"Besar skali, sayang. Pelan pelan jo dulu." kataku. Kontolnya sudah ada depan lobang anusku. Kini kepalanya sudah persis di lingkaran anus, menempel. Sedikit demi sedikit, dia mendorong masuk kepala penisnya yang sudah dilumuri KY jelly. Kepala kontolnya masuk, lubang pantatku terasa agak sakit. Ia lah, ini bukan pertama kalinya aku jadi bottom. Dia keluarkan lagi penisnya, dan mengulangi proses dari awal. Beberapa kali aku digituin sama dia. Sampai akhirnya semua bagian kontolnya masuk. Sampai aku bisa merasakan jembutnya menempel di bongkahan pantatku. Dia dari remang-remang cahaya lampu dari luar kamar, karena lampu dimatiin, terlihat tersenyum puas. Pelan-pelan dia memajumundurkan pinggang dan pantatnya, tanda persenggamaan mulai memasuki fase intense.
Aku dan tanganku enggak diam saja. Mulutku mengerang menikmati nikmatnya jadi bottie. Bayangin aja rasanya waktu kontol besar sedang masuk keluar menggedor-gedor prostat, ya itu yang aku rasakan waktu Utha mengentotku. Satu tanganku melingkar dilehernya sementara tangan yang lain mengelus-elus putingnya ganti gantian.
Petualanganku sebagai gay sejati selalu aja ada. Sehari tanpa ngentot rasanya hambar. Kalo cuman ngocok doang tuh rasanya kayak makan nasi tanpa lauk. Kalo ngocok pake bokep masih mending, kaya makan nasi pake rica roa dan dau gedi rebus. Tapi kalo ngocoknya pake bokep lama yah kayak makan nasi angus pake lauk ikan mujair woku yang enggak dipanasin dua hari. Entahlah memang mungkin aku ini terlahir jadi gay yang sex tinggi kali ya? Beberapa kalo aku coba untuk berhenti dari kebiasaanku ngocok dan ngentot, tapi ya gitu deh, gagal melulu. Tantangannya terlalu berat atau akunya yang enggak tahan godaan. Apalagi di Manado sini.
Kalo dikata dulu nyari pasangan kan susah ya. Sekarang hanya sebatas kuota internet dan jari. Klik, deal, ketemuan dan crot. Itu bahasaku. Terlalu gampang justru. Apk mana yang enggak ada di hape ku. Grindr, Hornet, Jack'd, Scruff, Planet Romeo, Tagged dan bahkan yang normal-normalpun hampir semua ada, seperti: Wechat, Whatsapp, Bee Talk, Line, Facebook. Ini semua semata hanya untuk kepuasan syahwat yang enggak ketulungan ini.
Aku bahkan pernah dikibulin orang, chatting di Grindr janji ketemuan di hotel metropolitan kamar 1051, secepat kilat aku meluncur dari rumahku di Bumi Beringin, langsung ke hotel itu dengan semangat menggebu-gebu. Eh tahunya sampe di sana kamar 1051 enggak ada. Awalnya sih merinding, tapi pikirku since when makhluk halus gay pake grindr? Kali aja ya. Tapi aku tetap positif thinking. Mungkin ada orang yang sengaja kerjain.
Jadi sejak saat itu aku jadi lebih berhati-hati dengan tawaran or ajakan make love, have fun, ngentot or apalah namanya. Aku harus benar-benar cari tahu dulu kejelasan orang yang akan jadi pasanganku, benar gak dia ada. Meski enggak se ekstrim gay lain yang musti video call terlebih dahulu. But sometimes, I think that idea is better than that jebakan di hotel metropolitan itu. Tapi keinginanku untuk blind date masih lebih kuat daripada kesadaran untuk waspadaku itu.
Anyway, aku ketemu Utha di grindr juga. Iseng aku say hallo ke dia, yang langsung dibalas in a matter of second. Wow banget deh. Pas aku ngajak ketemuan, dia juga langsung setuju-setuju aja. Tapi alasan super klasik, "maar kita lagi enggak ada doi buat ke tempat ngana. Jemput dang." What the fuck. Mana tempatnya jauh lagi di daerah politeknik, 10 km dari tempat kosku sekarang. But, okelah aku jemput. Hitung-hitung jalan-jalan malam. Lewat whatsapp dia send location ke aku, which is not too difficult to find. Lokasinya dipertigaan indomaret yang hampir berhadapan dengan kampus politeknik.
Tiba di sana, aku langsung kirim pesan ke Utha bahwa aku sudah tiba. Aku dibuat nunggu 20 menit lagi di indomaret, tapi lumayan juga bisa clingak clinguk melirik-lirik mahasiswa politeknik yang kebetulan lagi nongkrong situ. Ganteng-ganteng pula. Tapi lantaran sudah terlalu lama, aku bahkan sudah menelpon dianya, enggak diangkat-angkat, pesanku enggak dibalas-balas. Ku pikir, this is just another trap again. But at least I have tried my best. Well, when I started the engine, hapeku yang dalam mode silent bergetar. Cepat-cepat kuraih saku hoodieku dan check notifikasi.
Whatsapp: 1 new message.
Okay, who know it's him. Cepat-cepat aku buka aplikasi whatsapp dan benar saja, ada pesan darinya yang bilang dia ketiduran. Tunggu bentar lagi siap-siap. Well dude, you're lucky I did not leave yet. Atau sebaliknya ya? I was lucky that I remained a bit longer and check the phone. Aku masih ingat jelas bagaimana dia keluar dari kos-kosannya dengan lompat pagar. Hahahhaha... Orang ini niat banget. Tampangnya, ganteng, rambut disisir rapi, pake kemeja kotak-kotak, harum, pokoknya kayak siap ngapel gitu.
Aku sengaja mengambil jalur sepi menuju tempat kosku. Lambat pula aku mengendarai motor sambil menikmati pelukan Utha yang melingkar diperutku. Kadang dia salah tingkah juga kalo ketemu sama motor dari arah berlawanan, padahal kami pake helm. Mana mungkin juga ya wajah kami dikenali orang. Sepanjang jalan kami ngobrol banyak, ternyata Utha bukan asli Manado, bandung tepatnya. Dia kerja di Indomaret, sebagai store manager atau apalah namanya. Tapi di Manado dia sudah mau setahun, makanya sudah agak lancar ngomong bahasa Manado. Meskipun masih banyak juga salah-salah penempatan katanya. I don't really care though. Kami singgah sebentar di Fresh Mart Wonasa belanja beberapa keperluan dan langsung menuju kosanku.
Sepanjang jalan yang makin ramai, Utha sudah enggak peduliin orang. Tangannya melingkar di atas perutku dan sesekali mengurut kontolku yang memang sudah bengkak dari tadi. Entah rasa penasarannya atau apa ya. Namun dia enggak berhenti memijat-mijat kontolku. Sementara itu kontolku juga enggak mau nyerah gitu aja. Tetap aja dia keras dan menujuk-nunjuk langit. Pokoknya aku dibuat tersiksa sama Utha. Sebagai balasn, sementara mengendarai motor 200cc ku, aku juga meraih-raih selangkaannya dan memijat-mijat kontolnya yang enggak kalah besar. Wah pesta yang besar-besar nih malam ini.
Aku heran dengan Utha ini, padahal dia sudah mandi. Tapi dia pengen mandi lagi sesudah kami masuk kamar kosku dan sesaat sesudah bibir kami saling melumat. Tanpa malu-malu sedikitpun dia langsung bugil di depanku, lalu masuk ke kamar mandi memutar keran shower. Pintu kamar mandi dengan sengaja dibiarkannya terbuka lebar, barangkali mau pamer bodi kali dia. Harus aku akui memang tubuh gempalnya mengundang birahi. Ingin sekali aku bergabung dengannya di kamar mandi, tapi buat apa mandi lagi? Yah, di pertemuan-pertemuan selanjutnya ada juga moment dimana kami mandi bareng. Tapi malam ini, aku sengaja baring-baring di atas tempat tidurku menunggu dengan sabar. Sekitar 15 menit kemudian, Utha sudah selesai mandi, "sayang, pinjam handuk dang." pintanya. Aku memberi handuk bersih kering tanpa merasa risih sama sekali dengan posisi telanjangnya. Kontol gemuk tanpa kulup menyambutku lunglai. Aku memperhatikan gerak geriknya yang seolah-olah ingin menunjukkan padaku bahwa dia top sejati. Yah, aku sih enggak kaget juga dengan sikapnya yang enggak malu-malu. Dada bidangnya benar-benar mempesona. Perutnya meski enggak sixpacked tapi tetap rata dan dengan bongkahan pantat semok. Pokoknya seksi deh.
Puas menikmati keindahan tubuhnya dalam cahaya temaram lampu jalan yang menembus masuk ke kamar, aku melonjak dari tempat tidur dan langsung duduk di bowl toilet. Aku membersihkan anusku dengan flush sampai sebersih bersihnya. Sesudah itu kembali ke kamar melihatnya sudah siap tempur. Tanpa basa basi aku langsung melepas semua kain penutup tubuhku dan mendarat di atasnya, aku jilati dada bidangnya sambil mendengar erangan Utha. Lenguhannya mengeras dan tubuhnya menggeliat kesana-kemari lantaran permainan lidah di leher, puting dan ketiaknya. Erangan dan lenguhannyapun terdengar seperti music jazz di telingaku. Aku makin bersemangat. Aku jilati telinganya juga, tubuhnya berguncang lataran geli.
"Besar skali, sayang. Pelan pelan jo dulu." kataku. Kontolnya sudah ada depan lobang anusku. Kini kepalanya sudah persis di lingkaran anus, menempel. Sedikit demi sedikit, dia mendorong masuk kepala penisnya yang sudah dilumuri KY jelly.
Malam itu, semuanya sesuai keinginan. Aku masih ketemu beberapakali sebelum Utha pulang Bandung sebab kontraknya sudah selesai di Manado. Ah Utha, kamu tuh ngangenin tahu gak sih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Ben
RomanceIni kisahku asmara dan cintaku sepanjang beberapa tahun ini. Sebagian adalah kejadian nyata. Sebagian lagi fantasiku saja. Namaku Ben, Pria 35 Tahun. Kebanyakan latar cerita ini di Sulawesi Utara, Indonesia. Kisah-kisah dalam kumpulan cerita ini a...