4. Pertemuan kutukan ( K.A )

15.4K 451 12
                                    

Happy & enjoy reading




Percayalah, ada banyak cara Tuhan dalam mempertemukan 2 buah jiwa. Apapun bentuk pertemuannya, akan selalu ada cerita indah yang menemani setiap perjalanan langkahnya.






**













"Ah sial, seharusnya semalem sebelum tidur, gue beresin dulu semua kekacauan karya Bunda. Jadi pagi ini di hari senin yang cerah, gue gak kesiangan dan gak harus jogging dadakan kaya gini!" omel Kanaya ngos-ngosan.

Seperti biasa, semalam Bunda kembali memecahkan beberapa piring, mangkok dan gelas yang ada di dapur. Kanaya jadi berpikir untuk membeli dan mengganti semua perabotan rumahnya menjadi serba plastik. Jadi saat Bunda kembali melempar-lemparkannya, Kanaya tidak harus repot-repot membereskan pecahan-pecahan beling lagi.

"Lima menit lagi upacara bendera udah mulai dan gue masih di sini. Butuh waktu 15 menit, buat gue lari ke sekolah."

Sekilas, Kanaya kembali melirik jam di tangannya yang sudah menunjukan Pkl 06:55 WIB. Padahal, pada Pkl 07:00 WIB upacara bendera di sekolahnya sudah di mulai.




Cratttt.......




Suara air comberan, yang berhasil mewarnai pakaian seragamnya menjadi warna kuning. Pagi ini tepat di samping air comberan di pinggir jalan, Kanaya mematung melihat hasil karya sebuah sepeda motor yang melewatinya barusan.

"Kurang sial apa lagi, coba gue pagi ini!" teriaknya marah menatap miris baju putih yang kemarin dicuci dengan penuh perjuangan.

Kemudian, Kanaya mengambil sebuah batu berukuran kecil untuk dilemparkan mengenai pengendara motor yang masih melaju.



Plukkk...




Suara batu yang berhasil mendarat mulus di kepala pengendara motor, yang sayangnya menggunakan helm. Kanaya tersenyum penuh kemenangan, saat lemparannya tepat sasaran.

Pengendara motor itu berhenti, kemudian menengok ke belakang. Mungkin ingin melihat, siapa orang gila yang pagi-pagi melemparnya batu. Setelah itu, kembali menjalankan motor dan meninggalkan Kanaya yang dibuat melongo.

"Gila, watados amat tuh orang, dikira gue tiang listrik pajangan jalan kali, yah!" omelnya frustrasi.

"Seharusnya, tadi gua lempar bom aja sekalian, biar langsung meledak. Gue hafalin tuh motor. Kalo ketemu lagi, gue bakal bikin pembalasan keramat!"

Kanaya kembali berlari mengejar waktu menuju sekolah. Tepat saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan, Kanaya berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah resmi ditutup. Tapi tunggu, ternyata ada beberapa murid juga yang bernasib sama seperti dirinya.

Kanaya tersenyum. "Diantara semua kesialan pagi ini, ternyata gue masih beruntung karena gak akan sendiri dijemur di lapangan nanti," ujarnya bangga dan miris secara bersamaan.

Akhirnya, tepat pada saat jam pelajaran pertama dimulai, Kanaya bersama murid-murid lainnya menghormat tiang bendera di lapangan.

"Anggap aja lo Nay, lagi mengenang dan menghormati jasa pahlawan kalau kaya gini."

Sebenarnya Kanaya tadi sudah berencana untuk bolos, tapi tepat pada saat dia akan pergi meninggalkan sekolah, Pak Broto guru kedisiplinan lebih dulu sudah melihat kehadirannya dan beberapa murid yang kesiangan lainnya di luar gerbang.

Dengan terpaksa, akhirnya Kanaya harus mendengar ceramah pagi yang panjang dan membosankan setelah menghormat tiang bendera. Walaupun bukan pertama kalinya ceramah itu didengar, tapi sungguh tiap kali ceramah yang sama itu ia dengar selalu sukses membuat mengantuk.

Bahkan beberapa kali, Kanaya terkena teguran Pak Broto di tengah-tengah ceramah karena sering menguap. Anehkan, hanya karena menguap Kanaya dimarahi. Bukankan, menguap itu adalah sifat alami setiap manusia?

Sebenarnya, Kanaya bukan termasuk murid yang bermasalah di sekolah. Dia hanya punya satu masalah, yaitu disiplin waktu. Dia sering kesiangan untuk datang ke sekolah. Bahkan, sering mengantuk di saat jam pelajaran.

Kanaya termasuk murid pintar di kelas. Ia juga termasuk dalam peringkat 10 besar, tapi karena pekerjaan parttime, membuatnya tidak terlalu fokus di sekolah.

Setelah menyelesaikan hukuman, Kanaya bergegas bersiap untuk mengikuti pelajaran kedua. Saat ini, Kanaya sedang mencari ruangan kosong untuk mengganti baju seragam dengan baju olahraga, karena sialnya pelajaran kedua di kelasnya adalah olahraga dan teman-temannya sudah lebih dulu bersiap serta sudah berada di lapangan.

"Ruangan peralatan, kayaknya cocok sepi buat gue ganti baju," gumam Kanaya pada diri sendiri lalu masuk ke ruangan itu.

Kanaya mulai membuka satu persatu kancing seragam. Mulai melepaskan seragam, hanya menyisakan tanktop hitam yang juga kotor terkena air comberan tadi.

"Kepaksa dibuka, deh. Gak mungkin kan, kotor gini gue pake," gumam Kanaya miris.

Saat Kanaya telah berhasil membuka tanktop, tiba-tiba ada sebuah suara yang mengagetkannya.

"Lumayan berisi juga tubuh lo untuk ukuran anak SMA kaya lo," seru sebuah suara dari arah belakang, sehingga membuat Kanaya refleks menoleh ke belakang.

Kanaya tersentak kaget, saat melihat ada siswa yang tengah berbaring santai. Tepatnya, di atas sebuah matras yang biasanya digunakan untuk kebutuhan olahlaraga push up dan sit up.

Lelaki itu berbaring dengan kedua tangan dijadikan sandaran kepala. Ia terlihat santai, seolah tengah bersantai sambil tiduran di pigir pantai sambil menonton sebuah pertunjukan. Tunggu, menonton pertujukan?

"Berengsek, sejak kapan lo disitu?" maki Kanaya, saat melihat cowok itu hanya menatap dengan sebuah seringai di wajahnya.

Kanaya dengan terburu-buru langsung memakai seragam olahraganya, saat melihat cowok itu yang tak lain Alvaro sedang berjalan ke arahnya.

Alvaro tersenyum. "Lain kali kalo mau ganti baju, lihat dulu ada orang apa enggak? Sayang kan, kalo cowok lain yang lihat body sexy lo ini selain gue," godanya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Kanaya.

Alvaro tersenyum miring, melihat wajah galak Kanaya yang terlihat lucu menurutnya. Kemudian secara tiba-tiba, mencium sudut bibir Kanaya dengan cepat.

"Mulai sekarang, lo milik gue," kata Alvaro penuh penekanan.

Setelah itu, Alvaro mengacak pelan rambut Kanaya, berlalu pergi meninggalkannya. Tepat saat Alvaro mencapai pintu, Kanaya yang sudah sadar dari mode syok-nya membuka sebelah sepatu dan melemparkan tepat mengenai punggung Alvaro.

Alvaro malah mengambil sebelah sepatu Kanaya. "Kalo mau sepatu lo balik, temuin gue di rootrof setelah pulang sekolah," ujarnya, setelah itu benar-benar pergi dari ruangan itu.

Kanaya menatap kepergian cowok itu dengan sumpah serapah yang tertahan di tenggorokan. Kanaya harap, ini menjadi akhir dari rentetan kesialannya hari ini.

Tapi sepertinya tidak, karena takdir demi takdir akan selalu mempertemukan mereka.



Thanks for reading






 STAY WITH ME (Pindah Ke DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang