m e e t h i m ( ? )

123 4 1
                                    

Sepanjang pelajaran, Gwenn mengumpat ka Vano dalam hati yang memasukinya kedalam kelas si tengil Glenn

‘Hih, ka Vano bodoh. Kenapa aku harus sekelas sama si Glenn yang aneh bin ajaib itu. Belum lagi tingkahnya yang konyol abis. Gatau adiknya lagi kena sasaran cewek-cewek ganas kali, ya.’

==

Bel istirahat berbunyi. Gwenn ingin segera beranjak ke kantin karena sudah malas bertemu Glenn.

Ia mengedarkan pandangan pada seluruh kantin dan menemui bangku yang kosong. Letaknya diujung kantin. Bangku yang ia yakin kakak-kakaknya takkan menemukannya dan mengganggu.

‘Sejujurnya aku kesini bukan karena lapar atau apapun. Aku hanya ingin menenangkan diriku. Aku masih kepikiran tentang kejadian beberapa tahun lalu. Sungguh, kejadian itu masih terngiang diotakku. Hhh. Mengingatnya membuat aku sakit kepala.’ batin Gwenn

‘Gak guna juga dikantin. Lebih baik ke perpustakaan. Lebih sunyi. Disini terlalu ramai.’

**

Perpustakaan, tempat dimana buku-buku berjajar menanti untuk dibaca. For actual, kalian tau tujuannya kesini. Menenangkan diri.

Gwenn duduk dikursi terpojok, dimana tidak ada yang mengganggunya.

“heh! Anak baru” tegur seorang perempuan

Gwenn pun menengadahkan kepalanya yang tertunduk diatas meja perpustakaan. Dia yang tadi pagi bergelayut manja pada kak Gavin

“ya?” balasnya datar

“lo jangan coba-coba macem-macem disini ya! Gue itu pacarnya Gavin, lo sebaiknya gausah deket-deket sama dia. kalo lo masih ngeyel, lo bakal tau akibatnya!”

“oh, ya?” balasnya dengan ekspresi yang tetap datar

“ugh! Liat lo nanti” ucap perempuan tersebut seraya meninggalkan perpustakaan

Dari jauh datanglah Glenn yang memanggil Gwenn dengan volume yang cukup membuat seisi perpustakaan menoleh kearah mereka. Glenn cengar cengir gajelas sambil menunjukan dua jari ketika librarian meletakan telunjuk ditengah bibirnya yang berarti ‘jangan berisik’

“Gwenn!!”

“berisik!”

“Gwenn!!”

“Sssh!”

“Gwenn!!”

“ugh—apa?” Balas Gwenn yang sejujurnya ia malas menanggapi kakak idiotnya itu

“kantin yuk!” ajak Glenn

“ogah. Gue lagi baca buku” balas Gwenn ketus

“masa?” tanya Glenn dengan nada mengejek

“iya” jawabnya lagi tanpa menoleh kearah Glenn

“baru tau gue sejak kapan buku tulisannya terbalik. Atau emang kepala lo yang terbalik?”

“FINE”

Tujuan Gwenn yang hanya ingin menenangkan pikiran malah diganggu oleh setang dari ujung sendok yang asal muncul

‘kupret banget emang-_-.’ Batin Gwenn

**

“eh, lo ko gak seneng banget kayanya dikelas gue” Tanya Glenn

“yah, gue menderita harus sekelas sama lo” jawab Glenn yang terdengar putus asa

“kenapa emang?” tanyanya lagi penasaran

“gue itu takut identitas gue kebuka, belum lagi lo yang manggilin gue mulu dari tadi, terus lo bertingkah konyol. Gue gamau mereka tau gue ini adeklo sama ka Gavin. Gue mau tenang Glenn” lirih Gwenn.

“so, gue harap mulai besok, kita ngobrol layaknya orang baru kenal oke?” lanjutnya lagi

“demi adek gue. No problem

**

Sesampainya dikantin, Glenn memesan makanan. Tak lupa ia juga menebar senyum (bukan pesona). Gwenn yang melihat kembarannya itu hanya menggelengkan kepala, menurutnya Glenn itu terlalu konyol, jauh dari sifat kakakknya, Gavin.

Sambil menunggu, Gwenn memainkan iPhone-nya yang terus memunculkan notifikasi-notifikasi media sosialnya. Twitter dan instagramnya ramai karena banyak orang yang tak ia kenal dan yang ia yakini adalah anak Falcon mem-follow-nya karena tadi pagi ia berjalan berbarengan dengan kedua lelaki populer di Falcon

‘hhh, Cuma jalan aja dihebohin. Gimana gue jadi pacarnya, lebih heboh kali. Apalagi kalo mereka tau gue adeknya bisa-bisa gue makin banyak punya fake friend lagi. Hhh’ batinnya

Dari jauh datanglah Glenn dengan beberapa cemilan ringan dan minuman.

“lo gak laper, G?” Tanya Glenn yang mulutnya penuh dengan makanan

“gak”

“serius? Jangan minta lo, kalo ngiler”

“iye, ah” Gwenn memutar matanya.

Taklama kemudian, bel masuk berbunyi. Pelajaran kedua akan segera dimulai.

“Glenn, gue ke toilet dulu ya. Lo duluan, lagipula gue takut pada curiga” perintah Gwenn yang dihadiahi anggukan dari Glenn

Ketika berjalan ditoilet, ia tak sengaja menabrak seseorang yang membawa buku. Awalnya Gwenn bergeming, namun beberapa saat kemudian dia sadar akan lamunannya.

“ehm. Sorry” ucap Gwenn kepada orang itu.

“ya” balas orang tadi dingin dan tetap tak menengadahkan kepalanya dan sibuk mengurusi buku-buku yang jatuh berserakan

Tak perduli dengan orang tadi, Gwenn tetap berjalan ke toilet.

**

“baik anak-anak, pada pelajaran kali ini, ibu akan beri kalian tugas kelompok. Tugasnya ada pada buku halaman 209, untuk kelompok, sudah ibu tentukan untuk memilih berdasarkan kocokan. Jadi, bagi yang nomornya sama akan sekelompok mengerjakannya”

‘baru masuk udah kerja kelompok, hhh’ batin Gwenn

“ekhem. Dapet nomor 4?” Tanya seseorang

Gwenn yang merasa ada yang bicara-pun menengadahkan kepalanya.

“ya” balasnya

“kenalin gue Delano Azielo ” ucap lelaki itu seraya mengulurkan tangan.

“oke” sejenak terjadi keheningan diantara mereka,

“gini aja nih?” Tanya Aziel

Layaknya orang bego nan polos, Gwenn hanya menjawab dengan sebelah alis matanya yang mengangkat, yang artinya ‘apanya yang gini aja?’

“lo itu irit ngomong banget sih” ucap Aziel dengan kekehan seraya mengacak-acak rambutnya

“apaan sih lo” balas Gwenn tetap dengan ekspresi datar namun terkesan ketus

“yaudah, kita ngerjainnya dimana?”

“terserah lo. Asal jangan dirumah gue”

“loh? Kenapa? Gue kan pengen tau rumah lo”

“nggak kenapa-kenapa.” Aziel-pun menyerah, ia hanya mengikuti.

“yaudah, rumah gue gimana?”tawar Aziel, yang hanya dibalas deheman oleh Gwenn

========

TBC

FYI, Cerita ini kemungkinan slow update. so, big sorry

[PICTURE: Glenn Alvaro]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang