1. 3 SAHABAT

102 5 0
                                    

Brak!!!

Pintu kamarku didobrak dengan begitu kerasnya, seperti pasukan Densus 88 yang tengah dalam misi membebaskan sandera. Aku dan Alif yang berada didalam kamar sontak kaget.

"Wa'alaikumussalam..." Ucap Alif menjawab jeritan pintu itu.

"Koran hari ini mana Yan?" Tanya Ivan terengah-engah mencoba menghirup semua oksigen yang ada di kamarku.

"Santai dong Van! Kayak dikejar waria perempatan aja!" Ujar Alif.

"Korannya Diatas meja, buat apa Van?" Sambungku.

"Mau nyari puisi buat Rara!" Jawab Ivan.

"Rara? bukannya kemaren namanya Ratna?"

"Lah, Ratna bukannya yang lusa?" Tanya Ivan balik.

"Yang lusa bukannya Shopia?" Tanyaku lagi.

"Bodo ah..." Ivan menggaruk kepala, gatal-gatal oleh kebingungannya.

"Makanya jangan semua cewek kau panggil sayang! lupa kan siapa nama aslinya!" Ujar Alif yang masih menulis nama pada sebuah karton sebagai bahan atribut untuk acara OSPEK di kampus hari ini.

"Iya, kalau nggak sayang-sayangan kan nggak ada rasanya Lif...!" Balas Ivan

"Bisa aja kamu, tai kucing noh di rasain....!" Alif membalas balik.

"Kamu dulu baru aku..." Ivan tak mau kalah.

Aku hanya tersenyum menyimak perdebatan mereka, karena aku juga tak tau harus membela yang mana. Membela salah satu berarti akan menjadi musuh bagi yang satunya, akhirnya saat mereka berdebat aku memilih untuk diam saja.

Aku, Ivan dan Alif adalah teman dekat, mungkin lebih cocok dibilang sahabat. Kami telah berteman semenjak sekolah menengah pertama hingga detik ini. Kami bahkan memilih universitas dan jurusan yang sama. Kami sepakat untuk masuk jurusan teknik arsitektur di Universitas Islam Indonesia kota Yogyakarta. Kebetulan sekali kami punya tujuan masing-masing, aku memilih jurusan ini karena aku memang senang menggambar, Alif bercita-cita agar suatu saat nanti bisa menolong ayahnya yang seorang kontraktor, sedang Ivan ikut-ikutan saja karena tak tau mau kuliah apa.

***

"Pagi... Ini Bunda bawain roti sama susu buat tambah-tambah tenaga, biar OSPEK-nya tambah kuat" Tiba-tiba Bundaku datang membawakan nampan yang penuh terisi oleh roti berselai coklat dan tiga gelas susu.

"Pagi juga Bunda..." Jawab Alif dan Ivan serempak dan senada.

"Bunda kalau bawa makanan jadi tambah cantik aja ya?" Goda Ivan

"Cukup Van, cewek-cewek diluar sana boleh kau goda, tapi Bundaku jangan!" Aku menjinakkan gombalan Ivan pada Bunda.

"Hahahahaha, ada maunya tuh Yan, biar Bunda ngeluarin isi kulkasnya semua." Tambah Alif sambil terkekeh.

"Yeeee, emang benar kok Bun, Ivan nggak bohong, nggak ada maksud apapun, tapi kalau di kulkas memang masih ada yang bisa dimakan sih nggak apa-apa hehehehe" Tukas Ivan cengengesan.

"Yeeee...!!!" Aku dan Alif bersorak sambil melempar bola kertas kearah Ivan.

Kami memang menyiapkan sekeranjang kecil bola kertas dikamarku. Tujuannya jika diantara kami ada yang bicara ngelantur langsung ditimpuk dengan bola kertas tersebut. Dan sementara Ivan yang memegang rekor paling banyak kena timpuk, karena memang temanku yang satu ini yang paling tidak beres.

"Sudah-sudah, ayo cepat dimakan rotinya nanti telat" Bunda melerai candaan kami.

"Iya bundaaa..." Jawab kami patuh.

D'THREE MAS KENTIRWhere stories live. Discover now