke tempat acara.

Akashi menatap pemuda berparas manis itu lewat kaca depan. Ia menegakkan punggungnya yang lumayan pegal saat ini. "Sekitar sepuluh menit lagi kita sampai, Akashi-chan." Bersamaan dengan itu, Akashi menginjak pedal gas lebih dalam. Kecepatan mobil berwarna merah itu seketika melonjak dengan cepat. Untung Tetsuya pakai sabuk pengaman, kalau tidak kepalanya pasti sudah membentur dashboard mobil.

"Akashi-kun, tolong hati-hati membawa mobilnya," si biru muda berkata dengan nada datar.

Mengacuhkan ucapan Tetsuya, Seijuurou tetap berkendara dengan kecepatan yang mencapai 100 KM/Jam. Jalanan malam yang lengang juga menjadi kesempatan untuk mengebut bagi Akashi.

Sadar bahwa peringatannya diacuhkan, Tetsuya memilih melihat pemandangan kota Akita di malam hari lewat jendela. Lampu-lampu rumah dan pertokoan tampak berkerlap-kerlip dengan indahnya di mata si biru muda.

Sebuah hotel ternama yang menjadi tujuan keduanya sudah terlihat di depan sana. Mobil berhenti tepat di lobby hotel. Akashi menyerahkan kunci super car miliknya pada petugas yang ada. Ia menggandeng lengan kecil Tetsuya, keduanya berjalan bersama sambil bergandengan tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A B S O L U T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang