Arti Setangkai Mawar

93 11 1
                                        

Langkah kakinya kini berada di tepi jalan, matanya kemana-mana mencari sebuah tempat yang menjual setangkai mawar putih. Sepasang matanya tertuju pada satu toko bunga yang terletak di seberang tempat ia berdiri saat ini.

'Roses' -ucapnya pelan membaca nama toko bunga tersebut.

Luna melihat ke kanan dan ke kiri memastikan kendaraan yang berlalu lalang tidak akan menyentuhnya saat ia menyebrang. Pelan-pelan ia melangkah, hingga tepat pada tujuan, kini Luna berdiri di depan toko tersebut.

Seorang perempuan paruh baya yang mengenakan seragam karyawan toko bernuansa pink keluar menghampiri Luna.

"Mau beli bunga apa?"

Luna tak menjawab, ia terfokus pada tempat ini. Baru ia sadari, ternyata toko bunga ini hanya menjual bunga mawar dengan model berbeda-beda.

"Mawar putih ada?"

Ucapnya tanpa melihat perempuan itu. Matanya masih mencari-cari bunga mawar putih itu.

"Mawar putih ada disini"

Setelah mendengar ucapan perempuan itu, pencarian mawar putih Luna berhenti. Luna langsung menoleh pada perempuan paruh baya itu. Perempuan itu tersenyum pada Luna, sedangkan Luna hanya memasang wajah heran. Ia sibuk mencari-cari mawar putih, padahal mawar putih itu ada pada genggaman penjaga toko ini.

"Kau terlalu jauh mencari, padahal ia berada di samping mu."

Luna mencerna setiap kata yang keluar dari mulut perempuan yang masih berada di sampingnya itu. Seakan memberi sebuah petunjuk. Luna langsung menggelengkan kepalanya, menghilangkan semua pikiran yang memaksanya untuk mengerti arti dari kalimat tersebut.

Melihat tingkah Luna, perempuan itu tertawa kecil.

"Mau berapa tangkai?"

"Satu saja, berapa?"

"6.000 saja nak, mau dihias?"

"Tidak usah"

Luna mengeluarkan selembar uang 10.000 lalu memberikan kepada perempuan itu. Perempuan itu memilih-milih bunga mawar terbaik, melihat hal itu hati kecil Luna tersenyum.

"Nah ini dia" ucap perempuan itu sambil memberikan bunganya pada Luna.

Perempuan itu berbalik, dan berjalan menuju kasir toko tersebut untuk mengambil kembalian uang Luna. Luna melihat punggung perempuan itu semakin menjauh.

"Trimakasih, bu" ucap Luna pelan dan berlalu meninggalkan toko bunga tersebut.

***

Dengan headset yang melekat sempurna di telinga serta tangan yang masuk ke dalam kantong jaket, Luna menyisiri jalanan komplek rumahnya. Saat ini perjalanannya menuju rumah ditemani dengan lagu-lagu yang biasa ia dengar. Sebelumnya Luna memakai kendaraan ojek online untuk diantar pulang, ia selalu meminta driver ojek online untuk menghentikannya di depan komplek saja atau persis di tempat dimana satpam kompleknya bertugas. Jalanan komplek rumahnya sangat unik, ia merasa seperti ada disebuah desa. Ada suara sungai yang mengalir juga suara nyanyian burung yang saling bersaut-sautan. Maka dari itu Luna memilih untuk berjalan saja, sambil menikmati minggu sore yang selalu indah baginya.

Dari kejauhan, Luna melihat ada kendaraan motor yang terparkir persis di depan pagar rumahnya. Luna menyipitkan mata untuk memastikan siapa dia pemilik kendaraan tersebut. Hanya Michael yang tau lokasi rumah Luna. Langkah Luna semakin dekat dengan keberadaan rumahnya, dan ketika sampai ia baru bisa memastikan dengan jelas bahwa itu Michael. Luna memandangi wajah Michael yang tertidur pulas di atas motornya itu. Luna tersenyum, Michael sangat lucu, juga sangat tampan.

"Hoaammmmmmmmmm...!"

Mengetahui bahwa sebentar lagi Michael bangun, Luna cepat-cepat merubah raut wajahnya.

"Luna? Dari mana aja?"

Pertanyaan Michael tidak digubris oleh Luna. Sepasang mata Michael melihat bunga yang ada di dalam kantong jaket Luna, hal itu membuat tangannya gatal untuk mengambilnya.

"Ini dari siapa? Lo abis jalan sama cowok? Lo udah mulai pacaran? Apaansi lun.."

"Jangan ambil"

"Kenapa?"

"Itu punya gue"

"Iya tau, tapi dari seseorang kan?"

"Bukan."

Ucap Luna datar, matanya masih menatap mata Michael dengan datar, sedangkan Michael menatap Luna dengan penuh banyak tanya. Tiba-tiba saja tangan Michael mendarat di puncak kepala Luna.

"Lain kali, kalo kemana-mana ajak gue. Gue khawatir lun"

"Iya"

"Iya-iya doang, tapi nanti ujung-ujungnya pergi sendirian lagi"

"Mawarnya"

Mendengar ucapan trakhir Luna, Michael mulai mengerti. Ia kembali meletakkan Mawar Putih itu dalam kantong jaket Luna. Sudah hampir 2 tahun Michael menanti, kapan Luna akan menceritakan semua tentang kehidupannya pada Michael. Michael selalu menanti hari itu, hari dimana Luna akan berbagi kisah cerita hidupnya. Sikap dingin Luna yang selalu membuat Michael kalah untuk berusaha mengetahui semuanya, tatapan mata Luna yang selalu membuat Michael tak bisa berbuat apa-apa. Sampai kapan Luna akan seperti ini? Udah berbagai cara Michael coba untuk mengetahui, Apa arti dari setangkai mawar putih yang selalu Luna kagumi?

Seakan tahu apa yang Michael pikirkan, Luna tiba-tiba saja berbicara.

"Silahkan nunggu kalo emang lo mau nunggu. Semua ada waktunya, lo bakal tau semuanya. Bukan sekarang tapi nanti. Yang pasti, mawar ini berarti buat gue."

Setelah mengucapkan hal itu, Luna langsung pergi meninggalkan Michael yang masih pada posisinya.


***

Luna jangan dingin banget, Michael jadi takut..

Hehehe, gimana dengan part ini? Cerita ini pendek kok hehe

Aku bakal next part kalo yang vote udah lebih dari 10 hehe

Jangan lupa comment juga yah, aku butuh kritik dari kalian soalnya hehe

Love love buat kalian😘

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang