Nafasnya terengah-rengah, sekuat tenaga ia terus berlari dan berlari. Hanya ia yang tau. Ia seperti di hukum karena kemampuannya.
Tanpa henti, wajahnya gelisah. Rasa gelisah yang terus menyelimuti seluruh jiwa raganya. Kenapa harus terjadi? Itulah yang terus membayangi benaknya. Rasa takut akan sebuah penyesalan.
Gadis itu berlari hingga tiba di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia lantas berlari kembali dengan cepat menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa untuk menuju atap. Hanya itulah mimpi yang memperlihatkan. Hingga gadis itu mendobrak pintu itu cepat.
Ia melihatnya.
Ia melihat seorang gadis yang berdiri di tepi sana. Dengan pandangan jauh ke depan. Ia hanya bisa melihat rambut panjang yang digerainya. Sampai gadis itu memutar kepalanya ke belakang hanya untuk menatap Azura. Lalu tersenyum dan....
"JAANNGGAAAANNNN......................." Teriak Azura yang langsung terbangun dari mimpinya.
Azura langsung mengatur nafasnya. Rasa sesak itu masih terasa di hatinya. Bahkan keringat yang bercucuran dari pelipis kepalanya. Dan air mata, menetes tanpa diminta.
Ruby yang baru keluar dari kamar mandi karena mendengar teriakan Azura, langsung mendekati gadis itu. Ia melihat, wajah pucat Azura dan rasa takut.
"Lo kenapa, Azu?" tanyanya.
Azura hanya diam. Memandangi ke depan dengan pandangan kosong.
"AZURAA..." Teriak Ruby yang langsung menyadarkan Azura.
Azura mengigit bibir bawahnya. Menahan agar tangisnya gak pecah. Nyatanya, gadis itu gak bisa menahan air matanya lagi. Dan langsung saja ia menangisi rasa sesak di dadanya sambil mengenggam selimutnya erat.
Ia takut. Selalu takut pada mimpinya. Karena mimpinya, ia harus menderita. Ia gak pernah menginginkan kemampuan ini. Ia gak pernah ingin mengetahuinya. Apapun yang kan terjadi, seharusnya tetap terjaga sebagai rahasia.
Namun berbeda dengan dirinya, ia harus melihat. Kejadian yang entah kapan akan terjadi. Mimpi buruk yang selalu membuatnya takut. Ia membencinya. Azura membenci kemampuannya. Karena kemampuannya, ia terlihat berbeda. Dan jika sampai semua orang mengetahuinya, kejadian lama kan kembali terulang.
Ia takut. Ia gak ingin kembali ke sana. Ia gak ingin kembali menjadi sendiri.
Azura terus menangis hingga Ruby hanya diam melihatnya. Ruby hanya tau, gadis di hadapannya itu sedang merasakan rasa takut yang amat dalam. Ruby juga tau, Azura tak dapat membicarakannya. Kepada siapapun, termasuk dirinya.
***
Sejak tadi ia hanya diam sambil mencoret buku tulisnya. Pandangan matanya memang tertuju kesana - papan tulis, namun pikirannya, Azura sedang memikirkan mimpi tadi.
Azura penasaran dengan seseorang yang berdiri di tepi atap. Apa gadis itu murid di sini juga? Masalahnya, murid di sini banyak. Azura juga datang sebagai murid baru.
Apalagi, ia gak melihat jelas wajah gadis itu.
Ia menghela nafasnya. Lalu menundukan kepalanya. membiarkan semuanya pergi dari benaknya. Ia terlalu lemah untuk mengingat mimpinya.
Azura kembali mengangkat kepalanya hanya untuk melihat coretan di kertas putih. Ia lantas membalikan kertas itu untuk menulis di halaman selanjutnya.
Atap
Rambut panjang
Seragam sekolah
Boneka teddy bear
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Teen FictionNamanya Azura Sherena Pramana Ia masih duduk di bangku SMA yang harus ditunangkan dengan Daniel Austin, pemilik yayasan sekolah. walaupun sebenarnya ia menyukai cowok es krimnya, Albi Darlan. Bahkan mereka gak tau jika Azura itu berbeda. iya berbe...