B

30 3 0
                                    

Berawal dari sebuah senyuman yang menandakan persahabatan❄

Setelah Adila dan Pandu sudah saling mengenal. Dan sikap Pandu yang awalnya ketus,mulai lembut kepada Adila. Karena sekarang Adila bukan hanya teman sebangkunya tapi juga sahabatnya. Sahabat untuk selamanya.
Andai Adila mengetahui bahwa Pandu adalah orang pertama yang bertemu dengannya ketika sampai di Indonesia.
"Dil" ucap Pandu mengawali pecakapan.
"Paan? Gue lagi makan nih,jangan ajak bicara napa?" ujar Adila karena dia sekarang sedang makan.
"Yaudeh makan dulu sana. Nanti gue mau ngomong sama lo" jawab Pandu dan dia meninggalkan Adila.

Selesai makan Adila langsung menghampiri Pandu yang sedang berbicara dengan teman temannya.
"Pandu" pangil Adila.
"Eh,Ndu dipanggil sama cewek lo tuh. Hebat banget lo,baru kenal satu hari udah dapetin dia." ucap Dyon.
"Gue bukan lo  yon" ketus Pandu dan menepuk pundak Dyon. Tawapun pecah karena disana ada Iqbal dan Hanif.
"Gue separah itu ya?"
Tanpa mendengar ucapan dari Dyon,Pandu langsung menghampiri Adila.
"Ada apa" tanya Pandu.
Tapi Adila terlihat aneh. Dia merasa kebingungan.
"Gapapa kok. Gak jadi" jawab Adila dan dia masih merasa kebingungan sepertinya. Adila hanya pergi begitu saja dan meninggalkan Pandu yang masih berdiri. Dia kembali ketempat duduknya dan  mengeluarkan bekal makannya kembali. Entah kenapa itu dilakukan oleh Adila. Pandu menatap Adila dengan wajah heran.
'Cewek aneh' batin Pandu.

Pandu kembali menghampiri Dyon, Iqbal,dan Hanif.
"Eh,Ndu tumben banget lo gampang akrab gitu sama cewek. Gue tau lo kaya apa Ndu" ujar Hanif yang duduk disebelah Dyon. Sementara Dyon tengah sibuk memainkan MLnya tanpa mempedulikan teman temannya. Benar saja, hp akan mendekatkan yang jauh,namun menjauhkan yang dekat.
"

Apa salahnya sih gue akrab sama dia. Terkadang orang juga perlu penyesuaian diri. Orang itu bisa berubah kapan saja dan dimana saja" jawab Pandu.
"Apa jangan jangan lo suka sama anak baru itu?" kata Dyon yang berdiri dan menggedor meja yang ada didepannya. Itu membuat semua orang memperhatikannya.
"Lo gila. Gak bakalan lah." jawab Pandu.
"Pegang omongan lo,jangan sampai lo makan sendiri omongan itu." ujar Iqbal. Dia memang penasehat yang baik dari semua teman temannya.

Adila-
"Gue tadi mau ngomong apa sama Pandu ya?" kata Adila dalam hati. Kenapa dia harus lupa gini. Dan itu membuat dia malu di depan teman temannya Pandu.
"Lo lagi ngapain Dil" tanya Thalia yang tiba tiba ada di samping Adila. Itu membuat Adila begitu kaget dan menepiskan badannya.
"Lo buat gue kaget" ketus Adila.
"Yeee.. Maaf kali Dil. Gue lihatin  lo dari tadi ngelihatin bekal mulu. Yang jelas jelas bekal itu udah abis" kekeh Thalia.
Entah kenapa Adila merasa bingung,kenapa dia membuka bekalnya lagi.
"Udahlah lupakan. Lo gak mau nganterin gue ke kantin gitu?" ucap Adila.

Hari pertama yang cukup melelahkan bagi Adila. Teman baru dan suasana bagi Adila yang membuatnya senang. Malam telah tiba. Dan kini saatnya imajinasi Adila berinteraksi. Dia suka melukis dan itu akan membuatnya lupa akan segalanya. Neneknya tahu kalau Adila sangat suka melukis dan dia tidak pernah mekarang itu. Kini Adila melukis seseorang yang ada di pikirannya. Cowok? Batin Adila. Kenapa dia bisa melukis wajah cowok itu sementara dia lupa nama cowok yang dia lukis. Tiba tiba hpnya berbunyi,ada satu notif chat disana. Dia membuka aplikasi linenya.

Arnold:Syg,lagi apa?
Adila:Ngelukis[send.]
Arnold:Aku minggu ini mau ke Indonesia,see you sayang
Adila:Aku tunggu,see you:*[send.]

Ternyata Arnold kekasih Adila yang berada di luar negeri akan datang ke Indonesia dan alasan kedatangannya itu adalah Adila. Arnold sangat menyayangi Adila, dia rela kembali ke Indonesia hanya untuk Adila. Dia juga seumuran dengan Adila.

Kembali ke lukisan. Dia masih bingung,siapa yang dilukis olehnya. Kini ada satu notif pesan lagi di hp Adila

088679247×××

Save!
Pandu.

Dpt nomer w dari mana?

Mana aja.

T

anpa membalas pesan dari Pandu. Adila langsung ngesave nomernya Pandu. Dia memberi nama A.Pandu.
Adila melanjutkan untuk melukis apa yang tadi dia lukis. Entah itu wajah siapa. Dia mencoba mengingat ingatnya,namun itu membuat kepala Adila sakit. Dan tak lama kemudian Adila pingsan. Nenek Sofi yang melihat itu langsung berlari dan berteriak memanggil Pak  Jono supirnya. Mereka membawa Adila ke rumah sakit.

Sesampai dirumah sakit,nenek Sofi sangat khawatir.
"Kamu kenapa Dil? Nenek khawatir sama kamu" ucap nenek sofi sambil mengusap rambut Adila dengan halus. Tiba tiba dokter memanggil nenek Sofi. Nenek Sofi kaget yang diucapkan oleh dokter tentang kondisi Adila saat ini.

Btw,Adila kenapa yak? Mungkin saja dia kelelahan,tapi mengapa nenek Sofi sampai segitunya mendengar ucapan dokter. Tunggu kelanjutannya di chapter selanjutnya.
Bye bye see you again✋✋

For the next i will always remember you with my drawing.✏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A-ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang