Kenalan

166 16 3
                                    

"Nama gue Luna Clarisa, disini gue bakal berbagi kisah mengenai pengalaman cinta gue kepada para pembaca cerita Sincere, judulnya sengaja diambil dalam bahasa inggris yang artinya 'Tulus' biar gak ketuker sama penyanyi yang namanya 'Tulus'."

***

Hari ini hari minggu, bagi Luna hari minggu adalah hari dimana ia harus bisa menyibukan dirinya sendiri. Membereskan rumah tidak memerlukan waktu 24jam, di hari minggu Luna biasa bangun pagi untuk membantu ibunya membereskan pekerjaan di rumah. Tepat pada pukul 08.00 keadaan rumah sudah beres dan rapih.

Seperti hari minggu biasanya, setelah pekerjaan rumah selesai ia bersiap untuk pergi ke Gereja. Disanalah tempat Luna dan keluarganya beribadah. Usai beribadah, Luna biasa melakukan rutinitasnya, yaitu mengitari beberapa tempat di ibukota yang selalu ia kunjungi setiap hari minggu. Luna adalah gadis yang pendiam, sikapnya juga sangat dingin, wajahnya selalu datar sekalipun ia bertemu dengan sahabat dekatnya.

Ruangan yang didisain dengan bahan pokok kayu, dan beberapa lukisan terpampang di dindingnya, sangat nikmat dipandang. Disinilah sekarang Luna berada, ia sedang mengantre disalah satu cafe yang berada di jakarta untuk memesan segelas Coffee hangat kesukaannya.

"Kopi hitam 1"

"Kopi hitam satu, pake gula mba?"

Luna hanya mengangguk kepada kasir yang baru saja mengajaknya bicara. Selang beberapa menit, pesanan Luna kini sudah berada di tangannya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan kemudian berlalu meninggalkan kasir juga cafe tersebut. Luna memilih meminum kopi hitamnya dilain tempat. Disini terlalu ramai, dan Luna tidak menyukainya.

Setelah mengitari beberapa tempat, akhirnya Luna mengakhiri pencariannya pada satu tempat. Luna memilih duduk di taman kecil yang dihiasi air mancur. Saat ini taman belum terlalu ramai, Luna menikmati kopi nya sambil memandangi bunga mawar putih yang berada tak jauh dari kediamannya. Luna sedikit tersenyum, bunga yang berada di hadapannya selalu saja indah. Namun sayang, andai saja kehidupannya sama seperti bunga mawar itu mungkin ia tidak akan seperti ini.

Drrttttttt! Drrrtttt!

Tiba-tiba saja ponselnya yang terletak di atas meja bergetar, membuat lamunan Luna terhenti. Luna melirik ponselnya lalu segera membuka pesan yang baru saja masuk. Ternyata pesan dari sahabat dekat Luna.

Michael : Lu dimana? Kebiasaan bgt sih kemana-mana sendiri. Setiap gue ke rumah, kenapa lo selalu gak ada? Kan lo bisa ajak gue, gue siap pergi kemana aja yang lo mau..

Chat dari Michael hanya ia baca, Luna hanya ingin sendiri. Luna sangat menyukai ketenangan. Setelah 5 hari lamanya ia berdistraksi dengan berbagai macam pelajaran, kali ini dia memilih untuk sejenak menikmati hidup yang sederhana ini. Luna sudah sangat terbiasa seperti ini.

"Hufffttttt.."

Luna membuang nafas berat, Michael selalu seperti ini padanya, perhatian, baik, sabar, penyayang, namun hubungan mereka hanya sebatas sahabat. Kini Luna kembali melamun mengingat masa dimana ia dan Michael bertemu untuk pertama kalinya.

***

Waktu itu, Luna dan Michael bertemu di kantin. Pada saat itu, kantin sangat ramai, meja dan kursi di kantin penuh dengan banyaknya siswa siswi SMA Bhakti Karya. Hanya tersisa satu meja, dan Luna langsung bergegas kesana sebelum ada yang menempati. Di waktu yang bersamaan Michael juga duduk disana, memang kursinya ada dua jadi Luna dan Micahel duduk di meja yang sama dengan kursi yang berhadapan. Selama disana, Luna sama sekali tidak mengeluarkan suara, tersenyum pun tidak. Namun berbeda dengan Michael, ia langsung tersenyum dan mengajak Luna untuk berkenalan. Dengan usaha yang sulit, Michael berhasil berkenalan dengan Luna, dan semenjak kejadian itu sampai saat ini mereka pun bersahabat. Selama di kantin, Michael selalu saja berbicara tanpa berhenti tapi, entah mengapa Luna merasa senang, dalam hati ia tertawa melihat sikap Michael. Padahal ini pertama kali mereka bertemu, namun Michael sudah banyak berbicara padanya. Baru pertama kali ada orang yang berani berbicara pada Luna. Selama ini orang mengira Luna adalah manusia Es, padahal dibalik semua ini, Luna memiliki alasan kuat mengapa ia menjadi seperti ini.

Walaupun Micahel sahabat dekat Luna, Luna tetap sama. Mungkin dapat di hitung berapa kali Luna tersenyum pada Michael, berbicara, dan juga membalas chat. Saat di kelas 2 SMA ini, mereka sekelas dan juga sebangku. Namun tetap saja, Luna selalu dingin.

Seulas senyum muncul di bibir tipis Luna. Sebenarnya Luna sangat bahagia dipertemukan dengan Michael, bahkan sangat bahagia. Namun sulit buat Luna untuk menunjukkan nya secara langsung. Semua dikarenakan masalalunya yang sangat teramat buruk untuk diingat.

Kini senyum Luna memudar, mengingat kejadian itu. Kejadian dimana ia mengalami masa yang sangat sulit, masa yang sangat sakit untuk diingat. Tanpa ia sadari, kini air matanya jatuh, membasahi bulu matanya yang lentik juga pipinya yang tirus itu. Wajahnya memerah, ini menjadi kelemahan Luna. Luna masih sangat merasakan kejadian itu, kejadian dimana ia kehilangan semuanya.

***

Gimana? Aku nulis lagi nih, hehehe
Baru dapet inspirasi lagi. Cerita yang kemaren di delete karena aku terlalu capek untuk mengingat semuanya hehehe
Jangan lupa semuanya, makan, minum, doa, belajar, dan juga bekerja. Dan jangan lupa vote sama comment yah, love love buat kalian 💙💙

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang