2. Tentang Kanaya bag. 2

16.6K 470 14
                                    







**





Ardi dan Kanaya sudah saling mengenal kurang lebih dua tahun. Tepatnya, saat Ardi dua tahu lalu yang mulai bekerja di cafe. Sementara Kanaya waktu itu, sudah bekerja lebih lama satu tahun dibanding Ardi.

Mereka memang seperti kucing dan tikus jika bertemu, tapi Kanaya tahu Ardi adalah orang yang selalu menjaga, membela dan melindungi dia apapun yang terjadi. Ardi juga sudah menjadi seperti sosok kakak kandung baginya sama seperti Putri.
 
Mungkin karena usianya yang paling muda diantara semua karyawan cafe, makannya ia seperti menemukan sosok-sosok kakak di sini termasuk Ardi.
 
Tepat Pkl 00:35, Kanaya sampai di rumah. Suasana rumah sangat gelap, itu berarti belum ada satupun lampu di rumah yang sudah dinyalakan Bunda.

"Bunda pasti udah tidur. Mudah-mudahan, makanannya dimakan sampai habis," gumamnya.

Langkah letih memaksanya untuk memasuki rumah dan membersihkan diri untuk bersiap tidur. Sebenarnya, Kanaya mempunyai sebuah kebiasaan untuk selalu menyempatkan diri untuk melihat Bunda yang sedang tidur di kamar. Tapi malam ini, ia tidak melakukannya karena badannya sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.
 
Tepat saat Kanaya sedang bersiap tidur akan memejamkan mata, ia mendengar suara Bunda berteriak.

"Bunda, ya ampun!" Kanaya langsung bangun, menuju kamar Bunda.

Saat sudah sampai di kamar Bunda, seketika tubuhnya membeku untuk beberapa saat. Setelah mampu menguasai diri, Kanaya berjalan perlahan menghampiri Bunda.

"Bunda kenapa? Ada yang sakit apa? Bunda lapar?" tanya Kanaya khawatir.

Walaupun dalam keadaan terkejut, Kanaya berusaha untuk melembutkan nada suaranya. Dalam hati Kanaya meringis, melihat keadaan kamar Bunda. Gelas dan piring yang pecah, serta makanan yang berhamburan di lantai. Paling parahnya, kaca rias yang pecah.

"Dava hilang, tadi dia ada di sini tidur. Tapi sekarang sudah gak ada hilang, gak tau kemana?" racau Bunda gelisah dan panik.

Bahkan air mata terus menetes begitu derasnya di mata Bunda, seakan kehilangan ini adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya. Melihat kondisi Bunda, membuat Kanaya-pun semakin sedih.

Sekilas matanya menemukan sesosok Dava menurut versi Bunda ada di bawah meja rias. Kanaya lalu mengambil dan memberikan pada Bunda.

"Bunda, ini Dava. Dava gak kemana-mana, kok. Dava ada di sini."

Bunda melirik  Kanaya, lalu mengambil sebuah boneka yang ada di Kanaya. "Cup ... cup ... cup... anak Bunda ternyata ada di sini. Ayo, tidur udah malem. Embak, kalau mau pergi jangan lupa lampunya jangan dimatiin, soalnya Dava takut kalo tidur gelap." Kanaya hanya mengangguk pelan untuk menjawab Bunda.

Setelah memastikan Bunda sudah berbaring untuk menidurkan Dava-nya, lebih tepatnya sebuah boneka. Ia dengan pelan membuka pintu.

"Eh ... Embak, Tuan mana, yah? Suami saya kok, gak ada?" tanya Bunda, tepat pada saat Kanaya akan menutup pintu.

Kanaya hanya tersenyum miris. Sepertinya malam ini, ia harus kembali membohongi Bunda. Sebuah kebohongan yang kesekian kalinya keluar dari mulutnya.

"Bapak belum pulang. Bapak masih kerja, Nyonya," jawab Kanaya  memaksakan tersenyum tipis.

Tanpa menunggu jawaban dari Bunda, Kanaya langsung buru-buru keluar dan menutup pintu. Sesampainya di luar, di depan pintu kamar Bunda pertahanan Kanaya runtuh. Ia langsung terduduk jatuh di lantai sambil memeluk kedua lututnya.

"Dava ... Ayah ... udah gak ada Bunda. Mereka udah pergi. Mereka udah ninggalin kita buat selamanya Bunda," lirih Kanaya pilu.

Malam ini, tepat Pkl 01:00 WIB, pertahanan Kanaya hancur untuk yang kesekian kalinya.

"Sampai kapan, Bunda kaya gini? Ini udah 4 tahun, semenjak mereka pergi dan Bunda selama ini cuman anggap aku hanya pembantu bukan anak Bunda."

Malam ini, Kanaya tahu arti dari tumbang dan hancur. Saat kita tak pernah dianggap hidup oleh orang yang melahirkan kita. Bahkan saat kehadirannya ada di depan mata kita, tapi sosoknya tak bisa kita peluk.


Thanks for reading



 STAY WITH ME (Pindah Ke DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang