Chapter 4: Hello there! I'm Dungkoy!

82 3 2
                                    

Angin berhembus lebih kencang di tanah pembangunan ini. Disini masih banyak kerangka-kerangka bangunan yang belum jadi di bangun karena banyak sekali monster-monster kecil yang berkeliaran di bagian bahan bangunannya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang gadis Elf berpenampilan dengan memakai pelat dahi berwarna perak mengkilap, berbaju panjang berwarna hijau muda dengan corak putih di pinggirannya, memakai celana panjang juga yang warnanya sama, memakai perisai kecil berwarna perak juga dan memakai pedang yang mata baja pedangnya terlihat tipis seperti pedang runcing tapi masih lebih lebar ini, berwarna perak pula. Ia sedang kesulitan bertarung dengan para Colon berhelm dan Tikus besar sebesar Colon dengan ekor yang terlihat seperti besi usang yang kuat sekali. Ada dua colon berhelm dan dua tikus yang terus-menerus menyerangnya.

Lalu salah satu tikus menyerangnya lagi dengan ekornya, tapi gadis itu menangkisnya dengan perisai, sayangnya hal ini nampaknya sebagai pengalihan. Tikus yang satu lagi langsung menghantamkan ekornya ke tubuh bagian samping gadis itu, seketika gadis itu terpukul mundur sembari memegangi perutnya yang kesakitan. Kemudian tikus yang satu lagi beserta colon itu mau manghantamnya lagi.

Dengan cepat Zidane berlari dan menendang keras sih colon hingga terpental beberapa meter ke belakang, dan di saat yang sama ia menahan serangan ekor dari tikus itu. "Ehh, tidak apa. Aku bisa mengatasinya send-aww..." ucapannya terhenti karena sakit di bagian samping perutnya tampaknya membuatnya tak sanggup bergerak dulu.

Colon yang satunya mau menghantam Zidane dengan kepalanya yang keras, tapi secara reflek ia menghindar ke sampingnya dan menggenggam daun besar di atas kepala helm colon itu. Kemudian Zidane memutar-mutar colon itu ke udara dan lalu ia melemparkannya ke tikus yang mulai mendekati gadis elf itu. Baik tikus dan colon itu terpental setelah berhantaman dan tikusnya mulai melemah, sedangkan sih colon hancur berkeping-keping. Dengan cepat Zidane menikam tikus itu dengan pedangnya, tikus yang satunya kemudian melompat dan berusaha menghantam Zidane dengan buntutnya. Tapi Zidane dengan cepat melakukan tiga tendangan memutar sehingga tikus itu tertendang-tendang di udara dan akhirnya dengan mudah Zidane melakukan tendangan akhirnya dengan keras dan mementalkan tikus itu ke balok kayu terdekat hingga...

Braaakkk!!

Tikus itu tidak berkutik lagi.

Sisanya hanya satu colon lagi yang hanya perlu di injak sekeras mungkin.

Kreekkk!!

Bunyi hancurnya colon itu terdengar seperti bunyi kacang di pecahkan. Faktanya colon itu monster berbentuk kacang besar. Seusai membersihkan monster-monster kecil ini. Ia lalu berjalan mendekati gadis itu dan hendak menawarkan tangannya untuk membangunkan gadis itu, gadis itu melihat ke arahnya dengan senyuman senangnya. "Terima Kasih yaa. Kalau kau tidak datang, mungkin saja aku sudah terkapar tadi."

"Hehehe... tidak masalah." ucap zidane tersipu malu

"Oii! Apa yang kau lakukan terhadapnya!" teriak seseorang dengan nada marah.

Mendengar ada seseorang membentaknya, ia langsung menoleh dan melihat ada seorang lelaki berlari ke arah mereka berdua, penampilannya memakai baju biru muda dengan corak putih dan beberapa pelat besi di bahunya dan pinggangnya, rambutnya yang berwarna biru cerah, di keningnya terdapat sebuah cat merah di tengah dahi. Ia berlari sambil membawa kapak yang besar sekali berwarna biru, dengan mata kapak ganda. Tampaknya itu kapak tempur.

Drap, drap, drap, drap!

Bunyi suara sepatu besinya terdengar jelas sekali di telinga zidane.

"Sudahlah kak! Pria ini yang menolongku tadi saat aku terluka." ujar gadis itu ketus ke si kakak.

"Oh, jadi begitu? Hah!? Kau sampai terluka!" lalu lelaki itu menghadap ke Zidane. "Kau ini gimana sih! Melindungi gadis saja tidak bisa hah? Pria macam apa kau ini." bentak lelaki itu.

Toram : Story of Zidane ( Still updating, very slow update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang