Love - Special Chapter [18+ Warning]

342 28 0
                                    

Warning :
Bagi para readers yang belum cukup umur, dimohon untuk tidak membaca chapter ini karena mengandung konten yang hanya dapat dibaca oleh readers berusia 18 tahun ke atas, mohon kebijakannya.

Read it your own risks.

—————

"Wake up, darling. Please, I'm begging you" cicit Wendy

Sudah satu hari sejak kejadian itu, dan Joy masih juga belum membuka kedua matanya. Wendy yang mati-matian menahan rasa kantuknya untuk menunggu Joy membuka kedua matanya terus mengusap-usap lembut punggung tangan Joy, berharap bahwa ia akan segera sadar.

Beberapa menit kemudian, Joy pun mulai mendapatkan kesadarannya lagi. Joy membuka kedua matanya secara perlahan-lahan, mengedip-ngedipkannya selagi ia memandangan ke arah sekelilingnya.

Joy merasa bahwa ada sebuah tangan yang sedang mengusap punggung tangannya lembut sedari tadi, dan Joy mendapati bahwa itu adalah tangan milik Wendy.

"Ukh... Wendy....?" lirih Joy

"Joy? Kau sudah bangun? Syukurlah" Wendy menghela nafasnya

"Iya, aku sudah bangun." Joy mencoba untuk membuat Wendy merasa lega. "Maaf ya, aku merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, Joy. Kau masih bisa membuka kedua matamu, itulah yang paling penting" ujar Wendy

Joy mencoba untuk tersenyum manis, tidak ingin membuat khawatir Wendy. Namun, justru senyuman Joy lah yang membuat Wendy semakin khawatir.

"Bagaimana dengan para mafia itu? Apakah mereka masih mengejarmu?" tanya Joy

"Tidak, tidak. Mereka semua sudah habis" jawab Wendy.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu."

Joy memfokuskan pandangan matanya pada wajah Wendy yang terlihat letih. Dari wajah Wendy, terlihat sebuah kantung mata yang agak sangat parah pada kedua mata Wendy. Wajar saja, Wendy berusaha melawan seluruh rasa kantuknya dan memutuskan untuk begadang semalaman.

"Kau tidak tidur?" tanya Joy

"Iya, aku memaksakan diriku untuk terus bangun supaya aku bisa melihatmu sadar" jawab Wendy

"Ah, begitu. Oh iya, kau tidak terluka, kan?" ujar Joy

"Ne, aku tidak apa-apa" balas Wendy

Wendy menatap ke arah Joy sedih, kemudian menundukkan kepalanya sedikit.

"Joy...." Wendy menggenggam kuat kedua tangan Joy. "Aku mohon dengan sangat, jangan pernah lagi kau lakukan hal seperti itu. Aku tidak mau kehilangan orang yang kusayangi tepat di depan mataku, tidak setelah aku melihat kau kehilangan kesadaran seperti kemarin."

"Tapi, aku melakukannya karena...."

"Melindungiku? Kau berani melindungi, meskipun nyawamu yang menjadi taruhannya? Aku tidak ingin seseorang yang aku sayangi mati hanya karena melindungiku. Aku benci melihat orang-orang yang aku sayangi kehilangan nyawanya di depan mataku karena mereka melindungiku. Kau mengerti !?"

Ekspresi wajah Joy langsung berubah 180 derajat setelah ia mendengar perkataan yang terlontar keluar dari mulut Wendy. Selagi menahan air matanya supaya tidak jatuh, Joy langsung memeluk erat tubuh mungil milik Wendy, menenggelamkan wajahnya tepat pada dada Wendy, menutupi ekspresi wajahnya.

The FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang