Move School

200 4 2
                                    

 

 GWENN

“yakin lo?”

 “ya”

“ga takut dibully?”

“harus?”

“ya nggak juga.kan takutnya..”

“siapa peduli.”

“ntar lo jadi kuper disana..”

“sekolah buat?”

“iya juga sih. Tapi k—.”

“berisik.”

Sekilas begitu pembicaraanku dengan kakakku yang rewelnya kaya kaset rusak. Atau lebih baik aku panggil namanya aja ya? Toh, aku sama dia emang Cuma beda beberapa menit lahirnya. Emang, sih—dia lahir duluan. Tapi otaknya bloon, senga, konyol dan bedegong. Entah, aku dan dia ini jauh berbeda.. padahal kami lahir dari orang yang sama.

 Hari ini, hari dimana aku memutuskan untuk pindah sekolah, dimana aku bisa tenang dan gak diganggu. Aku akan mulai belajar menjadi orang biasa disini. Tak banyak bicara—mungkin itu harus. Aku akan sekolah di tempat kedua kakakku, yang juga.. sekolahnya milik papaku.

 ***

FIS

Falcon International School 

Aku berjalan beriringan dengan kedua kakakku, maksudku—aku berada ditengah-tengah antara kak Gave dan Glenn. Kulihat murid-murid disini memandangku seolah aku adalah mangsa yang patut diterkam sang singa. Mengingat kedua kakakku adalah orang paling populer disekolah ini, secara—mereka anak yang punya sekolah, mereka ganteng dan cool, kak Gavin yang ketua osis juga kapten basket disini, juga Glenn yang emang idola para cewek; kapten futsal. Now, look at me! Dulu aku juga hampir, ekhem. Garis bawahi. Seperti mereka. Hanya karna satu hal kecil yang mendengarnya saja membuat mood-ku down. Sekarang aku hanya mau jadi orang biasa, yang tujuannya hanya belajar dan sekolah.

Aku merasakan ada tangan melingkar di bahuku, kak Gavin. Dengan cepat aku melepaskan kedua tangannya, huh, aku layaknya cewek murahan yang mau dirangkul sama cowok. Tapi nay buat aku. Aku gak suka lagi namanya berhubungan sama cowok, except my dad and both of my brothers ofc.

“kak, lo bisa gausah ngerangkul gue gak, sih?!” tegurku terhadap kak gavin,. Actually, dia ini katanya susah dideketin sama cewek. Pantes ini jadi salah satu daya tarik mereka cewek jelalatan tadi ngelihat aku dirangkul cowok yang masuk jajaran most wanted boys disini.

“pssst, mak lampir dateng. Bersikap datar” ucap glenn. Dan benar aja, dari jauh aku lihat ada cewek dengan make up yang menor banget, kurasa dia ngejar salah satu dari kakaku deh, hehe.

“hai, honey, aku kangen kamu. Kita ko jarang ketemu ya?” ucap cewek tadi, ugh, aku saja yang perempuan udah ilfeel sama dia yang genit. apalagi kakakku, bisa-bisa kakakku muntah darah deh. Eh gakdeng. Boong.

“apaansih lo!” ucap kak gavin ketus

 “ih kamu apaansih, kok gitu ke aku!” yeh si cewek manyun, pengen ketawa deh jadinya. aku hanya cekikikan sama glenn waktu liat si cewek itu bibirnya monyong-monyong. Dikata kak gavin mau apa, sama cewek centil bin genit ini. Yah lumayan lah hari pertamaku sekolah di Indonesia ini cukup terhibur dan gak terlalu flat banget.

“gue duluan” ucapku akhirnya. Malas menjadi tatapan aneh anak sekitar. Kurasa sudah cukup aku dipertontonkan tanpa bayaran, eh apadeh.

Akhirnya akupun berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Aku memasuki ruangan yang sudah ada bapak—ugh kurasa kupanggil om lebih cocok, soalnya keliatannya masih muda.

“permisi, pak.” Beliau mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia tundukkan untuk membaca dokumen yang kurasa penting. Dan betapa kagetnya, dia adalah ka Vano, anak dari om Bimo, adik papa. Kurasa dia yang meng-handle­ sekolahku karena papa-papa mengurus sekolah ini dicabang lain.

“hai Gwenn, how are you?” ucapnya bangun dari kursinya dan berjalan kearahku. Menyuruhku duduk dan mengacak-acak rambutku.

“hai ka, gue baik ko.”

“kenapa ke Indonesia? Bosen di London?”

“gak juga, Cuma disana gue gabisa bergaul dengan semestinya. Gue ngerasa lain aja, kak. Asing sendiri” jawabku apa adanya, yang kuyakin gak lama lagi ka vano masih gak puas dengan jawabanku.

“yakin Cuma itu? Gaada yang lain?” tanyanya dengan seringaian khas yang kuyakin kalian sebal melihatnya. Sudah berumur 21 tahun juga, masih kaya anak SMA aja, emang dasar.

Aku tak menjawab, hanya memasang wajah datar dan sangar yang kuyakin kak Vano gak akan banyak ngomong lagi.

“hhhh… yaudah, ayo gue anter ke kelas yang paling enak.”

Aku dan kak Vano hanya berbeda 5 tahun. Dulu, sebelum aku tinggal di London, aku dan kak Vano memang sangat akrab. Aku mengikutinya yang berjalan didepanku, kebiasaan yang gak pernah dia lupain dari dulu adalah ngerangkul aku erat banget, guru-guru muda pada ngeliatin aku dan kak Vanno ini. Huh, kalo misalnya aku ngelepasin rangkulan dia, ntar dia ngambek sama aku. Yaudah aku menderita berjalan sambil di geret kaya anak kecil disuruh minum obat.

**

[Author]

Sesampainya mereka didepan kelas, Vano mengetuk pintu yang tadinya tertutup sekarang terbuka. Tampilah guru muda yang cantik mempersilahkan mereka masuk.

“selamat pagi pak Vano” ucap guru itu ramah

“pagi.” balas Vano datar kepada guru yang diketahui bernama Fira itu.

‘huh, kak Vano. Tetep aja gak berubah. Dingin mulu sama cewek’ batin Gwenn

“anak-anak, perkenalkan murid baru yang akan sekelas dengan kalian” ucap Vanno  kepada murid-murid dikelasnya                                                                   “saya harap, kalian gak akan macam-macam dengannya. Permisi” ucapnya seraya meninggalkan kelas.

 Bu Fira, guru itu langsung menyuruh Gwenn memperkenalkan dirinya.

“silahkan perkenalkan dirimu” ucapnya ramah

“selamat pagi, namaku Gwenn Azalea, semoga kalian dapat menerima kedatanganku.” Ujar Gwenn dengan sedikit tersenyum.

Kebetulan Gwenn ditempatkan dikelas Glenn, kakaknya. Yang justru membuat Gwenn sengsara karena bisa saja identitasnya terbuka oleh mulut kakanya itu.Gavin dan Glenn memang sedikit berbeda, Gavin cuek, Glenn murah senyum. Tetapi pada orang tertentu.

-----

[PICTURE : GWENN AZALEA]

The IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang