002

197 27 5
                                    

Incheon International Airport

Wendy duduk sembari mendengarkan lagu pada ponselnya, menunggu waktu untuk check in sebelum ia pergi ke Cuba.

Wendy sangat tidak sabar, ingin cepat-cepat pergi ke Cuba, pergi menemui Joy, dan membawa Joy pulang kembali ke Korea.

"Para penumpang yang terhormat, penerbangan menuju Cuba telah dibuka. Bagi para penumpang yang memiliki tujuan pergi menuju ke Cuba, dimohon untuk segera melakukan check in sekarang juga."

Wendy bangkit dari duduknya, dan berjalan dengan cepat untuk melakukan check in lalu pergi masuk ke dalam pesawat.

Wendy duduk di bangkunya, dan kemudian memandang keluar jendela, melihat langit sembari memikirkan Joy.

Wendy menyenderkan kepalanya pada jendela pesawat, menghela nafasnya lalu menutup kedua matanya pelan.

.
.
.

Setelah beberapa jam telah dilalui, akhirnya, Wendy pun akhirnya tiba di Cuba. Setelah mengambil tasnya di pengambilan bagasi, Wendy segera keluar dari bandara, menunggu penjemputnya untuk membawanya ke Bay of Pigs.

Setelah beberapa menit berlalu, sebuah mobil Mercedes Benz tipe C200 berwarna hitam berhenti di tempat penjemputan.

Sang supir keluar dari dalam mobil, membungkuk pada Wendy.

"Selamat datang di Cuba, Wendy-ssi. Mari, saya antar ke Bay of Pigs." Sang supir membungkuk

Pintu belakang dibukakan, dan Wendy pun masuk ke dalam tanpa mengucapkan sepatah kata pun karena ia sedikit kelelahan setelah terbang selama beberapa jam.

Selama perjalanan, Wendy tidak mengatakan sepatah kata pun, dan memilih untuk menyenderkan kepalanya pada jendela mobil sembari melihat pemandangan luar.

Perjalanan agak terlihat sedikit membosankan, karena Wendy tidak dapat melihat pemandangan apa pun selain kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan, orang-orang yang menatap aneh mobil yang ditumpangi oleh Wendy, juga poster dengan wajah Joy terpasang di setiap tiang listrik di jalanan.

Dari kaca tengah mobil, sang supir melihat ke arah Wendy yang sedang memandang keluar dari kaca. Berniat mengusir rasa sunyi, sang supir pun mengajak Wendy berbicara.

"Wendy-ssi" panggil sang supir

"Ne? Ada apa?" jawab Wendy

"Aku dengar, anda adalah kekasih dari Joy, mantan anggota militer yang menjadi buronan itu ya?" tanya sang supir

"Uhm, benar. Kau tahu darimana?" jawab Wendy

"Kebetulan aku dekat dengannya, dan bisa dibilang bahwa kami adalah teman akrab sejak kecil" ujar sang supir

"Oh, begitu." Wendy mengubah posisi duduknya. "Oh iya, kenapa kau bisa tahu namaku? Dan lagi, kau terlihat seperti bukan orang yang diminta untuk menjemputku ke bandara. Kau juga... Tidak mengatakan bahwa Joy adalah seorang pengkhianat seperti teman-temanku di kantor, apakah kau ada di kubu Joy?"

"Tentu saja, aku ada di pihakmu dan juga Joy. Kalian berdua adalah orang yang sangat kupercayai, terutama Joy" ujar sang supir

Wendy merasa agak sedikit janggal dengan sang supir. Pertama, dia tidak mengatai Joy sebagai seorang pengkhianat seperti teman-temannya di kantor. Kedua, dia menjemput Wendy padahal Wendy tidak diberi tahu oleh atasannya bahwa dia akan dijemput. Ketiga, dia mengenali Joy dan juga dirinya dengan sangat baik, bahkan ia mengatakan bahwa dirinya dan Joy adalah teman akrab.

Siapa sebenarnya sang supir ini?

"Oh, lihat, sebentar lagi kita sudah sampai" ujar sang supir tiba-tiba

The FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang