Bab 3

38 9 1
                                    

UNEDITED

Sudah lebih dari seminggu Melody bekerja di apartemen Aldi. Dan kini apartemen itu mulai terlihat layaknya tempat tinggal, bukan gudang atau kapal pecah lagi.

Melody mengetahui bahwa anggota lainnya juga tinggal di lantai yang sama dengan Aldi, namun ia tidak pernah bertemu dengan mereka. Bahkan Aldi juga sering menghilang.

Ketika ia sedang bersiap pulang, pintu apartemen terbuka. Melody yang bersiap untuk menyambut Aldi terdiam saat melihat bukan pemuda itu yang muncul, melainkan tiga pemuda lain berstelan jas dan tuxedo serba hitam.

Anggota Archangels.

“Apa yang si bodoh itu lakukan? Kenapa dia belum juga kembali? Kita akan on air beberapa jam lagi!”

Salah satu dari tiga orang itu sibuk mengomel, belum menyadari kehadiran Melody yang menatap mereka. Begitu menyadari ada orang lain selain mereka, ketiga pemuda itu berhenti berbicara dan menatap Melody.

Melody mengangkat tangannya. “Saya Melody. Petugas kebersihan,” ucap Melody memperkenalkan diri.

Nara memotong ucapan Melody. “Kamu...” ia terdiam, lalu menoleh pada dua orang temannya yang masih diam dan menatap gadis di hadapan mereka dengan seksama. “Dia berbicara kepada kita?” tanya Nara ragu.

Melody merasakan wajahnya menghangat.

“Ah maaf, saya tidak bermaksud—” namun kata-katanya terhenti saat melihat Bimo berjalan mendekatinya.

“Sekarang aku mengerti apa yang di ucapkan di bodoh itu. Kamu sangat cantik,” puji Bimo menatap lekat wajah Melody.

Gadis itu menatapnya bingung.
Bimo tersenyum lebar. “Aku tinggal di apartemen nomor tujuh belas. Bagaimana jika sekali-kali kamu berkunjung?” tawarnya.

Melody kelabakan sekarang, ia tidak tahu harus berkata apa.

Saat itulah pintu terbuka dan Aldi muncul dan menyelamatkannya dari godaan si pemuda besar.

“Jangan ganggu dia, bodoh,” usir Aldi.

Melody menghela napas lega.
Ia mengalihkan perhatiannya dan saat itulah tatapannya beradu dengan bola mata Bio yang sedang menatapnya dalam diam. Menyadari posisinya, dengan cepat ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Terima kasih untuk hari ini, Melody,” ucap Aldi ramah. “Mobil kami di bawah, mau menumpang?” tawarnya.

Melody tersenyum dan menggelengkan kepala. “Terima kasih, tapi tidak. Aku pulang sendiri saja,” tolaknya halus, kemudian berpamitan pada semua orang. “Selamat malam, semuanya.”

Dengan itu ia segera beranjak pergi. Sebenarnya tawaran tumpangan itu sangat ingin Melody terima, tetapi ia menyadari posisinya. Bagaimanapun juga, dirinya hanyalah seorang pembantu dan keempat pemuda itu adalah superstar. Jangankan diantar, semobil dengan mereka saja ia merasa tidak pantas.

OoO

Ketika pintu tertutup, Bimo langsung menatap Aldi dengan raut wajah serius. “Muda sekali. Berapa usianya?” tanya Bimo.

“Aku tidak tahu. Aku juga berpikir seperti itu saat pertama kali bertemu dengannya,” jawab Aldi.

Sementara Bimo dan Aldi mendiskusikan tentang si gadis muda. Bio dan Nara hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

OoO

Sudah seminggu Aldi dan anggota Archangels lainnya pergi konser ke luar kota. Melody tidak lagi bertemu mereka sejak pertemuan terakhir. Sebenarnya melegakan bagi gadis itu, karena salah seorang dari mereka memberikan sensasi aneh terhadap dirinya. Dan Melody sama sekali tidak menyukai sensasi itu.

A Perfect MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang