Prolog

295 55 52
                                    

January 2020, at Semarang

Rambut lurus yang panjangnya mencapai pinggang gadis itu bergerak kesana-kesini. Rambut itu bergerak saat sang pemiliknya tengah melangkah cepat menuju suatu tempat yang selalu ia pikirkan sejak dua bulan yang lalu. Dengan mengenakan celana jeans hitam panjang yang dipadukan dengan hoodie berwarna peach, gadis itu melangkah dengan membawa rasa tak sabar untuk menemui seseorang yang telah bersamanya selama dua tahun ini. Ia terus melangkah hingga akhirnya tiba di depan pintu arrival  Bandar Udara Internasional Achmad Yani, Semarang.

Orang-orang mulai keluar dari balik pintu kedatangan itu. Satu persatu menarik koper atau menentang tas mereka, dengan pandangan mencari sanak saudara yang menjemput.

Gadis itu tidak mau kalah. Matanya mulai menjelajahi setiap wajah manusia yang baru saja keluar--dengan harapan segera menemukan seseorang yang ia cari.
Ia sangat berusaha untuk menghilangkan pikiran negatif nya yang sedari tadi menguasai otaknya--cemas apabila seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang.

Tetapi, saat dirinya menyadari sosok wajah seseorang yang sangat ia kenali--dari balik pintu kedatangan itu, ia jadi beranggapan jika pikiran negatif yang sedari tadi menguasai otaknya kini telah sirna. Akhirnya ia percaya, satu-satunya hal yang sangat ia nantikan selama tujuh ratus tiga puluh lima hari telah menjadi kenyataan. Seseorang yang merupakan salah satu penumpang dari Jakarta itu ternyata menepati janjinya.

Gadis itu tersenyum lega. Matanya yang mulai berlinang air mata ternyata dilihat oleh seseorang yang ia tunggu sejak lama. Orang itu juga ikut tersenyum lega kearahnya. Mereka terlihat sedang berbicara melalui suara hati, kemudian saling menghampiri.

Tanpa membutuhkan jeda untuk menatap wajah satu sama lain, keduanya memilih untuk langsung mendekap erat tubuh satu sama lain. Berkali-kali mereka menahan rasa malu ketika tengah melakukan hal itu. Namun, rasa malu itu perlahan mencair karena ditutupi oleh rasa senang bukan kepalang.

Mereka merasa seakan beban yang mereka tanggung selama ini perlahan-lahan terangkat, seakan ribuan pesan yang saling mereka kirim melalui messager  tidaklah sia-sia.

This is the first time they meet.

***
.


.


Long Distance Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang