Chapter 1: Iruna World

273 9 4
                                    

Seorang lelaki tak sadarkan diri didekat reruntuhan kota lama yang hancur, bau apek dan lembab menyerang penciumannya. merasa tak nyaman dengan bau itu, lelaki itu segera tersadar dan pelan-pelan terduduk, kepalanya sakit, pusing, badannya terlihat lebam, dia merasa pagi itu buruk sekali. Dan yang terburuk dari semua itu adalah dia tidak ingat apapun, sama sekali tidak ingat apa-apa. "Ini..." ucapnya lambat-lambat sembari memegangi kening dengan telapak tangan kanannya. "Ini dimana? egghhh... sakit..." erangnya, suaranya parau dan lemas, serta lapar.
Lalu ia mencoba berdiri, akan tetapi ada tali sarung pedang yang menyelempangi badannya. Dia lepaskan selempangan tali itu dan melihat baik-baik pedang tersebut. "Hmmm... panjang sekali." suaranya masih serak. Dia melihati pedang yang terbalutkan sarung pedang berwarna hitam legam dan biru tua yang terlihat sebagai coraknya. Lalu dilepaskan pedang itu dari sarungnya, baja pedang berwarna hitam mengkilap, mata pedang ganda, tidak terlalu berat karena bertipe pedang satu-tangan, dengan beberapa pola putih di tengah baja hitamnya. Di sarungkan kembali pedang itu, dan dia mulai melihat kesekitar bangunan hancur itu, ia lalu melihat tak jauh dari tempatnya berdiri ada sebuah tas kulit yang berukuran sedang, tergelatak di antara puing-puing tembok. Di ambil tas tersebut, dan didalamnya ada botol minum berisikan sedikit air dan ada beberapa sisa-sisa roti di dalam tas.

Akibat haus dan lapar yang luar biasa menyiksa, di tenggak habis air dan memakan roti yang ada didalam tas itu. Dia bingung akan rasa roti itu, rasanya tetap sama seperti roti yang baru kemarin di buat, tidak terasa basi. " Apakah itu artinya ini semua adalah perlengkapan milikku yang ku bawa tadi malam? Tapi kenapa aku tidak ingat apapun? kenapa-... aakkhhh!..." pusing melanda kepalanya yang di penuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus ia luncurkan kepada dirinya yang depresi akan kebingungannya. Karena tidak ada gunanya berdiam diri di tempat ini, ia pun memutuskan untuk membawa tas dan pedang itu dan pergi dari reruntuhan ini.

Ia pun pergi dari situ dan menuju bukit terdekat, untuk melihat pemandangan lebih luas.
Ditengah perjalanan menuju bukit itu, dia melihat ada kepulan asap. Saat itu juga dia dapat memastikan bahwa ada seseorang yang dapat ia ajak bicara dan tanyai sesuatu. Dia langsung berlari ke sumber asap itu dan mendapati ada sebuah pekemahan disana, ada seseorang yang bergerak menujunya. Berbadan tegap, berambut putih yang dicepak pendek, dengan tinggi badan yang tinggi dan memakai zirah besi tipis berwarna biru cerah, dan ada bekas luka di mata kanannya.

Setelah melihatnya, dia pun mengurungkan niatnya untuk bertanya. Tapi lelaki itu sudah menyapanya lebih dulu dari jarak beberapa meter. "Hey kau!" serunya. Sebetulnya lebih terdengar seperti bentakan baginya, sehingga dia sempat bergidik sedikit.

"A-aku?"

"Iya, kau! kemarilah! Ayo, jangan sungkan." pintanya.

"B-baiklah." lalu dia perlahan mendekati lelaki itu dengan senyuman yang terpaksa ia pasang diwajahnya yang sebenarnya ngeri dengan lelaki itu.

"Beritahu aku namamu, petualang!" serunya lagi.
Satu hal lagi, dia tidak ingat namanya sendiri juga. Ia bingung akan menjawab apa, apakah lebih baik mengarang nama, atau berakata jujur bahwa dia tidak ingat apapun? pilihan yang simpel, tapi sulit dilakukan.

Akan tetapi, dengan sendirinya dia lantang sekali menjawabnya.
"Namaku Zidane." dia sendiri baru teringat namanya setelah sepersekian detik.

"Wah, semangat sekali Zid! Kamu bisa menanggilku Tenert! Bisa juga Ten, terserah maumu. Hahaha!" Tawanya. Tenert ternyata ramah sekali terhadap Zidane.
"Yeah, katakan padaku. Apakah kau pemula?"

"Err... y-yeah... aku bingung harus berbuat apa."

"Wah, wah, wah, kau datang ke tempat yang tepat Zid! Kau tahulah, kami adalah Karavan petualang yang memandu para pemula sepertimu, kau pasti sudah dengar beberapa rumor tentang kami yang tegas, tapi tenang saja! kami akan membuatmu setidaknya tidak terbunuh di alam bebas. Hahaha!" ucapnya ringan.

Toram : Story of Zidane ( Still updating, very slow update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang