Prolog

39 7 0
                                    

Karena kebahagiaan tidak datang secepat itu. Perlu keringat untuk mendapatkannya.

...

"Gue salah ya? Berharap sama dia?" tanya gadis yang sedang menunduk mengukir guratan jahitan di roknya

"Lo ga salah. Yang salah itu, lo seolah naruh semua hidup lo ke dia. Lo pasrah, seolah cuman dia jalan lo buat pulang. Lo terlalu buta sampai ga bisa melihat apakah dia itu serius atau tidak. Membuat harapan kepada seseorang itu ga salah Ren, tergantung bagaimana orang itu menyikapi harapan itu. Kita begantung sama Tuhan, bukan sama manusia. Kita selalu kecewa karena manusia, tapi Tuhan ga pernah mengecewakan. Dia tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. So? Sudahi kesedihan ini. Seterpuruk apapun kita juga harus tetep bangkit. Emang lo mau berada pada kegelapan terus, tanpa berdiri berlari menuju terang? Terang ga akan datang Ren, kecuali kita yang lari buat jemput terang itu." ujar temannya menenangkan sekaligus memberi petuah

"Lo bener. Ga seharusnya gue kayak gini. Kalaupun gue berharap sama dia, ga seharusnya gue terlalu terlarut sama omongan dia. Gue minta maaf. Gue tahu gue banyak berubah, gue berubah cuman karena satu orang. Dia, yang menyinari hidup gue, dia juga yang memberi kegelapan. Kenapa dia datang dan pergi kayak gitu? Seolah memainkan saklar di hidup gue. Bisa turn on turn off sesuka dia, yang malah bikin gue tambah susah buat menjemput terang di hidup gue. Gue capek, gue selalu merasa sendiri, ga ada yang merhatiin. Saat ada orang yang ngulurin tangan buat nemenin gue, kenapa dia juga yang melepas uluran tangan itu? Bahkan sebelum sempat gue genggam tangan itu"

Ashela hanya bisa diam, dia merasa sakit saat melihat temannya seperti itu, bukan teman bahkan Ashela merasa Iren seperti saudaranya. Tidak boleh ada yang menyakitinya bahkan membuatnya menangis, tapi Ashela gagal menjaga janjinya. Ashela cukup tahu bahwa Iren sudah mendapat banyak kesakitan selama ini. Ashela mencoba untuk menarik Iren dari kesakitan itu, tapi ia gagal.
Ashela hanya bisa memeluk Iren agar gadis itu lebih tenang. Bukannya dia kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan temannya tapi dia hanya ingin mengakhiri isak tangis Iren.

"Ren lo tau kan gue selalu ngomong kayak gini, kebahagian datang itu di saat dan di waktu yang tepat lo ga usah khawatir akan kebahagiaan. Hidup itu berat tapi kita harus kuat. Kita ga apa-apa sekarang sakit-sakit tapi besok kita bakal ambil hasil dari kesakitan itu dengan kebahagiaan. Udah cukup jangan nangis lagi. Please!" ujarnya sambil meyodorkan tisu.

"Makasih. Lo yang terbaik berhubung lo udah bikin gue semangat lagi, sekarang kita makan. Gue yang traktir, laper nih" kata Iren

"Hmm bagus tadi nangis-nangis sekarang minta makan. Hidup lo makan mulu adanya ya Ren, kesel gue lama-lama" ujar Ashela sambil berkacak pinggang

"Acel cantik, ga boleh marah-marah dong. Kalo lo galaknya kayak gini terus kapan ada akhi yang dateng buat jadiin lo makmumnya?" setelah mengucapkannya Iren langsung berlari meninggalkan Ashela menuju kantin, ia sudah tahu bahkan sangat tahu bahwa Ashela saat ini sedang mengerutu sebal karena dirinya.

Hallo!! Assalamualaikum
Maaf cerita yang waktu itu aku revisi soalnya alurnya ga jelas. Insyaallah ini yang paling bener kok hehe

Doakan yaa biar gak hiatus lagi wkwk

Terimakasih sudah baca

Salam
Amelia H.P.P

MiraclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang