Melihat pop-up notification dari Vanya, Gathan segera keluar tanpa pamit pada kedua orang tuanya. Buat apa juga
Saat diluar, Gathan melihat Vanya yang sedang berdiri di depan pagar sambil memainkan ponselnya
"maaf Mba, Mas Gathannya udah berangkat" godak Gathan
Vanya cuma mendengus sebal sembari menunggu Gathan mengeluarkan mobilnya itu
Saat di mobil, Vanya sibuk memainkan ponselnya membuat Gathan penasaran sendiri
"lo kenapa sih? Punya pacar baru apa gimana sampe segitunya"
Vanya mendelik, "gak gitu Gath, kemarin gue dikenalin sama temen Kak Farhan"
Gathan terkejut, ia langsung mengintip pada layar ponsel Vanya seraya berkata "lah lo mainnya sama om - om, Van?"
Vanya yang tidak terima lantas memukul lengan kiri Gathan "sembarangan kalo ngomong, beda 6 tahun doang elah, lagian Kak Farhan belom termasuk om - om" kata Vanya dengan nada ngambeknya yang menurut Gathan sangat lucu
Ada suatu persepsi yang berkata bahwa, jika ada persahabatan antar sepasang laki - laki dan perempuan, pasti ada dasar cinta di dalamnya.
Gathan hanya bingung, kalau ia tidak suka melihat Vanya dengan laki - laki lain apakah Gathan mencintai Vanya?
Atau ia hanya takut sahabatnya itu kenapa - napa?
Entahlah, Gathan sepertinya harus berkonsultasi dengan Bagas, Kakaknya Vanya yang sekaligus tampungan curhatan seorang Gathan
"emang kaya gimana sih orangnya?" tanya Gathan
"nih gue liatin" kata Vanya yang langsung membuka profil line teman Kakaknya itu
"nih" kata Vanya sambil memperlihatkan foto yang ia akan tunjukkan
"pekerjaannya model sih, tapi sebenernya gue lebih suka sama Kak Surya" jelas Vanya
"kenapa gak sama si Kak Surya itu?"
"udah punya cewe" kata Vanya sambil cemberut
Gathan sebenarnya tidak setuju soal Vanya yang dekat sama temannya Kak Farhan. Bukan apa - apa, dari sekian banyak lelaki tampan di sekolahnya kenapa harus yang susah Gathan temui. Memangnya kalau ketemu Gathan mau apa sih?
Gathan sendiri juga tidak tahu, tapi perasaannya tidak enak saja dengan lelaki yang baru saja ia liat fotonya itu
"Van, Kakak lo gak masuk sekolah?" tanya sahabatnya itu, Erina
Vanya menggeleng "sakit dia"
"hah? Sakit apaan?" pekik Erina kaget, maklum, Erina naksir berat sama Kakak sahabatnya ini
"alay dia mah, ngehindarin pelajaran pura - pura sakit" kata Vanya sambil mengaduk - aduk jus alpukatnya
Sampai tiba - tiba ada tangan yang terulur mengambil gelas jusnya itu dan menumpahkannya tepat diatas kepala Vanya
Tadinya Vanya mau marah, mengingat yang menyiramnya adalah seorang Kakak Kelas, ia terkejut
"Kak Syifa?"
"iya, ini gue" katanya dengan nada ketus
"kenap-"
"-lo masih mau nanya kenapa hah? Berani - beraninya lo berangkat sama Gathan"
Loh? Bukannya setahu Vanya kalau Kak Syifa dan Gathan sudah putus ya?
"tapi Kak, Saya-"
"gue gak butuh alesan lo, gue tau lo sahabatnya, tapi asal lo inget ya kalo tiap Gathan putus itu karena lo!"
"Saya?" tunjuk Vanya pada dirinya sendiri
"iyalah lo! Gathan kan memprioritaskan lo yang katanya sahabat terbaik dia, lo tau gak hari ini Gathan ada janji berangkat bareng temen gue, hah!?" kali ini nada Syifa makin meninggi, membuat Vanya maupun Erina menciut
Vanya bahkan menjatuhkan air matanya, bukan, bukan karena perlakuan Syifa. Tapi karena apa yang baru saja Syifa ucapkan, apa semua benar adanya karena dia?
Tiba - tiba Gathan muncul berlari dari ujung lorong kantin begitu mendapat info dari temannya kalau sahabatnya ini sedang dipermalukan oleh Syifa
Gathan memperhatikan Vanya dari ujung kepala sampai ujung kaki "Van lo gak dilukain kan sama dia?"
Vanya terdiam, dia cuma menangis
Melihat Vanya menjatuhkan air matanya, membuat amarah Gathan meluap - luap
"Syif lo apa - apaan sih? Berapa kali harus gue bilang jangan pernah berani bahkan buat nyentuh Vanya?"
Syifa cuma terkejut dan terdiam, benar - benar si Gathan ini, pikir Syifa
"Gath, lo kan lagi ngedeketin temen gue? Kok lo malah berangkat bareng dia?"
"ya suka - suka gue lah, mobil juga mobil gue. Gak ada urusannya sama lo"
Syifa bergidik, Gathan tidak lagi terlihat seperti seorang sahabat untuk Vanya.
Walaupun seorang sahabat pasti melindungi sahabatnya itu sampai titik darah penghabisan, namun tatapan Gathan bukanlah seperti pada sahabatnya
"ah udah, ayo pergi Van" ajak Gathan
Tapi Vanya menahan diri
"Van?" panggil Gathan
Gathan bahkan menangkup wajah Vanya yang terlihat sedang sesegukan
"Van, kenapa?" tanya Gathan khawatir, takutnya Vanya terluka
"Gathan, maaf, jangan jadi temen gue lagi" kata Vanya lalu melepas secara paksa tangan Gathan dan berlari kabur
Meninggalkan Gathan dengan sejuta pertanyaan yang berputar dalam pikirannya
YOU ARE READING
Dear, Gathan
General FictionPhoto from : HAI0923 Di tiap perubahan pasti ada satu hal yang tidak berubah. Seperti bagaimana langit yang berubah dari senja menuju malam.