"Kau tahu?" Mimik wajah Harry berubah secara perlahan. Lesung pipit di kedua pipinya muncul saat kedua sudut bibirnya saling tarik menarik dan membentuk lekukan seperti bulan sabit.
Skylar memandang Harry geli. "Iya aku tahu. Kenapa?"
"Siapa dia?" Harry mengguncang bahu Skylar sekali lagi dan bergumam. "Oh ya tuhan akhirnya aku menemukan gadis itu."
"Kau yakin ingin tahu dia siapa?" Skylar tetap memasang wajah geli.
"Ya tentu saja. Cepat beritahu aku, aku sudah tidak sabar." Harry bertepuk tangan persis seperti anak TK yang baru saja mendapatkan hadiah permen dari gurunya karena ia berhasil mewarnai gambar dengan baik.
"Baiklah akan ku beritahu." Skylar menegakkan tubuh. "Dia... Uhm.. Dia adalah..."
"Dia?"
Skylar memainkan jari jemarinya dengan gelisah. Kuberitahu, tidak, keberitahu, tidak, kuberitahu?
"Skylar! Dia siapa? Kau memang sengaja membuatku penasaran atau apa!" Harry menggeram kesal. "Skylar jika kau hanya ingin menjahiliku dengan pura pura mengetahui siapa gadis yang ku temui di perpustakaan kota lebih baik sekarang kau berhenti karena hal yang kau lakukan tidak akan membuatku jad—"
"Ms. Collins. Gadis itu Ms. Collins. Kau puas sekarang?"
Harry melebarkan matanya tidak percaya. Ms. Collis? Dosen cantik berambut dark brown itu yang ia kejar selama ini? Akh, oh atau mungkin hanya Skylar yang sedang bercanda dengannya. Oh oh atau mungkin Skylar mengatakan hal itu supaya Harry menjauhi gadis yang ada di hadapannya sekarang?
Menjauh? Untuk apa ia harus menjauh? Bukankah mereka baru bertemu tadi pagi? Kenapa mereka harus saling menjauh dari satu sama lain? Memang apa yang terjadi diantara mereka sampai Harry merasa kesal. Kesal karena menuduh Skylar berusaha menjauh darinya. Harry menggelengkan kepalanya cepat, berusaha menghilangkan pikiran pikiran aneh yang baru saja ia pikirkan. Sepertinya ia mulai gila.
"Kau bercanda." Harry tertawa keras. Namun jika kau ada disana aku jamin kau akan merasa jika tawanya sangat dipaksakan.
"Kenapa aku harus bercanda?" Ujar Skylar dengan nada serius dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Tawa Harry langsung menghilang seketika. "Jadi kau tidak bercanda?" Ucapnya setelah menelan ludah dengan berat.
"Tentu saja tidak, bodoh! Aku ada janji bertemu dengannya malam itu, dan ia bilang jika ia baru saja dari perpustakaan kota untuk meminjam sebuah novel klasik." Skylar meraih gelas hot chocolatenya lalu meneguk isinya sedikit. "Aku dan Ms. Collins janji bertemu di sebuah cafe dekat perpustakaan kota. Saat ia datang, ia membawa sebuah buku dan ya, The Jungle. Jadi, kau tetap tidak percaya padaku?"
Entah sejak kapan mulut Harry membentuk huruf O. Manik emeraldnya pun sudah melebar dan kedua alisnya terangkat naik. Ah orang ini. Pikir Skylar.
"Jadi dia Ms. Collins?"
"Iya Mr. Styles. Oh ya tuhan, jika kau masih bertanya lagi tentang hal itu, akan aku sumpel mulutmu dengan kertas koran sekarang." Ujar Skylar geram dan menyenderkan punggungnya ke sofa lagi.
Hening. Tidak ada yang berbicara satupun. Suara angin awal musim gugur pun dapat terdengar jelas walaupun mereka ada di dalam ruangan. Suara patah patahan kayu bakar yang mulai berubah menjadi abu pun ikut meramaikan suasana yang entah bisa kubilang apa.
Canggung? Tidak. Memalukan? Tidak. Mengesalkan? Tentu saja tidak. Yang jelas mereka berdua sama sama terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing masing.
Harry yang sejak tadi mencuri pandang ke arah Skylar akhirnya menarik nafas panjang dan menghembuskannya keras.
“So?” Ia berdeham. Skylar pun menatapnya bingung. “What would you like to do to me then?”
Suaranya yang rendah namun terdengar serak itu membuat Skylar menahan nafas. Manik mata emeraldnya pun menatap bola mata abu abunya dalam. Sudut bibirnya yang tipis melengkung sedikit ke atas membuatnya terlihat seperti bulan sabit. Indah namun misterius. Disaat yang bersamaan senyun itu terasa mengintimidasi dan menggoda.
“Nothing.” Jawab Skylar tak kalah pelan. Suaranya terdengar seperti sedang menahan nafas.
“Really?” Kenapa suara mereka semakin pelan? Bahkan hampir tak terdengar.
Entah apa yang membuat suasana berubah panas. Tapi tiba-tiba saja tangan Harry mengudara dan meletakannya tepat di pipi kiri Skylar dan perlahan tapi pasti Ia menempelkan bibirnya ke bibir tipis Skylar. Skylar tidak menolak.
Awalnya Ia memang sedikit terkejut saat Harry membelai pipinya, namun saat wajah Harry semakin mendekat, Ia semakin kehilangan tenaga. Otaknya mendadak kosong.
Semakin lama, keadaan di ruangan itu semakin panas. Entah pengaruh dari perapian yang ada di depan mereka atau memang kegiatan mereka yang membuat suasana berubah panas. Perlahan Harry menyusupkan jari-jarinya ke rambut Skylar dan menggigit bibir bawah gadis itu meminta jalan masuk untuk lidahnya. Entah terkena sihir apa, dengan mudahnya Skylar mengizinkannya sehingga ciuman mereka menjadi lebih dalam. Perlahan namun pasti, bibir mereka bergerak dengan sinkron. Ditambah kenyataan kedua tangan Skylar yang mulai bergerak menyentuh dada Harry dan merayap ke atas sampai akhirnya melingkar di leher pria itu.
Lama kelamaan Harry mendorong Skylar lembut dan akhirnya mereka bebaring di atas karpet. Kasar namun nikmat. Mungkin itu yang kata yang bisa menggambarkan keadaan mereka berdua saat ini. Dan akhirnya semuanya berlangsung begitu saja. Semuanya. Kau mengerti maksudku kan? Benar benar terjadi. All of sudden.
***
akhirnya selesai juga. well sesuai dengan tag, ini adalah short story yang berarti kurang dari 10 chapter.
Tapi ini belum epilogue loh! Epiloguenya gue post a.s.a.p kay?
Vomment please :)
With love, S xx

KAMU SEDANG MEMBACA
All Of Sudden // h.s
FanfictionKisah yang tidak terduga dari seorang mahasiswi yang dulu menyamar menjadi seorang gadis culu dan lugu, namun sudah berubah menjadi dirinya sendiri yang cantik dan dapat memikat hati para lelaki, dengan dosen tampan berlesung pipit yang berhasil mem...