Bagian 1
"Maaa,"
"Mamaaaa" Syifa berteriak sambil menuruni satu persatu anak tangga. Tangannya sibuk mengikat asal rambut indahnya yang hanya sebahu itu.
"Mau kemana, dek?" Syifa tersentak.
"Abaang, ngagetin aja."
"Mau kemana, abang tanya juga" Sewot Randi –abang Syifa. Ia langsung berlalu ke dapur.
"Mau jalan. Mama mana bang?" Tidak ada sahutan dari Randi.
"Abaaaang, mama mana?"
"Syifaaa, abang lagi minum. Teriak-teriak aja dari tadi, ntar pita suaranya putus" Teriak Randi dari dapur.
"Abang juga jangan teriak-teriak, ntar pita suaranya putus" Syifa balas teriak.
"Ga usah balas teriak" Randi teriak lagi dari dapur. Jadilah dua kakak adik itu teriak-teriak ngga jelas.
"Abang ih" Syifa menghempaskan badannya di sofa ruang tengah. Randi kembali sambil membawa segelas susu coklat dingin. Ia mencolek pipi Syifa lalu duduk di samping adeknya itu.
"Mama kemana, bang?"
"Ga tau. Tanya papa coba"
"Papa mana?"
"Ga tau, tanya bang Nawa coba"
"Bang Nawa mana?"
"Pergi sama pacarnya"
"Abang, ih. Bete" Randi hanya tertawa sambil meminum susu coklat dingin yang ia ambil di dalam kulkas.
"Mama pergi sama papa, dek" Syifa mengambil bantal sofa lalu menekannya ke wajah Randi. Gemas sekali Syifa dengan abang pertamanya ini. Harusnya Syifa bisa pergi dari tadi sama kak Ina, tetangga samping rumahnya. "Iiiiih, bete tau sama abang."
Randi hanya tertawa sambil menghindari serangan Syifa.
"Udah ah, udah mau jam 10. Bilangin mama adek pergi sama kak Ina. Assalamu'alaikum."
"Eh eh, adek"
"Apalagi abang?"
Randi mengulurkan tangannya ke Syifa dengan wajah imut luar biasa "Salim dulu"
Ogah-ogahan Syifa mencium tangan Randi "Assalamu'alaikum"
"Apa lagi?" Tanya Randi saat Syifa belum juga beranjak dari depannya.
"Jawab salam dulu, baru adek pergi"
"Ya udah, nggak abang jawab adek nggak jadi pergi"
"Ya udah dosa abang"
"Kamu mau abang berdosa?"
"Ya ampun abaaang, udah ah aku pergi dulu"
"Hahaha, Wa'alaikumsalam adek. Hati-hati"
***
Syifa melangkah ringan menuju rumah Rizkina –akrab disapa Ina yang tepat berada di samping rumahnya. Sebenarnya keluarga Syifa baru tiga bulan pindah dari Bandung ke Jakarta karena Papa yang dipindahtugaskan ke kantor pusat Jakarta. Awalnya Syifa menolak untuk pindah, karena dia tidak mau meninggalkan kota kelahirannya dan juga Syifa tidak mau pindah sekolah katanya takut susah bersosialisasi dengan anak-anak ibukota. Tetapi, karena kedua abangnya memang kuliah di Jakarta dan mama setuju pindah akhirnya Syifa ngikut aja.
"Kak Ina," teriak Syifa dari depan. Tidak ada jawaban.
"Kak Inaaa" teriak Syifa lagi.
"Assalamu'alaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Syifa
FanfictionSenyumannya indah Bibirku terbuka terpesona Matanya indah Mataku tak mau lepas memandangnya ~Rizky Adrian